Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
SALIB
Word From Your Beloved Brother
(SALIB)
Oleh: A.B.WIWOHO., S.Th., S.T., M.R.E
Hiduplah dalam damai sejahtera Allah yang melampaui akal dan pikiran manusia. Tanpa harus kuatir akan hari esok. Sebab hanya Tuhan yang mengetahui tentang masa depan. Karena hanya Dia dan memang hanya Dia satu-satunya pribadi yang mengetahui dengan pasti apakah saudaraku akan hidup esok. Mungkin tidak. Bahkan pada kenyataannya hari ini saja tidak dapat engkau katakan sebagai milik pribadi saudaraku. Orang percaya Tuhan harus melangkah setiap jam di dalam hari-harinya di muka bumi ini sesuai dengan rencana Tuhan, karena memang Dia yang memiliki hari ini.
Teruslah menikmati Tuhan dan dinikmati oleh-Nya. Teruslah tetap berada dalam Dia bukan di luar Dia. Melangkah keluar dari dalam Dia membawa pada kehancuran. Pandanglah sekelilingmu, gereja saat ini penuh dengan orang-orang yang bertalenta tetapi penuh dengan aku. Bahkan mungkin dirimu sendiri. Mungkin anda dan mereka adalah orang yang berjuang sama seperti para rasul untuk memberitakan Injil, tetapi ada satu perbedaan dalam anda dan mereka yakni kuasa dari si aku. Aku menjadi pondasi yang kokoh yang tidak dapat tergantikan oleh apapun bahkan oleh Tuhan sendiri. Dalam pergaulan si aku menonjol; dalam pekerjaan si aku menonjol; dalam persahabatan, si aku menonjol; dalam keluarga si aku menonjol; dalam pelayanan si aku menonjol. Dalam segala hal tampak si aku berkuasa. Dalam segala hal si aku mudah tersinggung; dalam segala hal si aku mudah mencela; dalam segala hal si aku tidak berbelas kasihan dan dalam segala hal si aku hanya merendahkan manusia bahkan terhadap orang yang dicintainya sendiri. Dalam segala hal si aku hanya tunduk kepada gelar, pangkat dan kedudukan bukan kepada Allah. Si aku demikian licik, halus, lembut dan licin mempermainkan tipuannya.
Mengapa demikian? Anda dan mereka biasa melakukan suatu pemujaan, yakni pemujaan diri. Memuja diri sendiri sama seperti memuja Allah bahkan dapat lebih dari pada Allah. Setiap pagi dan malam si aku dipuja dan direnungkan sebagai ilah. Setiap pagi dan malam pujian dan penyembahan dilakukan bagi kepuasaan si aku. Secara lahiriah mengetahui salib bahkan lebih dari pada guru-guru pendidiknya akan tetapi sebenarnya tidak mengetahui rahasia salib dan maknanya. Betapa petah lidahnya membentangkan salib dan betapa jauhnya juga dirinya dari salib. Pembicaraan hanya sebatas kayu dan tubuh di paku dengan mengenakan mahkota duri dengan lambung yang tertikam tombak dan Ia mati bagi kita, tetapi kehilangan rahasia salib yang sesungguhnya. Apakah gunanya banyak mengetahui salib terbuat dari kayu, Yesus tersalib disana dengan keadaan yang sangat mengenaskan padahal hal itu tidak membuat kita mengetahui kedalaman yang sesungguhnya. Sangatlah bodoh jika kita hanya membicarakan apa yang sebenarnya tidak berfaedah. Mempunyai mata tetapi tidak melihat. Sungguh celaka, kita ini. Apakah jawaban kita kepada Tuhan yang mengetahui si aku ini sedangkan kita telah gemetar, karena takut terhadap seseorang yang sedang marah-marah.
Manusia yang sebenarnya harus ada di dalam Allah telah melangkahkan kakinya keluar dari Allah dan mendirikan tahtanya. Tahta yang seharusnya menjadi milik Allah telah direbut dan digengam erat oleh manusia. Manusia telah menghempaskan dirinya duduk dalam tahta lalu menjadi pusat dan tujuan hidup manusia. Manusia lalu lebih memperdulikan diri sendiri, semua perbuatan yang dilakukannya hanyalah merupakan kepentingan si aku dalam bentuk yang sangat halus bahkan lebih halus dari kain sutera.
