Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Scar
Srrett…. WADAOUWW!!! Itulah kira-kira reaksiku saat tanpa sengaja dengkul ini tertabrak pintu mobil sore itu. Tidak keras sebetulnya dan tidak sakit seharusnya. Masalahnya yang terkena telak ini adalah lutut kanan tempat ada satu bekas luka kecil bersemayam. Keloid istilahnya, nama keren dari daging yang tumbuh dari bekas luka. 1 cm x ½ cm ukurannya. Hadiah dari mengunjungi ATM dekat kantorku di suatu sore ceria sebulan yang lalu. Sesampai di rumah kulihat keadaan si keloid dan betul saja, tak terlihat ada apa-apa, hanya segaris warna merah melintang di area sempit bak rumah BTN ukuran 24m2 itu. Tapi senut-senutnya…. Aduoooohh…!
Bicara tentang scar, ada dua lagi scar yang berkesan. Dua-duanya di tangan kiri, satu di pergelangan tangan, satu di jari telunjuk. Dua-duanya karena digigit anjing. Satu anjing pertamaku seekor herder bernama Helly, satunya lagi anjing liar yang ingin kuangkat dari got depan rumah. Aku memang punya soft spot (soft banget gitu lho) buat makhluk yang Adam namai anjing itu. Setiap lihat bekas luka itu, selalu ingat mereka. Dua-duanya sudah tidak ada lagi, kata Laura Ingalls mungkin sudah di surga anjing lagi berlari-larian dengan gembira. Dua scar itu adalah tanda cintaku buat mereka.
Bicara tentang scar, membuat aku teringat scar yang di jiwa setiap orang. Tidak ada seorang pun yang tidak pernah dilukai. Sama halnya dengan tidak ada seorangpun yang tidak pernah melukai. Ini realita dari dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Segala hal yang seharusnya bersinggungan dengan harmonis jadi berseteru. Tidak kurang-kurangnya orang yang diam-diam menyimpan scar dari masa lalunya yang terus menyakiti setiap kali bagian itu tersentuh. Aku kadang iseng terpikir, kira-kira seperti apa rasanya Thomas saat menyentuh scar Tuhan Yesus supaya ia percaya kalau itu benar Tuhan.
Bicara tentang scar, membuatku merenung apa kegunaannya. Kalau tidak berguna, tentu tidak perlu ada bukan? Tuhan bisa saja tidak membiarkan scar itu ada, tidak semua luka timbul scar. Tapi pada beberapa luka, ada scar. Pasti ada gunanya. Hasil perenunganku begini:
Scar mengingatkanku bahwa ada luka yang tidak akan sembuh seperti semula. Sama seperti realita di dunia ini yang harus menunggu sampai kedatangan Kristus kedua kalinya yang akan menghapuskan segala duka dan airmata, termasuk luka tentunya.
Scar mengingatkanku bahwa sama seperti kita bisa terluka karena orang lain, kita pun bisa melukai orang lain sama dalamnya. Dan untuk memulihkannya diperlukan suatu tindakan yang penuh keberanian untuk bertanggung jawab atas perbuatan yang melukai itu.
Scar mengingatkanku akan adanya konsekuensi akibat perbuatan yang menghasilkan luka tersebut. Kita bisa memandang konsekuensi itu sebagai hukuman atau sebagai belas kasih Tuhan mengoreksi agar kita tidak semakin jauh menyimpang. Aku pilih yang kedua. Dengan kondisi lututku seperti ini sekarang agak memperlambat gerakanku karena sedikit saja aku ceroboh dan membenturkan lututku dengan permukaan keras atau kasar, langsung terasa sedapnya teriris pisau. Dengan melambatnya gerakan-gerakanku, akupun jadi lebih awas memperhatikan apapun yang ada di sekitarku. I learn to slow down…
Bicara tentang scar, yang paling penting dari semua itu mengingatkanku akan Tuhan Yesus yang karena begitu cintanya pada kita rela membawa terus scar di tubuhnya kemanapun Ia pergi. Banyak orang yang malu dan susah akibat scar-nya. Tapi lihat Tuhan Yesus, justru scar itu jadi tanda cintaNya yang begitu luar biasa. Cinta yang bertahan dari maut. Bagaimana mungkin semua itu bisa terjadi? Karena kematianNya di kayu salib membalikkan segala kuasa maut, si jahat, penderitaan dan rekan-rekan sejawat mereka ke arah 180 derajat. Sehingga semua itu bukannya menghancurkan kita melainkan menguatkan.
