Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
secarik kertas buat mamiku
Hai teman-teman, ini … aku mau cerita nih… Aku pernah memberi secarik kertas kepada mami saya. Dalam kertas itu saya menuliskan sesuatu seputar menghitung penghasilan yang semestinya diterima aku setelah bekerja membantu mami.
1. Mencuci piring Rp 10.000
2. Membilas baju Rp 7.500
3. Menemani mami ke pasar Rp 10.000
4. Mengambil koran buat daddy Rp 15.000
5. Membantu memasak Rp 20.000
Lumayan juga, pikirku. Lantas, aku memberikan kertas itu kepada mamiku dengan harapan mami akan memberikan “gaji” ku selama ini. Tapi setelah membacanya mami bukannya memberi gajiku malahan membalik kertas itu dan menulisnya :
1. Dulu, setiap malam mengganti popokmu : Gratis
2. Ketika kamu sakit dan merawatmu : Gratis
3. Memberimu susu terbaik dan boneka kesukaanmu : Gratis
4. Membeli baju yang kamu pakai : Gratis
5. Membeli perlengkapan sekolahmu : Gratis
6. Mengantarmu kesekolah setiap hari : Gratis
7. Memberimu makan setiap hari : Gratis
8. Biaya perayaan ulang tahunmu : Gratis
9. Mengajakmu berlibur ke tempat wisata : Gratis
10. Mengajarmu berjalan dan membesarkanmu : Gratis
Setelah selesai ditulis, lalu mami memberikan kertas itu kepadaku. Ketika aku membacanya, aku tak mampu membendung air mata yang menetes dari mataku. Kemudian kupeluk mami erat-erat seraya berkata “Maafkan aku mami, terima kasih untuk pemberianmu selama ini, terima kasih untuk segala pengorbananmu, I love you mommy….”
- angelina hadasa's blog
- 4627 reads
usaha si calon pebisnis
gimana yah kira2 kalo si anak itu adalah calon pebisnis yang pantang menyerah dan berargumen begini:
"maap yah ma, tapi bukannya aku ini dilahirkan karena kehendak mama juga ? aku ga pernah minta dilahirkan lho, tapi karena mama pengen banget punya anak waktu itu, maka 'diutuslah' aku. jadi boleh dong kalo aku minta 'sedikit' uang service ? itung2 pajak penghasilan lah. yah ma yah?"
hehehehe.... ^_^)
koko dennis, mana boleh kutip biaya
kata mamiku aku ini anugerah Tuhan, pemberian Tuhan. Kalau yang namanya pemberian itu mah berupa hadiah, mana boleh dikutip biaya.... Lagian yg berhak kutip biaya itu Tuhan,
bukan aku..... hehehe jua ...^_^)
angelina, kamu ga cocok jadi negosiator ^_^)
dear angelina,
kalo mau bicara soal negosiasi duit, kamu ga boleh gampang "dirayu" oleh siapapun, terutama lawan bicara kamu (yang mana dalam percakapan diatas adalah mama kamu). kalo kamu gampang dirayu dan gampang terharu, maka kamu kurang cocok jadi negosiator, baik kamu itu pebisnis atau pun pekerja kantoran.
kalo "mama" saya bilang gitu maka saya akan berusaha "melawan" argumen dia dengan bilang begini:
"ma, setau aku, tuhan itu dulu mengirimkan aku ke mama karena mama melakukan 'sesuatu' dengan papa. tindakan 'itu' bisa diandaikan sebagai 'formulir permohonan anak' kepada tuhan. kalo mama tidak melakukan 'itu' maka aku nggak mungkin ada. memang, aku adalah 'anugerah' dari tuhan, tapi sedikit banyak mama telah 'memohon'. jika begitu, maka adalah 'kewajiban' mama dong untuk memelihara aku. ya nggak mah? kalo ini betul, maka list yang mama kasih ke aku itu nggak valid dong, hehehe, gimana ma? nah sekarang aku cuma minta 'dikiiiiiittttt' aja koq mama ga bisa cincai sih sama aku yang manis ini? ..... " *sambil senyum memelas ala kucing yang di film shrek 2*
kira2 mama angelina bakal jawab apa yah? ^_^)
uang jajan
Soal pelihara ? mama sudah pelihara aku ampei segede ini. Soal kasih sayang ? aku ndak kekurangan kok ! Soal apa lagi ya..? O soal duit ? ada kok mama kasih aku uang jajan....
Yeaaaahhhh! Sekarang aku bisa deh jadi negosiator....
Angelina ini kisah hidup kamu?
Angelina, ini kisah kamu sendiri atau kamu cuman bercerita? Walau kamu masih kecil, namun tetap nggak ada dispensasi. Kalau ini bukan kisah kamu sendiri, kamu harus sebutkan sumbernya.
Saya sering mendengar cerita ini di radio, yang diceritakan adalah kisah si Budi.
salam
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Chicken soup for the soul
Small thing,deep impact
Saya juga pernah dapat
Saya juga pernah dapat cerita ini, jauh sebelum seri Sup Ayam itu meledak, waktu itu saya masih SD (malah kalau tidak salah pernah melakukan hal yang sama). Jadi, tidak heran kalau kisah serupa bisa berulang ratusan bahkan ribuan kali sampai disertakan pula di seri ayam-ayaman itu.
"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
AHA !
AHA !!!
: )