Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Teknik Mengevaluasi Diri
Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" Mar 8:29
Evaluasi sangat penting untuk kita lakukan. Kita tidak akan tahu kelemahan apa yang telah kita lakukan atau kelemahan diri kita jika kita tidak melakukan evaluasi. Walaupun evaluasi berarti kita harus siap mendengar sesuatu yang tidak kita sukai dan terkadang memerahkan telinga. Apa saja yang perlu kita evaluasi?
Ada dua hal yang Yesus evaluasi di dalam hidupNya. Yang pertama adalah apa yang telah Dia lakukan. Apakah ketika Dia berkotbah, membuat mujizat atau melakukan hal lainnya. Terkadang Dia bertanya ke murid-muridNya, terkadang Dia hanya mengamati murid-muridNya apakah mereka mengerti apa yang Dia maksudkan atau tidak. Sebagai contoh, saat itu Yesus mengajarkan tentang ragi. ”Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” Setelah itu Yesus mendengarkan apa komentar mereka tentang apa yang dikatakanNya. Ada yang mengatakan,”oh, ini karena kita tidak membawa roti.” atau mungkin ada komentar lain diantara para muridNya. Komentar orang yang kita pimpin merupakan bentuk pemahaman mereka tentang apa yang telah kita lakukan.
Sering kali pemimpin meminta sesuatu dan setelah itu dia pergi, tanpa mengetahui reaksi orang yang mereka pimpin. Atau kita pura-pura tidak mendengar karena reaksi yang negatif. Yang Yesus lakukan adalah mendengarkan reaksi mereka. Di beberapa ayat lainnya murid-muridNya meminta penjelasan yang lebih dalam tentang ajaranNya. Dia mempersilahkan orang-orang yang dia pimpin untuk mengekspresikan apa yang mereka tahu. Ini bicara keberhasilan atau kegagalan Yesus dalam melakukan sesuatu. Apakah murid-muridNya mengerti apa yang Dia perintahkan atau katakan? Apakah murid-muridNya bisa melakukannya?
Yesus dengan secepatnya menindaklanjuti masukan dari para muridNya. Ketika mereka tidak mengerti tentang ajaranNya maka Dia langsung menyampaikan maksudNya. Ketika komentar bersifat negatif, Dia dengan segera menegur muridNya dan menyampaikan kebenaran. Dia tidak membiarkan respon negatif itu berkembang lebih besar dan kesalahpahaman terus terjadi dan merusak hubungan. Dia segera bereaksi terhadap respon yang orang lain berikan.
Evaluasi tentang apa yang kita lakukan sudah sering kita dengar bahkan kita lakukan. Kita mengevaluasi apakah program kita berhasil atau tidak. Kita memiliki target atau sasaran dan kita pun memiliki tanda-tanda sasaran tersebut tercapai atau tidak. Misalnya berapa orang yang telah kita tolong, berapa hasil yang ahrus kita dapatkan, seberapa luas pengaruh kita dan sebagainya. Ini adalah dampak dari kegiatan kita atau program yang telah kita lakukan.
Evaluasi yang kedua berbicara tentang siapa Yesus sesungguhnya. Yesus bertanya, ”Siapakah Aku?” Ada orang yang menafsirkan bahwa itu hanyalah pertanyaan yang menguji Petrus. Apakah memang hanya itu tujuannya? Adakah tujuan lainnya? Saya menganggap bahwa pertanyaan itu merupakan pertanyaan contoh yang perlu kita tanyakan juga pada diri kia sendiri.
”Siapakah Libe?” Ini pertanyaan yang penting yang harus saya tanyakan lebih dahulu ke diri saya. ”Saya seorang suami.” apakah hanya ini jawaban yang perlu saya dengar? Saya sangat suka jika jawaban yang diutarakan istri saya adalah ”seorang suami yang perhatian, penuh kasih dan setia.” Tentu ini akan menjadi jawaban yang saya inginkan ada di hati istri saya. Maka saya pun berusaha menjadi seperti yang saya inginkan, suami yang perhatian, penuh kasih dan setia.
