Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Tante Vina Sudah Pulang

Love's picture

Jika ada anak sekolah minggu yang memiliki guru sekolah minggu kesayangan, itu adalah aku.

Tulisan ini aku buat di tengah rasa duka yang aku alami. Guru sekolah mingguku, Tante Vina pulang ke rumah Bapa pada tanggal 17 Desember 2006 pukul 21.45.

Teringat masa kecilku ... (mengutip awalan lagu ADA BAND)

Setiap hari Minggu pagi tidak pernah aku merasa begitu senang dari hari-hari biasanya dalam minggu itu. Selain ada tayangan Unyil, aku juga akan pergi ke sekolah minggu. Mengapa sekolah minggu membuatku begitu bersemangat. Karena aku merasa sekolah minggu amat asyik. Guru-gurunya selalu punya banyak kegiatan dan aku senang sekali mendengarkan cerita. Beda rasanya dengan membaca buku atau Alkitab. Kisah-kisah yang sudah aku baca di buku atau Alkitab menjadi begitu hidup dan imajinasiku bisa terbawa ke ribuan tahun yang lalu saat peristiwa itu terjadi.

Semua guru-guruku amat baik dalam bercerita (paling tidak menurutku). Tetapi ada satu guru yang tidak pernah aku lupakan sampai saat ini. Tante Vina.

Bukan hanya dia pandai bercerita atau kreatif dalam membawakan kegiatan kelas. Dia juga tidak pernah lupa memeluk dan mencium murid-muridnya saat akan berpisah. Saat ini sudah jarang aku lihat guru sekolah minggu yang seperti ini, bahkan aku juga belum. Tanpa aku sadari aku memiliki beberapa anak sekolah minggu yang belum pernah aku rangkul sama sekali. Tetapi Tante Vina tidak. Semuanya sudah merasakan ketulusan kasihnya melalui rangkulan lembutnya.

Mengapa saat bercerita Tante Vina dan guru-guruku yang lain saat itu dapat menarik perhatianku begitu kuat? Pernah kulihat mereka sebelum kelas dimulai saling bergandengan tangan dan berdoa bersama-sama. Kuevaluasi lagi persekutuan guru-guru di sekolah mingguku saat ini. Ya, dua tahun terakhir ini yang kuingat tidak ada lagi persekutuan di antara para guru. Jikalaupun ada rapat, itu hanya membahas masalah teknis dan operasional dalam sekolah minggu, tidak ada bahasan mengenai persekutuan antara guru sekolah minggu itu sendiri.

Pasti ada persiapan khusus dan kesiapan rohani yang mereka lakukan sebelum kelas dimulai. Ah ... aku lihat lagi diriku, huh .... lebih sering aku memberikan persiapan yang seadanya.

Tante Vina, begitu mencintai anak-anak, sampai akhir hidupnya dia ada dalam dunia anak-anak. Dia menjadi seorang guru di sebuah TK Kristen di Jakarta, dengan gaji yang tidak banyak. Saking cintanya dia pada dunia pendidikan anak-anak, khususnya pendidikan Kristen, dia hampir tidak memikirkan bahwa dia harus memiliki pasangan hidup yang dapat mendukungnya dalam pelayanan. Di usia yang hampir menginjak kepala empat dia baru memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya. Sepenuh hati dia berikan seluruh waktu dan tenaganya untuk melayani anak-anak masa depan gereja. Suatu karunia yang luar biasa dari Tuhan yang harusnya juga dimiliki setiap orang yang mengaku sebaga seorang guru sekolah minggu.

Saat aku harus berpisah dengannya karena harus pindah ke Jawa, aku mendapatkan sekali lagi pelukan itu tanpa ku tahu kapan lagi bisa kurasakan pelukan dan ciuman gemasnya di pipiku. Tetapi 2,5 tahun yang lalu kudapatkan kembali kehangatan itu. Saat aku bersanding bahagia dengan suamiku di pelaminan, dari Jakarta jauh-jauh di datang ke Jawa Tengah untuk sekali lagi memberikan pelukan dan ciuman itu untukku. Tak bisa kulupakan tatapan matanya yang begitu bahagia saat melihatku.

Tidak berapa lama kabar terdengar lagi tentangnya. Dia mengidap penyakit kanker. Aku lupa kanker apa tepatnya. Dokter memvonis hidupnya tidak lebih dari satu bulan lagi saat kudengar berita itu. Tetapi entah mengapa hidupnya lebih dari itu. mungkin hampir satu tahun setelah vonis dokter itu baru Tuhan membawa Tante Vina kembali ke rumah Bapa. Saat sakit semangatnya tidak redup. Dia tetap dekat dengan anak-anak didiknya.

Apakah aku bisa menjadi Tante Vina yang memberikan segalanya untuk melayani Dia melalui anak-anak, sampai akhir hidupnya? Terima kasih Tuhan untuk seorang Tante Vina dalam hidupku. Terima kasih untuk setiap pelajaran yang aku dapatkan melalui hidupnya.

Solo, 18 Desember 2006

Dari balik kaca kulihat ada mendung,
tapi di atas sana kuyakin tidak,
karena aku tahu
ada seorang anak yang baru pulang ke rumah Bapanya.