Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Pledoi Blogger
Blog hanyalah sebuah katarsis (sarana melampiaskan emosi), dan blogger hanyalah orang-orang narsis yang suka cari perhatian saja, demikian beberapa pendapat yang pernah saya dengar dari mereka.
Apapun itu, bagi saya hal seperti di atas hanyalah pengulangan sejarah. Setiap ada temuan baru yang dampaknya langsung dan meluas kepada masyarakat umum, maka pro kontra selalu muncul. Ingat TV yang menggusur buku, ingat musik pop yang menggusur musik klasik, ingat bioskop yang menggusur gedung-gedung opera, sms yang menggusur surat pos, dll. Kini blog muncul menggusur situs yang bikinnya rumit itu, mungkin juga menggusur koran yang hanya memuat berita-berita besar dan hanya searah.
Lalu pihak-pihak di atas mengatakan bahwa karena itulah blog berbahaya. Karena gampang dan murah bikinnya, berita bisa disampaikan oleh siapa saja, bahkan dengan sumber anonim, tanpa pengawasan serta bisa dibaca oleh seluruh dunia! Nah, beberapa orang memang ada yang ingin menjadi Superman, menyelamatkan dunia yang penduduknya 'bodoh-bodoh' ini dari kejahatan disinformasi, karena ia merasa memiliki kelebihan; lebih pintar, lebih tahu banyak, dll. Di satu sisi itu adalah sikap yang mulia, sangat sepakat kalau kita punya kewajiban untuk membagikan pengetahuan kita kepada orang lain (itulah salah satu fungsi blog dan media lainnya), namun nampaknya ada dua poin penting yang mereka lupa. Pertama, masyarakat tidaklah bodoh dan mereka memiliki hak untuk bersikap. Kedua, adalah kekanak-kanakan kalau kita selalu menuntut agar hanya suara kita saja yang boleh dan harus selalu didengarkan dan dituruti, lagipula itu juga sikap yang otoriter.
Karena itulah, saya pikir blog telah menjadi suatu terobosan baru dalam hal komunikasi, satu hal vital dalam perkembangan budaya manusia. Makin banyak pula tokoh-tokoh penting, yang bahkan TV dan media cetak pun sebenarnya akan mau memuat opininya, tapi tetap punya blog untuk beropini (seperti Juwono Sudharsono yang menteri, atau penulis-penulis, seniman, dll yang tulisannya sering wira wiri di surat kabar). Di satu sisi, sebagai sesama blogger mereka jadi setara dengan saya, mungkin inilah globalisasi yang 'baik'. Berangkat dari start yang sama, jadi tanpa ada eksploitasi, lalu masyarakat yang memutuskan memilih yang mana.
Apakah blog sebuah katarsis? Apakah blogger orang yang narsis? Ya, mungkin memang ada blogger yang terlalu ekstrim dalam ngeblog, isi blognya selalu berpusat pada dirinya sendiri, dan itu menurut saya sah-sah saja. Kalau misalnya dia teman atau kenalan saya (apalagi yang tinggal di daerah lain), isi blog seperti itu malah yang saya cari. Bahkan kalaupun saya tidak kenal, seringkali memang ada beberapa pengalaman blogger yang menarik dan inspiratif. Tapi kalau bosan ya pindah saja, toh tidak semua blogger begitu. Bahkan blog yang tematis juga makin banyak.
Selain itu, bagi saya, pertanyaan dan tuduhan itu pun sebenarnya bisa pula ditujukan kepada sastra dan seni. Kecuali ada yang berpikir bahwa kita bisa menciptakan satu karya seni dengan terlepas sama sekali dari pengalaman dan pandangan pribadi kita, maka tuduhan itu bisa disebut masuk akal. Karena bahkan karya seni realisme sosialis yang dituding terlalu politis pun kalau mau diteliti juga memuat kepercayaan, pengalaman dan opini si pencipta terhadap dunianya.
