Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Perdebatan Yang (Tidak) Perlu

Pak Tee's picture

Karena merasa pusing dengan perdebatan teman-temannya, Oentoeng menemui Mas Wathon, tetangganya. Nama lengkap tetangganya itu Wathon Sulaya, nama yang diberikan orang tuanya karena Mas Wathon ada, setelah pertengkaran panjang kedua orang tuanya. Sebagai peringatan! Tapi kenapa kalau sebagai peringatan, tidak diberi nama Damai saja? Bukankah adanya Mas Wathon adalah setelah kedua orang tuanya berdamai? Kalau kedua orang tuanya tidak berdamai bagaimana Mas Wathon bisa ada? Dia pernah bertanya begitu. Tapi dengan tegas Mas Wathon menjawabnya, “Jangan kurang ajar kamu! Dame itu nama Bapakku!”

                O…begitu! Jadi? Apa arti sebuah nama? What is a name?

                “Ada apa Toeng cari aku?”

                “Dolan aja kok Mas Wathon!”

                “He…he…he…! Rasanya kalau tidak ada sesuatu kamu tidak pernah main kesini?”

                “Ah tahu saja Mas Wathon ini! Aku baru pusing Mas! Dengar perdebatan teman-teman!”

                “Tentang apa?”

                “Tentang kekristenan. Apalagi kalau bukan tentang itu?”

                “Lha kok pusing?”

                “….Ya, karena aku tidak tahu! Masalahnya aku tidak hidup pada masa yang mereka perdebatkan!”

                “Terus kenapa kamu cari aku? Aku pasti juga tidak hidup di masa itu kan? Nah, kesimpulannya aku juga pasti tidak tahu!”

                “Aku tidak percaya!”

                “Lho kok? Maksa?”

                “Mereka yang berdebat itu adalah teman-temanku yang juga tidak hidup di masa yang mereka perdebatkan, tapi mereka punya pendapat. Dan mereka merasa sangat yakin pendapat mereka benar. Mas Wathon pasti juga punya pendapat!”

                “Walaupun yakin, pendapatnya belum tentu benar?”

                “Ya! Walaupun yakin…. pendapatnya benar! He…he…he…!”

                “Sak karepmu, Toeng! Apa pertanyaanmu?”

                “Pertama, ada yang berpendapat bahwa Alkitab itu adalah satu-satunya standar kebenaran, menurut Mas Wathon ini benar atau salah?”

                “Salah!”

                “Kok cepat banget jawabnya? Ngak pakai dipikir?”

                “Lha tanyanya cuma benar atau salah…. Kupikir tentang cerita-cerita di Alkitab, karena kamu tadi bilang tentang tidak hidup di jaman itu…!”

                “Belum….! Jawab yang ini dulu…!”

                “Ya itu tadi sudah kujawab….salah!!”

                “Alasannya?”

                “Mereka yang bilang bahwa Alkitab adalah satu-satunya standar kebenaran itu selain salah juga kurang ajar!”

                “Karena Allah itu adalah kebenaran! Mereka tidak memperhitungkan Allah. Itu kurang ajar namanya. Kebenaran Allah itu luas dan dalam. Tidak cukup dituliskan dalam satu buku. Ya tidak? Apalagi untuk dipahami dengan otak manusia yang cuma segini….!“ Mas Wathon mengepalkan tangannya.

                “Jadi kalau tidak mengerti apa yang harus dilakukan?”

                “Berdoa! Tanya Tuhan! Bukankah sebelum baca Alkitab kita selalu dianjurkan untuk berdoa terlebih dahulu? Itu artinya apa? Itu adalah suatu bentuk pengakuan, bahwa otakmu belum tentu bisa mengerti apa yang tersirat di dalamnya. Pengertian kita mungkin hanya sampai pada apa yang tersurat….!”

                “Wah….wah….wah…! Tapi bagaimana caranya Tuhan menjawab pertanyaan kita?”

                “Kalau kamu tidak percaya Tuhan bisa dan mau menjawab pertanyaanmu, bagaimana kamu bisa percaya Tuhan mampu menyelamatkan hidupmu?”

                “……Mas Wathon, sekarang tentan kejadian! Adam dan Hawa itu dijadikan Tuhan langsung sudah dewasa, atau masih bayi?”

                “Aneh-aneh saja pertanyaanmu!”

                “Ya, itulah yang bikin saya pusing!”

                “Kamu percaya tidak kalau Tuhan itu maha kuasa?”

                “Ya, pasti tho!”

                “Kalau begitu jangan pakai logika manusia!”

                “Maksudnya?”

                “Tuhan bisa tidak mencipta dari tidak ada menjadi ada?”

                “Ya, bisa! Kun faya kun! Dia bersabda jadi, maka jadilah!”