Ada satu artikel John Piper yang sangat kusuka. Kubaca itu kala jiwaku terluka parah. Saat itu aku protes habis-habisan pada Tuhan bagaimana mungkin memberikanku artikel seperti itu padaku. Tapi kemudian kusadari, betapa istimewanya aku diperlakukanNya dengan diberikannya artikel itu. Judulnya Let Us Go With Jesus Bearing Reproach.
Kini aku, seorang pengembara di bumi ini, kembali menapakkan langkah-langkahku di alam bebas liar, saat ini masih di jalan berbatu tajam berbau lengas, tapi sudah tercium harumnya wanginya bunga padang rumput teduh di hadapanku. Jadi, kuangkat kembali ransel bututku yang penuh jahitan dan sobekan, termasuk salah satunya yang bertuliskan kata “Noah” yang berarti a wanderer and comforter. Kupandang lagi langit dimana secercah sinar matahari mengintip dari balik awan mendung yang tengah diusir angin kasihNya. Let us go with Jesus bearing reproach, scars and all!
“So, let us go out to Him outside the camp, bearing His reproach!"
For here we do not have a lasting city, but we are seeking the city which is to come.”
Hebrew 13:13-14 NASB
- xaris's blog
- 5142 reads
benefit of any scar
yes, everyone has their own scar, kadang itu berupa satu atau beberapa luka di badan, kadang berupa satu atau beberapa kejadian di masa lampau. and yes again, since human tends to forget what is the most important thing in life, we do need the scars to remind us.
nice article.
ps.
nulis2 lagi dong yang "fresh" gini. bosen baca2 kisah2 orang yang kayaknya weird dan (sok) penuh keajaiban. yg "enteng2" kayak gini yang gampang or bisa buat diterapin di daily life :)
Josua Bilang Akar Pahit
Wah, kayaknya si josua belom baca tulisan ini, kalau nggak dia psti udah tereak-tereak, "Akar Pahit!" Dan berdoa mati-matian untuk kamu xaris!
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Komen
we need scar...
hidup tanpa scar adalah hidup tanpa makna...
that's why we need it...
pelaut yang handal tidak berlayar di laut tenang...
tapi selalu berada di tengah hujan badai...
BIG GBU!
BIG GBU!
Need, not Look for it
para pesilat betawi bilang....
Affirmed
Terima kasih Josua-Manurung-dengan-icon-heart, kamu betul, saya terlalu jauh read between the line comment-nya Josua-Manurung-dengan-icon-eagle. Dia ngga bilang kalo dia cari2 scar dengan berkata "that's why we need it" . Sorry yah, Josua Manurung-dengan-icon-eagle
BTW, kamu dengan Josua-Manurung-dengan-icon-eagle ini satu orang bukan? Kalau dari gaya tulisannya mungkin beda, tapi entahlah saya belum pasti, hehehe...
You are very welcome....
saya memang orang yang sama.... waktu itu waktu "Perang Klewer" saya terpaksa harus memecah diri jadi dua dan bergerilya menghadapi pasukan kompeni... ada yang protes dengan poin saya waktu itu.... tapi dengan begini saya lebih nyaman untuk bergerilya di Pasar Klewer ini... hehehe...
BIG GBU!
BIG GBU!