Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Saat terhalang
Seekor semut pejuang sedang berpetualang mencari makanan sendirian. Semua makanan pasti disukainya, terutama makanan yang rasanya manis. Ditelusurinya jalan yang panjang dan setiap beberapa langkah, jalan yang dilaluinya ditandainya dengan cairan tubuhnya sebagai petunjuk jalan pulang nanti.
Beberapa lama kemudian, tibalah sang semut pejuang di sebuah dapur rumah manusia. Ini pasti tempat di surga pikir sang semut, karena begitu banyak makanan berceceran di sepanjang mata sang semut memandang.
Sang semut pejuangpun kemudian berlari pulang secepatnya ke rumah, mengikuti jalan yang telah diberinya tanda sehingga sang semut tidak tersasar. Didalam sarangnya sang semut kemudian melaporkan petualangannya menemukan surga makanan kepada pemimpinnya. Segera saja sang pemimpin memberikan komando kepada seluruh pasukan semut pekerja, untuk segera datang ke lokasi dibimbing oleh sang semut pejuang.
Setibanya di lokasi, berbondong-bondong seluruh pasukan semut pekerja mengangkut makanan. Bila makanannya berbobot ringan, diangkut seekor semut pekerja. Sebaliknya bila berbobot berat akan diangkut beramai-ramai.
Semut pejuang membantu menjelajahi lokasi, keluar masuk celah perabotan untuk mencari apa saja makanan yang bisa dibawa pulang. Ditemukannya sebuah toples yang tidak tertutup rapat, lalu dengan semangat sang semut masukkedalamnya, sebentar kemudian dia sudah keluar lagi, rupanya itu adalah toples berisi kopi yang luar biasa pahitnya. Sang semut sangat tidak suka dengan yang pahit-pahit. Pantang menyerah, sang semut berjalan lagi dan ditemukan lagi sebuah toples. Kali ini toples yang berisi gula, luar biasa senangnya sang semut, segera memanggil kawan-kawannya untuk bersama mengangkutnya ke sarang mereka.
Manusia dalam kehidupannya sedikit banyak mirip dengan semut, sama-sama mahluk sosial. Mempunyai pemimpin dan kelas pekerja.
Semut berjalan di tembok rumah, di meja dan di lantai, namun dia tidak tahu bahwa dia sedang berjalan di tembok atau sedang berjalan di meja atau sedang berjalan di lantai. Baginya semua itu bidang-bidang yang teramat luas, dan sulit mengetahui bentuknya. Namun semua hal itu tidak membuatnya berhenti berusaha mencari makanan.
Manusia mengarungi kehidupan yang luas, sama seperti semut. Tidak tahu apa yang sedang dijalaninya dalam kehidupannya. Kadang ada peristiwa pahit, kadang ada peristiwa manis. Saat ada peristiwa pahit yang membuatnya stress, manusia berputus asa. Peristiwa yang sama saat sang semut menemukan kopi, demikianlah manusia sedang menemukan kepahitan.
Bila sang semut segera mencari jalan keluar dan kemudian berusaha lagi mencari makanan, manusia seringkali malah terbenam dalam toples kepahitan sambil meratapi dirinya yang malang tanpa berusaha mencari lagi jalan keluar.
Seandainya manusia tahu di sebelah toples pahit ada toples manis, mungkin dia bisa segera bangkit dan keluar dari dalam toples kepahitannya.
Saat sebuah masalah menjadi begitu rumit dan membuatmu menjadi begitu putus asa, kekiri ketemu tembok, kekanan terbentur dinding, kedepan terhalang palang dan kebelakang berupa jurang, maka sebaiknya lihatlah keatas dan berdoa.
Dia yang bisa melihat bentuk kehidupanmu ada disana, seperti kamu bisa melihat bentuk tembok, bentuk meja dan bentuk lantai yang dilalui seekor semut, demikian pula Dia bisa melihat jalan yang sedang kau lalui.
Bila kau mempercayaiNya, Dia akan memberitahukanmu jalan yang terbaik. Karena kehidupanmu sesungguhnya adalah jalanan yang telah dirancangNya. Dan Rancangannya adalah yang terindah. Yang perlu kau lakukan adalah seperti semut, pantang menyerah mencari celah dan ketika kau menemukan hal yang manis dalam kehidupanmu, jangan lupa untuk berbagi dengan sesamamu.
nobody is perfect. i am nobody
- kanukaino.sihanji's blog
- Login to post comments
- 4334 reads