Akhirnya, jika nantinya blog ternyata hanyalah satu tren yang akan terlupakan sebagaimana halnya fashion/gaya hidup saja, maka sayapun tetap merasa gembira karena pernah menjadi bagian darinya. Sebab saya merasa jauh lebih baik mengikuti tren yang bisa memacu kreativitas, pikiran yang tajam, dan mendukung sistem yang demokratis daripada berkutat pada kebudayaan 'tinggi' yang egois, stagnan dan malah tidak peka pada lingkungan sekitarnya.
- y-control's blog
- 6019 reads
Kalo memang tren
Namaku: Yulia
tren ?
Ya itulah bung dancing :-), saya sendiri optimis kalo blog (termasuk sabdaspace ini) bukanlah tren sesaat (huruf a harus tetap dua loh hehe..), cuma selalu ada saja pihak yang mungkin belum-belum sudah paranoid dengan perubahan paradigma (apalagi internet perkembangannya memang sangat cepat).
Alasan saya optimis adalah karena saya merasa yang dinamakan blog ini membawa lebih banyak dampak positif (sudah disebut di atas) daripada dampak negatif. Bahkan situs seperti friendster yang sering dituding ga ada gunanya saya pikir tetap ada gunanya, paling tidak friendster adalah sebuah ancang-ancang menuju terciptanya teknologi baru dalam dunia media, yang bisa kita pakai untuk menyuarakan suara kita (dan pasti juga suara-Nya)..
Kalo posting yang belakangan agak sepi.. kenapa ya? Kalo saya sih rasanya memang karena kecepatan bikin tulisan untuk diposting saya ya baru bisa segini aja. Kalo yang lain apa lagi pada mudik kali ya? hihi..
Kok belum, ya?
Benar juga, kalau dulu di sini rata-rata bisa sampai empat atau bahkan lima posting. Belakangan ini kok sepi, ya? Saya merasa aneh juga kalau berkunjung ke SABDA Space ini. Pengguna yang terdaftar di sisi sebelah kanan kita jumlahnya banyak. Tapi yang mosting kok kayaknya itu-itu saja, ya? Tapi, ehm, jangan tersinggung, ya, saya kok ndak pernah ngeliat postingannya Sdr. Dancing, ya?
"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
Biar gak gap-net :P
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
Hihihihi...
Namaku: Yulia
Pioner dan ikut tren
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
Mungkin gini deh, kalo tiap
Namaku: Yulia
Trendsetter
Wah, ide yang baik. Kalau begitu, sekalian saja Anda jadi trendsetternya. Tandanya, silakan memulai memostong seminggu sekali. Namanya juga trendsetter, pasti segala sesuatu dialah yang mengawali. Benar? Nah, postingan Anda minggu ini, mana, ya?
"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
Lho kok...
Namaku: Yulia
Bottom-up
Ah, ngapain ngurusin pengelola yang bak hantu asap itu? Lagian pengelola sudah berbaik hati menyediakan wadah ini. Daripada pusing dengan Tuan Hantu Asap itu, bukankah lebih baik komunitas yang sudah ada ini saling mengembangkan lewat artikel masing-masing? Kebanyakan ngasih komentar juga tidak baik untuk kesehatan, lho! Maunya nodong melulu. Aih, aih, aih. (Eh, jangan tersinggung, lho, soalnya saya memang suka menyinggung.)
"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
Wah wah
Halo Saram
Rupanya anda kenal dengan pengurusnya ya.
Kalo anda sudah akrab dengan dunia komunitas di internet tentunya anda gak akan komentar seperti itu. Dimana-mana pembuat atau pendiri pasti ikut mbantu ramain komunitasnya dalam hal ini blog. Kalo cuma mo buat terus ditinggal mah anak kecil juga bisa..... Tapi kalo seperti itu kan kesannya gak bertanggung jawab
Saya sendiri juga heran kok orang Sabda gak ada yang nongol.
Coba anda lihat di forum2 yang sudah punya nama, dengan cepat anda bakalan tau siapa admin atau moderatornya. Tapi di sini? Siapa nih orang adminnya, moderatornya. Orang sabda di mana ya..... Yuhu....