”Siapakah Libe?” Seorang training specialist. Itu tentang posisi saya, tetapi saya tidak suka jawaban seperti itu. Posisi bisa selalu berganti. Ini posisi keempat di dalam sejarah kerja saya dan belum tentu ini posisi yang terakhir. Saya lebih suka dibilang seorang yang mengembangkan orang di sekitarnya. Apapun posisi saya dimanapun saya bekerja, saya tetap bisa menjadi orang yang mengembangkan orang-orang disekitarnya.Itulah yang menjadi tujuan hidup saya.
Sebelum Anda bertanya ke orang yang Anda pimpin, bisakah Anda bertanya ke diri Anda sendiri, Siapakah Anda? Apakah Anda seorang pemimpin yang sangat mengasihi orang-orang yang dipimpinnya? Apakah Anda seorang yang menunjukan karakter Kristus di dalam lingkungan Anda? Apakah Anda seeorang suami atau istri yang sangat memperhatikan dan mengasihi pasangannya? Ini berbicara tentang Anda bukan tentang apa yang Anda lakukan.
Evaluasi yang kedua bukanlah hal yang mudah buat diri kita. Ini tidak berbicara tentang apa yang kita lakukan melainkan siapa diri kita sebenarnya. Kita akan mendengar komentar mereka tentang karakter, sifat dan kepribadian kita. Ada yang positif dan ada yang negatif. Kita bisa mengembangkan pertanyaan dan meminta masukan buat kita supaya kita bisa menjadi seperti yang kita lakukan. Mungkin kita kurang kasih karena selama ini kita mengutamakan target. Mungkin kita terlalu mengasihi sampai-sampai kita melupakan target. Yang manakah yang lebih baik? Tentu saja tergantung keadaan.
Ketika organisasi sangat membutuhkan ketepatan maka kita perlu menjadi orang yang sangat mengutamakan kesempurnaan. Ketika organisasi sangat berhubungan dengan orang maka kita perlu memperhatikan perasaan orang-orang tersebut. Menjadi seperti apa diri kita sebenarnya kitalah yang menentukan. Seperti Yesus, terkadang Dia menjadi Guru, atau Mesias, atau pembuat mujizat, nabi atau lainnya. Tergantung keadaan membutuhkan Dia seperti apa.
Jika memang hasil evaluasi tidak seperti yang kita harapkan, sudah wajar kita kecewa. Tetapi kecewa saja tidak cukup. Kita perlu membuat hasil evaluasi itu menjadi langkah kita untuk terus maju. Maju menuju kesempurnaan bersama Dia di surga. Kalau Yesus yang sempurna saja melakukan evaluasi, mengapa kita tidak?
__________________
Small thing,deep impact
Belum ada user yang menyukai
- Sri Libe Suryapusoro's blog
- Login to post comments
- 5079 reads
@Pak SLS, siapa?
Komentar yah pak...
Saya senang dengan tulisan Bapak.. tentang evaluasi ini. Karena di realitas nyata seorang 'motivator' pun sebenarnya 'tidak banyak berhasil' mengevaluasi diris seperti yang mereka banyak 'koar-koarkan' di depan..
”Siapakah Libe?” Seorang training specialist. Itu tentang posisi saya, tetapi saya tidak suka jawaban seperti itu. Posisi bisa selalu berganti. Ini posisi keempat di dalam sejarah kerja saya dan belum tentu ini posisi yang terakhir. Saya lebih suka dibilang seorang yang mengembangkan orang di sekitarnya. Apapun posisi saya dimanapun saya bekerja, saya tetap bisa menjadi orang yang mengembangkan orang-orang disekitarnya.Itulah yang menjadi tujuan hidup saya.
Saya pernah menanyakan hal yang sama ini kepada seorang 'mantan bos' saya yang seorang 'motivator' yang banyak 'orderan'
"Siapakah **** ?" tanya saya
Dan saya menerima jawaban yang mirip dengan Bapak tuliskan, Saya lebih suka dibilang seorang yang mengembangkan orang di sekitarnya. Apapun posisi saya dimanapun saya bekerja, saya tetap bisa menjadi orang yang mengembangkan orang-orang disekitarnya.Itulah yang menjadi tujuan hidup saya.
Saya bertanya lagi kepadanya, "Bisakah Anda memberikan contoh hasil orang-orang yang anda kembangkan pak"
"O... saya sudah men-training perusahaan ini.. perusahaan itu...? Hasilnya luar biasa mereka begini - begitu.." jawab beliau
"Oya? bukan itu maksud saya pak. Tapi adakah orang di bawah bapak yang siap untuk menjadi bapak yang berikutnya. Orang yang benar-benar Bapak muridkan, berkembang dan minimal menjadi seperti Bapak?"
