Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Selamat Jalan, Bunda...
Pada tanggal 30 Desember 2007 jam 2.30, ada sebuah suasana haru bercampur duka yang terjadi di salah satu ruangan di pojok kota "banjir" Semarang. Hari yang mungkin akan terasa susah untuk kuhapus dari ingatanku.
Malam sebelumnya, tgl 29 desember 2007 jam 9 malam, aku baru mau beringsut dari ruangan itu. Karena sudah cukup larut dan takut dimarahi ibu kost-ku, aku memutuskan untuk beranjak pulang dengan nenek dan seorang kakak laki-laki ku. Tidak ada kejanggalan apa pun yang terjadi malam itu. Setelah berdoa bersama, kami bertiga berpamitan pulang dan dengan sesegera meluncur ke kost-ku dengan kijang merah tua.
Minggu pagi itu, aku malas sekali untuk melipat selimutku. Padahal seharusnya aku datang ibadah minggu pagi. Karena sesudah ibadah minggu, ada acara ke bandungan bersama anak-anak Komsel.Tapi ah... badanku sakit semua dan mataku masih enggan untuk terbuka. Jadi aku putuskan untuk melanjutkan mimpiku... (he he he... sedikit nakal jugha ya... ).
Beberapa kali handphone ku berdering. Kakak ku telah menelponku untuk segera datang. Temen-temen gereja pun berkali-kali mengirim sms, menanyakan dimana keberadaanku sekarang. Uh... tapi dasar priska!! Menjawab telpon dengan mata tetap tertutup dan hanya membaca sepintas lalu sms yang masuk tanpa sedikit pun menaruh perhatian. Sesudah itu... tetap saja... bersembunyi di balik selimut ku lagi...
Tapi tiba-tiba saja... ada beberapa orang berteriak memanggil namaku... Priska... Priska... Priska.... . Setengah sadar dan tidak... aku pikir malaikat yang memanggilku. Tapi semakin lama, semakin keras... dan ada ketukan di pintu dan jendela kamarku. Wedew... ternyata itu tidak mimpi... Nyata!!!
Tanpa sempat cuci muka dan cuci kaki... aku membuka jendela. Dan di depan mataku, telah berdiri anak-anak Komsel, dan ketika aku melongok ke jendela... sudah ada 2 mobil kijang parkir di kosku. Duh... berarti aku harus ikut ke bandungan... . Sempat aku mau beralasan untuk tidak ikut, tetapi dengan kompaknya mereka yang di luar jendela bilang: Hayo... cepet berangkat!!! Akhirnya, tanpa mandi... hanya cuci muka, ganti baju, sedikit pakai parfum... aku meloncat masuk ke dalam mobil. Dan dengan segera mobil meluncur ke arah Bandungan.
Selidik punya selidik, ternyata sebelum ke Bandungan ada acara makan-makan dulu. Ya sudah... karena aku hanya sebagai pengikut... ya follow aja degh!!! Sambil menunggu makanan datang... kita semua bercanda kesana kemari, merencanakan apa saja yang akan dilakukan dan dibeli di Bandungan.
Acara makan memakan belum selesai... handphone ku berdering lagi (Wuw... hari itu aku jadi orang penting banget sih... ). Di seberang sana kudengar suara sangat parau dan hanya berkata: Ma... ibuk... dukung doa ya... . Setelah itu telepon mati. (*Mama adalah panggilan ku di rumah). Sesaat aku hanya terdiam, dan aku hanya menerka-nerka apa yang sedang terjadi. Dan suara telepon itu adalah suara telepon dari kakakku.
Aku bilang apa yang sedang terjadi kepada teman-teman Komselku. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk menunda acara ke Bandungan pada hari itu, tapi akan langsung menuju ke tempat dimana ibuk berada. Acara makan pun dipercepat... dan langsung kami semua berbalik ke arah Semarang lagi.
10 menit sebelum sampai di tempat, handphone ku berdering lagi. Dan aku hanya mendengar: Ma... ibuk udah pulang. Kemudian aku hanya mendengar tut.. tut... tut... Sesaat air mataku tumpah... bingung dengan apa yang sedang terjadi... dan aku hanya terdiam...
Turun dari mobil aku langsung berlari ke ruangan dimana ibuk berada. Di situ... aku lihat ibuk sudah terbujur kaku di ranjangnya. Dan di sampinganya ada bapak yang sedang memeluknya. Dua kakak laki-laki ku hanya menangis di sofa sambil memandangi ibuk. Sementara nenek, menangis dengan sejadi-jadinya. Aku masuk.... diam.... membisu... Sempat aku menelpon mami ku mengabarkan berita ini. Mamiku pun tak mampu berkata apa-apa. Hanya diam...
Aku hanya mampu berkata: Selamat Jalan Ibu...
Sedikit bercerita tentang ibuk...
6 bulan yang lalu, tumbul benjolan kecil di pahanya. Ketika di bawa ke dokter, hanya dikatakan sebagai salah urat dan disarankan untuk dibawa ke fisioterapi. Setelah 1 bulan terapi, benjolan itu makin membesar. Kemudian dokter menyarankan untuk dibawa ke Semarang. Pemeriksaan dokter di Semarang menyatakan bahwa itu adalah salah satu jenis tumor ganas dan harus segera operasi.
Operasi pertama dijalankan, kemudian diikuti 5 kali kemoterapi. Tetapi tidak ada hasilnya. Dilakukan lagi operasi yang kedua yang diimbangi dengan radioterapi selama 1,5 bulan. Itu pun tidak membuahkan hasil justru membuat kondisi ibuk semakin parah. Paru-parunya menggembung akibat cairan yang tertahan di dalamnya. Kemudian operasi ketiga dilakukan untuk mengeluarkan cairan di paru-paru. Dan sejak itu, selama 1 bulan (bulan Desember), ibuk terus saja berada di rumah sakit. Dan selama itu pula, entah berapa kali paru-parunya berlobang untuk mengeluarkan cairan di tubuhnya.
Sampai pada akhirnya tgl 30 Desember 2007 jam 12 siang di ruang 106 paviliun garuda RSUP Dr Kariadi Semarang, dokter menyatakan untuk melakukan operasi besar di paru-paru ibuk. Setelah 2 jam di ruang operasi, ibuk kembali ke ruang 106 dengan nafas tersengal-sengal. Dan akhirnya... tepat jam 2.30 ibuk pulang ke rumah Bapa di Surga.
Ada satu hal yang aku kagumi dari ibuk selama beliau sakit. Ibuk tidak pernah menyerah sedikit pun dalam menghadapi setiap sakit yang ada di tubuhnya. Keinginannya untuk berjuang sangat lah besar. Meski di raut mukanya aku melihat, betapa sakit yang dialaminya waktu itu. Tapi selalu saja... mulutnya penuh dengan pengucapan syukur selama 6 bulan terakhir ini.
Ibuk... Selamat jalan... Sekarang ibuk sudah pulang ke rumah Bapa di Sorga...
"I can do all things through Christ who strengthen me"
- Priska's blog
- 5056 reads
Turut berduka
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
To Priska: Salut buatmu
She is home, Priska
Priska dear,
Heaven is her home and she is home, now and we thank the Lord for that. She lived her life long enough to witness that in Christ she was enabled to face whatever this earthly life threw in. A godly woman called Bunda tersayang has left a path for her young Priska to follow. A path that will bring her dearest Priska home, too, one day...
May you say this to her as your last words to her, "I'll see you Bunda tersayang when I get there...!" And may you feel the heavenly comfort that only the Lord can give during this time =)
She is my ibu... but not my mami...
"I can do all things through Christ who strengthen me"