Alkitab mencatat banyak contoh dari para pemimpi yang pada akhirnya menjadi pemimpin. Salah seorang tokoh PL yang begitu akrab dikenal sebagai tukang mimpi, yaitu Yusuf (Kej 37:19), yang pada akhirnya menjadi pemimpin nomor dua di Mesir setelah Firaun (Kej 41:40).
Dimulai Dengan Mimpi-Mimpi
Yusuf dikenal sebagai tukang mimpi. “Lihat, tukang mimpi kita itu datang!” Kalimat itulah yang keluar dari mulut saudara-saudara Yusuf ketika ia hendak menjenguk mereka di padang penggembalaan (Kejadian 37:19). Kemampuan melihat sesuatu di masa depan dalam Alkitab, seringkali berhubungan dengan mimpi, penglihatan, dan wahyu. Amsal 28:19, berkata: “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat.” Barangkali istilah yang kita kenal dalam kepemimpinan adalah visi. Tetapi pembahasan ini bukanlah studi kata, melainkan sebuah persepektif Alkitab tentang seorang tokoh yang dikenal sebagai tukang mimpi, yaitu Yusuf (Kej 37:19). Yang patut disayangkan adalah jika ada pemimpin yang tidak mempunyai mimpi.
Dilanjutkan Dengan Cerita Mimpi
Yusuf dibenci karena ia menceritakan mimpi-mimpinya. Barangkali, jika Yusuf diam-diam dan tidak menceritakan apa-apa tentang mimpi-mimpinya itu, maka tidak akan ada kebencian yang begitu besar, terutama dari saudara-saudaranya. Alkitab mencatat, "Jadi makin bencilah mereka kepadanya karena mimpinya dan karena perkataannya itu. … (Kej 37:8). Yang patut disayangkan adalah jika ada sebuah mimpi lalu tidak dapat diceritakan atau dihalangi untuk diberitakan.
Pada Akhirnya Menjadi Pemimpin
Yusuf diakui sebagai orang yang dipenuhi oleh Roh Allah dan layak memimpin karena ia menterjemahkan mimpi dengan tepat. Alkitab mencatat demikian: "Kata Firaun kepada Yusuf: Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau. Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu.'" (Kej 41:39-40). Yang patut disayangkan adalah jika ada yang layak menjadi pemimpin namun dihalangi oleh birokrasi organisasi.
Seorang teman dari Korea menceritakan kepada saya bahwa di denominasinya ditentukan sebuah syarat untuk menjadi ketua sinode dengan umur minimal 60 tahun dan bergelar minimal S2 teologi dengan latar belakang S1 umum. Saya kaget, dan mulai berpikir, "Apakah ini sebuah kemajuan atau kemunduran; sebuah tantangan atau tentangan; sebuah strategi atau politisir.
Pemimpi yang menjadi Pemimpin vs. Pemimpin yang menjadi Pemimpi
Jika seseorang pemimpin mengungkapkan visinya yang pada akhirnya tidak menjadi kenyataan, maka orang itu pasti hanya seorang “Pemimpin yang menjadi Pemimpi”. Maka seperti Alkitab peringatkan, “apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya.” (Ulangan 18:22)
Biasanya orang-orang yang seperti itu, cukup pandai merangkai kata sehingga dapat menghipnotis orang-orang yang sedang sekarat dengan desakan kebutuhan. Tetapi dalam kenyataanya tidak ada hasil yang benar-benar terwujud. Yusuf bermimpi karena pekerjaan Roh Allah, tetapi para pemimpin yang hanya menjadi pemimpi adalah seperti perkataan Pengkhotbah: "Karena sebagaimana mimpi disebabkan oleh banyak kesibukan, demikian pula percakapan bodoh disebabkan oleh banyak perkataan." (Pengkhotbah 5:3)
Tidak semua orang yang bermimpi akan menjadi pemimpin. Tetapi baiklah setiap orang dengan bijaksana, agar tidak akan menolak orang-orang yang diberi mimpi oleh Allah untuk menjadi pemimpin. Para pemimpi yang demikian biasanya diperlengkapi oleh Roh Allah dengan perkataan-perkataan yang mengandung nubuatan, sebab mereka dipilih untuk menyelamatkan generasinya dari berbagai macam kehancuran. Kiranya semakin banyak orang yang menjadi pemimpin yang mendapat mimpi dari Allah.
bangun...
dear OZ... minimal kudu jadi pemimpin bagi diri sendiri...?
tips-nya: jalankan mimpimu... (bangun!)
hehe...
___________________________
giVe tHank’s wiTh gReaTfull heArt
www.antisehat.com
Ya,ada orang yang merasa
Ya,ada orang yang merasa bahwa memimpin orang lain itu mudah, karena niatnya main perintah. Pada hal, memimpin diri sendiri seringkali agak susah. Ketidak sanggupan kita mendisplin diri membuktikan bahwa kita tidak dapat memimpin ... at least diri sendiri.
Tetapi yang patut disayangkan adalah banyak orang yang seharusnya melayani sebagai pemimpin, tetapi karena orang-orang yang lebih dahulu enggan melepaskan jabatan dan takut kehilangan kedudukan, maka mimpi orang-orang muda pada akhirnya dihalang-halangi. Ada kalanya sekarang organisasi-organisasi menetapkan standar umur yang berhak untuk boleh memimpin, misalnya harus sudah berkepala 4 atau 5. Eh, malah ada gereja yang saya kenal, menetapkan standar umur pendeta pemimpinnya minimal 60 tahun .... ha...ha... pada hal pada masa mereka dulu tidak ada peraturan yang demikian.
Ok, tks Antisehat ... saya sudah kunjungi webnya.
In His Grace,