"O... tidak Ik... Saya hanya mengembangkan orang-orang di perusahaan2 tersebut... membagi ilmu saya... begini begitu..."
"Kalau begitu sayang sekali ilmu bapak, karena suatu saat Bapak hanya akan dikenang sebagai 'seorang motivator hebat' tetapi tidak menghasilkan orang yang secara realistis nyata Bapak muridkan. Suatu saat Bapak hanya akan menjadi 'monumen' saja di dunia ini. Dan siapa Bapak senyatanya? Tidak ada yang tahu bukan? Bapak bisa terlihat pembangkit Semangat, tetapi benarkah begitu? Benarkah Bapak Pemimpin? Memimpin siapa? Apa dan Bagaiman Bapak memimpin?" tanya saya sambil sinis.. karena saya mengenal dia dengan sangat dekat
"Memangnya siapa kamu? Bisa bicara seperti itu Ik? Memangnya kamu pernah mentraining orang seperti yang saya lakukan? "
"Pernah, dan saya masih melakukannya terus! Dan training saya lebih dari yang bapak lakukan. Karena 'training' saya melibatkan seluruh aspek kehidupan saya.. dimana saya tidak hanya dituntut untuk melatih orang, tetapi lebih dari itu menjadi 'contoh dan teladan' nyata bagi orang-orang yang saya pimpin... yang menuntut kehidupan saya untuk siap dikoreksi setiap waktu. Dan saya hanya seorang pemimpin komsel. Jika bapak bekerja berdasarkan order dari perusahaan, saya berdasarkan 'order' dari Kerajaan sorga" ha ha ha... dan kontrak saya untuk mengembangkan orang adalah sampai orang tersebut benar-benar jadi tidak peduli waktunya.. yah...minimal 'jadi' sama seperti saya.."
"Lalu menurutmu aku harus melakukan yang seperti kamu lakukan?"
"Kalau bapak mau mendapatkan nilai plus ya lakukan... tapi kalau menurut bapak cukup hanya bicara2 saja berpindah dari satu perusahaan satu ke perusahaan lain.. dan merasa dengan seperti itu sudah mengembangkan orang... ya terserah saja. Hanya Bapak yang tahu apakah itu tipuan atau tidak. Betul kan?"
He he he... lebih hebat? menurut saya tidak.
Selebihnya.. tepat seperti yang Bapak tuliskan..
Sebelum Anda bertanya ke orang yang Anda pimpin, bisakah Anda bertanya ke diri Anda sendiri, Siapakah Anda? Apakah Anda seorang pemimpin yang sangat mengasihi orang-orang yang dipimpinnya? Apakah Anda seorang yang menunjukan karakter Kristus di dalam lingkungan Anda? Apakah Anda seeorang suami atau istri yang sangat memperhatikan dan mengasihi pasangannya? Ini berbicara tentang Anda bukan tentang apa yang Anda lakukan.
dan paragraph2 selanjutnya...
Seep n top markotop dah pak...
passion for Christ, compassion for the lost
@ Mba Iik
Makasih banyak atas sharingnya. Memang memberikan hidup lebih sulit daripada mentraining di depan.
Small thing,deep impact
@Mas Libe: lain pena lain cerita
Sebagian besar dari kita saya kira sudah mengerti apa yang Mas Libe sampaikan. Toh, tulisan ini tetap bagus untuk diunggah. Bukankah sebagian besar kotbah di gereja pun sudah pernah kita dengar? Namun toh kita tetap butuh mendengarnya.
Topik yang sama tak akan menjadi tulisan yang seragam di tangan penulis yang berbeda. Nats yang sama tak akan menjadi kotbah yang sama bila disampaikan oleh pembicara yang berbeda. Itulah sisi menariknya. Terlebih lagi, walau sudah tahu, seringkali kita ini perlu diingatkan agar tidak (berpura-pura) lupa.
Terimakasih untuk salam perkenalannya. Nah, sekarang kita sudah sedikit lebih saling mengenal kan?
eha
eha
@Liebe kuerennnn
Siapakah Aku?
Kepada siapa bertanya?
Apa yang ditanyakan?
Siapa yang bertanya?
Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.