Salib itu adalah kuasa dan hikmat Allah. Tanpa salib manusia tidak pantas bagi Allah. Salib membuat si aku terbujur kaku tak melakukan apa-apa. Menyangkal si aku bukanlah sekadar menjauhi kesenangan ini dan itu saja, melainkan mematikan pohon itu bukan memangkasnya. Semua sifat yang sayang diri, membela diri sendiri bahkan seribu satu macam sifat yang terlihat dalam bentuk yang lain, hanya merupakan ranting dan daun yang berasal dari pohon diri sendiri yang akarnya menembus sangat dalam. Jika hanya dipangkas menyebabkan si aku tetap satu dengan akarnya yang akan tetap hidup, besar dan kuat. Secara kasat mata menimbulkan decak kagum tetapi bagi yang mengenalnya merasakan penderitaan yang dalam akibat ulah akunya yang tetap hidup, besar dan kuat.
Salib merupakan kunci untuk masuk ke dalam suatu kehidupan yang sesungguhnya bersama dengan Allah. Salib berarti kematian. Orang percaya yang mati akan terus menerus, di dalam keadaan yang bagaimanapun juga mampu dengan mutlak dan sempurna mengikuti kehendak Tuhan dan membiarkan hanya kehendak Allah yang terjadi baginya. Kematian berarti mati terhadap kehendak diri untuk melakukan suatu perkara di dalam kehendak Allah dan masuk ke dalam kehendak Allah dan membiarkan hanya kehendak Allah yang terjadi baginya. Kematian dapat membuat kelelahan, ketidak pastian, gangguan, cobaan, kesakitan, kepahitan, kegetiran dan kelemahan dapat diterima dengan sama saja saat seperti menerima kemanisan, kesuburan dan kesukaan. Semuanya itu tidak akan mampu membuat orang kudus menunda melakukan kehendak Allah. Bukankah tidak benar bagi orang percaya untuk benar-benar memiliki nilai yang berharga tanpa melewati kematian. Orang percaya yang mengalami kematian akan menemukan bahwa setiap hal yang terjadi dalam hidupnya adalah berharga dan tidaklah seberat seperti apa yang di pikirkan sebelumnya.
Kematian membuat jiwa kita tidak lagi menyatakan hidup bagi diri dan merupakan suatu kenyataan yang mulia, bukan suatu khayalan atau angan-angan yang kosong. Tetapi suatu fakta, suatu kenyataan yang membuat kita sadar bahwa Kristus ada di dalam kita, kehadiran-Nya dapat dirasakan bukan hanya di dalam kita. Tetapi, juga di luar kita kehadiran-Nya dapat di rasakan, karena sungguh memang Ia ada. Tanpa kematian bagaimana mungkin kita memperoleh bagian dalam segala pewahyuan tentang seluruh rahasia Allah. Kalau kita masih membela dan mempertahankan jiwa yang bertahta sesungguhnya kita beroleh penghinaan. Ketika kita mati, maka setiap orang dengan mudah akan mengecam, melecehkan, menghina dan menyalahpahami kita sebab hal ini adalah kebodohan bagi mereka di karenakan kita mendengarkan-Nya. Bagi kita ini adalah kehidupan yang penuh dengan kemuliaan Allah jika karena Tuhan kita mengalami semua hal ini (Mat.5:11). Bahkan kita tidak merasakan hal itu sebagai suatu halangan sebab kita telah mati.
Jika kita tidak membiarkan jiwa kita mati, maka kita akan terus menerus di tarik menjauh dari Allah. Semakin jauh kita di tarik, semakin jauh kita dari kehidupan-Nya yang dapat di rasakan di dalam kita, yang menjadikan kita segambar dan serupa dengan diri-Nya. Semakin dekat kita di tarik kepada perkara-perkara yang di luar Allah, semakin kita memperoleh kebiasaan untuk berbuat semakin jauh dari Allah. Oleh karenanya, untuk dapat membiarkan kita semakin banyak menerima sifat-sifatNya, pemeliharaan-Nya dan juga kuasa yang menghidupkan. Hanya dengan membiarkan jiwa untuk mengalami kematian.
Sadarlah bahwa kematian ini berlangsung seumur hidup bukan sedetik, semenit, sejam, sehari, seminggu, sebulan ataupun setahun. Ini bukan merupakan sasaran tetapi suatu jalan. Ini tidak memiliki waktu istirahat, tidak memiliki hari libur, melainkan tetap mengalaminya hari ini, minggu depan, bulan depan, tahun depan dan seterusnya. Oh, kekasih Tuhan, tidaklah mungkin ada keberhasilan sebelum mengalami kematian. Kematian mendahului kehidupan (Yoh.12:24).
Atas Izin Yayasan Kehidupan Hodos Kurios
E-mail: hodoskurios @yahoo.com
- HODOS KURIOS's blog
- 4998 reads
cilik-cilik
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...