Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Sekilas dari Keabadian (14)
Kesaksian Ian McCormack
Oleh: John Adisubrata
BERDOA KEPADA TUHAN YANG MANA?
‘Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Matius 4:10)
“Berdoa kepada Tuhan dari lubuk hati yang terdalam?” Saya berpikir: “Hatiku …? Oh, ... hatiku sudah lama membeku, … keras bagaikan batu! Begitu kerasnya, sebatang korek api bisa tersulut jika tergores padanya!”
“Berseru dan berdoa kepada Tuhan?” Saya terus berargumentasi: “Tuhan yang mana? Di negara-negara yang pernah kukunjungi selama ini, aku sudah melihat sendiri berbagai-macam agama yang menyembah illah-illah, bahkan dewa-dewa yang berbeda-beda. Jadi, … aku harus berdoa kepada allah yang mana?”
Masih dalam keadaan bingung, akhirnya saya mengambil keputusan untuk mengikuti wejangan ibu saya.
Dari lubuk hati yang terdalam saya berkata: “Tuhan, jika Engkau betul-betul ada, tampilkanlah diri-Mu di dalam penglihatan ini!”
Saya berharap agar permintaan saya tersebut segera dipenuhi secara supranatural, di mana salah satu dari allah-allah yang pernah saya dengar itu bersedia menampakkan dirinya di sana untuk menolong saya!
Tetapi sungguh mengecewakan, karena setelah menunggu beberapa saat lamanya, ternyata tidak ada satu ‘allah’-pun yang menampilkan dirinya di depan saya. Tidak ada yang peduli dengan permohonan saya!
Yang masih tetap tampak di dalam penglihatan tersebut adalah ibu saya! Ia terus memberikan semangat, agar saya berdoa dari dalam lubuk hati saya: “Ian, berdoalah kepada Tuhan! Berserulah kepada-Nya dari dalam hatimu, anakku, … dari lubuk hatimu yang terdalam.”
Mendadak saya menjadi teringat akan Tuhan yang disembah oleh ibu saya, ... Tuhan Yesus Kristus, yang sudah dikenal olehnya secara pribadi berpuluh-puluh tahun lamanya!
“Bukankah Mama menyembah Tuhan orang-orang kristiani yang pernah kuketahui pada masa kecilku?” Saya berpikir: “Jika Ia benar-benar ada seperti yang dikatakan olehnya, biarlah saat ini juga aku berdoa kepada-Nya.”
Saya mulai memikirkan tema-tema yang bisa saya ungkapkan untuk mengutarakan isi hati saya kepada Tuhan. Tetapi oleh karena bisa ubur-ubur laut tersebut sudah mulai meracuni pembuluh-pembuluh darah di dalam otak saya, saya tidak mampu lagi untuk melakukannya. Bahkan untuk menemukan kata-kata yang tepat saja, merupakan suatu hal yang sangat sulit bagi saya, karena benak pikiran saya terasa hampa sekali.
Ternyata … pada saat yang amat kritis tersebut, saya sudah tidak mampu lagi untuk berdoa!
Dengan hati hancur saya berseru kepada-Nya: “Tuhan, aku merasa tidak yakin, apakah Engkau masih sudi mendengarkan doaku ini. Aku merasa seperti seorang yang munafik sekali, karena aku hanya mencari Engkau pada saat aku membutuhkan bantuan-Mu saja. Ampunilah aku, Tuhan. Jika Engkau berkenan, tolonglah aku saat ini juga, agar aku bisa memanjatkan doa, karena aku sudah tidak tahu lagi pokok-pokok tema yang harus kuutarakan kepada-Mu. Tuhan, … ajarilah aku untuk berdoa.” (1)
Saya memohonnya dengan hati tulus, ... dengan kata-kata yang terungkapkan dari lubuk hati saya yang paling dalam. (2)
Dan … seketika itu juga, suatu hal yang tidak terduga, ajaib dan amat menakjubkan, tiba-tiba terjadi di sana, … di depan mata saya!
(Nantikan dan ikutilah perkembangan kesaksian bersambung ini)
SEKILAS DARI KEABADIAN (15)
Kesaksian Ian McCormack
DOA ‘BAPA KAMI’
- John Adisubrata's blog
- 3935 reads
Kesaksian ini menguatkan
Bikin penasarannya "mantap"
waw, yang bikin penasaranya bagus juga.
Sebenarnya cerita bersambung itu sih nggak masalah, sebab kita orang Kristen sebenarnya harus memiliki sifat sabar. iya kan?
Terus Semangat ya pak John...
GBU
Sandra, Sabaaar ...
Dear Sandra,
Yang sabar ya Mbak, sebab kesaksian bersambung ini masih terus saya tulis sambil di-edit. Jadi masih belum selesai tuntas. Secepatnya akan saya posting-kan lanjutannya.
Numpang tanya, ... apakah Mbak Sandra kenal seorang sahabat saya yang bernama Hai Hai (Bukan nama sebenarnya)?
Syalom,
John Adisubrata
betul... Tuhan yang mana....
Demi Denominasi
Wah, Josua, sejak kapan anda berubah? Bukankah sebelumnya anda selalu mencela karena menganggap saya membangkitkan denominasi? Setiap kali dimnta untuk memimpin doa diantara sesama orang Kristen, saya selalu memulainya dengan berkata, "Saudara-saudara Yang dikasihi Yesus, mari kita berdoa sesuai dengan keyakinan kita masing-masing!"
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Sebelum Berdoa
Kalau mau makan dan diminta berdoa, saya lebih suka berkata, "Sebelum berdoa, mari kita makan menurut ajaran agama dan kepercayaan kita masing-masing."
____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
Ini bukan Hai...
BIG GBU!
Doa
Menurut pernyataan Yesus sendiri: "Tidak ada seorangpun yang bisa sampai kepada Bapa, jika tidak melalui Aku." (Kira-kira doang, tidak persis ayatnya)
Itulah syaratnya, tanpa Yesus ... doa siapapun juga engga akan ada gunanya. Karena doa yang hanya bisa sampai ke Allah Bapa hanya doa yang melalui Anak-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus Kristus.
Kelihatannya seperti an extreme view, bukan? Tapi itulah kenyataan yang dicatat di dalam Alkitab. Selebihnya terserah pada kita, ... mau mempercayainya atau tidak!?
Denominations aside, ... yang paling penting adalah isi hati kita, sesuai engga dengan ucapan yang keluar dari mulut kita. Karena Tuhan selalu melihatnya di sana!
Tuhan memberkati selalu.
Syalom,
John Adisubrata