“Jadi kalau bahannya kecil, seperti debu tanah, dibikin besar sebesar gunung bisa tidak?”

“Ya bisa!”
                “Makanya itu kamu jangan kurang ajar! Masakan Tuhan mau kamu jadikan pembantu?”

“Eh….aku kan tidak…..” Tiba-tiba terdengar teriakan dari dalam rumah, “Pak….eek!”

“Sudah! Aku mau nyeboki anakku dulu. Aku tinggal dulu ya…?”

Beberapa saat kemudian Mas Wathon muncul kembali di ruang tamu.

“Punya anak kecil itu repot! Mesti mandiin, nyuapin, nyebokin….bener tidak, Toeng?”

“Ya…. Tapi kan seneng juga….”

“Toeng, kamu tahu kenapa ide keselamatan Kristiani susah diterima orang? …..Karena tidak masuk akal! Tuhan kok jadi manusia…. Tuhan itu mulia, Yang mulia tak mungkin merendahkan diri seperti itu…. Apalagi sudah begitu masih juga diludahi, dmaki-maki, disalib, ditusuk kayak sate….. Itu kan selain tidak masuk akal juga kurang ajar sekali!

“Jadi jangan heran kalau di masyarakat berkembang cerita yang lebih masuk akal. Yaitu bahwa Yesus itu bukan Tuhan, tapi nabi. Ini lebih masuk akal. Trus karena Dia nabi, Dia pasti dilindungi Tuhan. Tidak mungkin Dia disalib. Jadi ada orang lain yang diserupakan dengan Dia untuk disalib. Pernah dengar kan cerita ini?”

“Menurut Mas Wathon, apakah perdebatan teman-temanku itu sebenarnya tidak perlu?”

“Yang tidak perlu ada itu sebenarrnya rasa pusingmu itu…..! Aku sendiri suka pad aide-ide yang liar, fresh dan original. Tapi kamu sendiri jangan jadi mabuk. Sekalipun di luar ada badai, gelombang tinggi dan taufan mengamuk, asal kau berada di kapal yang tepat kau akan tetap selamat.

“Maksudnya?”

“Ikutlah kapal Yesus, jangan kapal Yunus!”

__________________

Seperti pembalakan liar, dosa menyebabkan kerusakan yang sangat parah dan meluas. Akibatnya sampai ke generasi-generasi sesudah kita. Aku akan menanam lebih banyak pohon!

guestx's picture

asal jangan mabok

...,asal kau berada di kapal yang tepat kau akan tetap selamat.

amin!

namun, masalahnya mungkin begini, pak tee. betapa kasihan orang-orang yang ada di perahu lain, mereka tak tahu bahwa mereka ada di kapal yang salah. "saya" yg sdh memprediksikan diri akan selamat,  bukankah punya tanggung-jawab moral untuk mengingatkan mereka ? kalo mereka gak mau dengar dan percaya, saya mau tak mau harus membuktikan (dan seringkali harus memperdebatkan :-) bahwa "saya" naik kapal yg tepat, sedangkan yg lain, o so sorry, sesat :-)

runyamnya, kalo "saya" malah jadi ragu-ragu setelah lihat betapa banyak kapal yang berseliweran di laut dengan arah yang berbeda-beda dan masing-masing sama yakinnya dengan "saya" bhw kapalnya adalah kapal yg tepat. barangkali, itu yg buat banyak yang jadi mabok laut. nah, utk yg rentan mabok, baiknya mojok aja bersama Yesus yg juga lagi tidur tenang di kapal yg sedang diombang-ambingkan angin sakal.

 

__________________

------- XXX -------

Pak Tee's picture

Silakan berdebat!

Silakan saja kalau mau berdebat, Guestx! Maaf jika aku lebih senang mendengarkan saja, sambil sesekali mendongeng. Atau sekedar terkantuk-kantuk di atas kapal. Semoga angin sakal membawa kapal yang kutumpangi lebih maju ke depan.

__________________

Seperti pembalakan liar, dosa menyebabkan kerusakan yang sangat parah dan meluas. Akibatnya sampai ke generasi-generasi sesudah kita. Aku akan menanam lebih banyak pohon!

Zakheus's picture

Berdoa

Byk orang berdoa sekadar "meminta" apa yg menjadi kerinduannya, bila perlu dng sedikit memaksa dng dalih Claim janji Tuhan. Seakan manusia lebih tahu apa yg baik untuknya ketimbang meminta hikmat agar Tuhan menuntun langkah hidupnya..

Jadi inget cerita Saloma ketika berdoa kepada Tuhan, dikasih pilihan harta dan kuasa tetapi lebih memilih hikmat..

Nice artikel pak tee, Gbu