Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Pergilah!
Sepasang kekasih yang tertangkap basah 'berduaan' di sebuah kuburan tua, digiring ke balai desa dalam keadaan seperti bayi yang baru lahir. Sepanjang jalan orang-orang yang telah melakukan penangkapan ini memukul kentongan, sehingga penduduk yang sedang menikmati makan malamnya berhamburan keluar lalu mengikuti rombongan ke balai desa. Meninggalkan makanan mereka tergeletak begitu saja di atas meja makan.
Di balai desa, beberapa orang menginterogasi pasangan yang ternyata belum menikah dan berasal dari kampung lain. Penduduk merasa kampung mereka telah dinodai, sehingga merasa wajar memberi hukuman berat kepada kedua orang ini.
Mereka menyepakati sebuah hukuman yang terbaik, juga menyepakati kalau anak-anak tidak boleh ikut menyaksikan hukumannya. Anak-anak yang ikut menonton disuruh pulang, dengan alasan apa yang akan mereka lihat sangat tidak baik. Setelah yang tertinggal hanyalah orang-orang berumur 17 tahun ke atas atau sudah menikah, baru hukuman dijalankan, dengan memaksa kedua orang yang telah berdosa ini melanjutkan apa yang tadi mereka lakukan di kuburan tua.
Seorang berceloteh ketika keduanya menolak, "Lebih baik di sini daripada di kuburan tadi, di sana kalian juga ditonton oleh setan. Jadi kenapa malu disini?"
***
Cerita di atas hanyalah sebuah cerita, cerita yang muncul karena beberapa kali aku membaca berita seperti ini di majalah, berita tentang sepasang kekasih yang diarak keliling komplek perumahan karena tertanggap basah sedang 'mengotori' sebuah perumahan. Juga berita tentang sebuah bentuk hukuman bagi yang tertangkap basah.
Alasan untuk semua hukuman ini cukup sederhana, supaya orang-orang telah berdosa ini menjadi malu dan jera untuk mengulanginya lagi. Di samping itu orang lain diharapkan menjadi takut dan tidak akan berani ikut mencobanya.
Sebuah alasan yang menurutku tidak masuk akal, seorang yang kelaparan bisa saja mencuri dan tidak akan memikirkan rasa malu pada waktu itu, rasa malu dan bersalah mungkin baru muncul setelah kenyang.
Sepertinya untuk urusan seks juga kadang-kadang rasa malu harus disingkirkan. Kalau orang mau jujur, rasa malu dan bersalah itu muncul hanya sementara. Ia akan mengulanginya lagi, seperti seorang yang kelaparan baru merasa malu setelah kenyang dengan makanan curiannya.
Bukan maksudku mau mengatakan bahwa karena itu sebuah kebutuhan, lalu orang boleh seenaknya melakukannya seperti ayam. Tidak! Aku hanya menolak jika alasan pemberian hukuman seperti itu akan membuat orang malu lalu jera, atau untuk orang lain juga menjadi takut. Menurutku alasan seperti ini hanyalah akan membuat orang lebih hati-hati dan tidak memilih sebuah kuburan tua.
Menurutku, hukuman seperti itu hanyalah untuk memuaskan orang yang 'bersih' kehidupannya. Memuaskan keinginan untuk menonton orang dipermalukan, serta memuaskan keinginan untuk menonton sebuah siaran langsung. Hanya itu! Bukan demi orang yang dihukum atau demi kebersihan lingkungannya.
***
Aku menyukai cerita tentang Perempuan yang Berbuat Zinah dalam Injil Yohanes. Cerita ketika Yesus di Bait Allah, dan para ahli Taurat serta orang Farisi membawa kepadanya perempuan yang kedapatan berbuat zinah. mereka berkata kepada-Nya kalau perempuan ini kedapatan ketika sedang berbuat zinah.
Mereka berharap Yesus mengambil keputusan yang salah sehingga bisa menyalahkan-Nya. Mereka Mengingatkan Yesus bahwa dalam hukum Musa mereka berhak melempari perempuan tersebut dengan batu sampai mati.
Setelah didesak berkali-kali, akhirnya Yesus hanya berkata, "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
Mendengar jawaban ini, satu persatu mereka pergi mulai dari yang tertua. Akhirnya yang tinggal hanya Yesus dan perempuan ini. Kemudian Yesus menanyakan perempuan ini dimana orang-orang yang tadi mau menghukumnya. Yang dijawab olehnya dengan mengatakan orang-orang yang tadi mau menghukumnya sudah tidak ada lagi.
Yesus hanya berkata, "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
- anakpatirsa's blog
- 4736 reads
jangan berbuat dosa lagi....
Hati-hati saja
Menulis itu 20% bakat dan 80% kerja keras, memang benar, ada orang yang pintar berpidato karena memiliki bakat itu sejak lahir. Dan kemampuan berpidato seperti ini kadang-kadang berbahaya, karena bisa mempengaruhi orang ke arah yang salah.
Ada orang yang dilahirkan dengan kemampuan untuk menulis, bukan hanya dengan 20% itu. Kemampuan untuk mempengaruhi pendapat umum hanya dengan sebuah cerita.
Anakpartirsa, siapa tahu kamu termasuk di antaranya, jadi hati-hati dengan tulisannya. Jangan menyampaikan pandangan secara sembarangan, kecuali yakin sepenuhnya bahwa itu benar. Yakinkan diri dulu kalau itu tidak akan mempengaruhi orang lain ke arah yang salah.
Setuju Saudara Pengunjung
Saudara anak partisa, ternyata saya bukan satu-satunya orang yang merasakan betapa hebatnya pengaruh tulisan anda. Saya setuju dengan saudara pengunjung, tulisan anda bukan tulisan biasa. Anda harus berhati-hati dengan kemampuan anda tersebut. Ada bahagia, ada bahaya! Gunakanlah secara hati-hati di bawah bimbingan Roh Kudus.
Saya akan merenungkan tulisan anda ini secara hat-hati dan memberi komentar jika saya mampu nanti.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak