Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Pembalasan? atau Membalas?
Untuk menjawab pertanyaan hai hai, tentang hal itu aku pernah alami.
Orang kepercayaanku, meskipun bukan mbak atau bawahanku ya, ini mengenai 'sahabat' mengkhianati aku dengan menyebarkan rahasiaku dan dia. Walaupun ia memang sudah berjanji, dan ia juga mencurahkan rahasianya padaku, yang bila diukur kami saling terbuka, dan itu juga rahasia berdua, seenaknya saja ia membukanya. Rahasianya padaku pun masih tersimpan rapi sekali. Selain itu, ia selalu menggosip, panggil saja X. X dan aku sekelas dari sd, dan sejak kelas 2 sd gosip pahit tentang diriku bermunculan. Siapa sih yang tahan gosip. Memang ada. Bukan itu, maksudku adalah, bila ada yang berkata, hei tahu nggak, si Raissa itu kalau sehabis olah raga bajunya disimpan di kolong meja dan dipakai minggu depannya! Untuk seumur itu, jelas sakit hati mendengarnya, diucapkan terang-terangan, dan semua orang percaya. Aku mau membalas. Tetapi Tuhan bilang, pembalasan adalah Hak-Nya. Tunggu dan berdoa. Hanya itu yang kulakukan.
Tuhan memakai cara-Nya, Ia membukakan kejelekannya yang busuk itu. Hal itu dilakukan untuk menghilangkan keminderanku bila diolok-olok, dihina, dilukai fisiknya, yang waktu itu dijatuhkan, untuk tidak diberi mahkota duri, tapi bagiku, mereka memakai kepandaianku begitu saja sudah seperti mahkota berduri rasanya. Aku memang suka menolong, siapa saja, kapan saja bila aku bisa, dan memang aku bisa mengajari mereka soal pelajaran.
Dua orang ini (X dan temannya, sebutlah dia Y) berkawan dan mermufakat mengolok-olokku sedemikian rupa. Tapi untunglah, kelulusan sd sebentar lagi dan aku sudah berharap banyak pada sekolah baruku.
Ternyata Y 1 sekolah denganku disini. Tapi tidak akan separah dulu, di sekolah baru banyak teman-teman yang mengasihiku. Sedikit-sedikit aku dijauhi lagi. Sampai setahun. Baru-baru ini sebelum ambil rapor kenaikan kelas, ia memintaku dengan sangat untuk membantunya. Dan ia mengirim pesan yang berbunyi, Kamu baik banget deh sama aku. Padahal kan aku sudah jahat sama kamu. Tapi kamu malah baik banget sama aku. Maafin aku. terdengar biasa? Berarti belum dengar cerita selanjutnya. Ia menyesal sudah nggak serius setahun ini, tapi ia mau nilainya nggak pas-pasan, lalu ia minta tolong aku untuk bantuin dia mengusir kekuatirannya ini. Dia sudah mau nangis rasanya, dan aku nggak tau mau bagaimana. Tuhan baik, Ia memberiku kata-kata. Singkat cerita aku di-sms lagi besoknya, dan ia sangat kuatir. Aku bilang, dengarkan lagu-lagu rohani, dan percaya kamu naik kelas. Ia mulai bercerita tentang hubungannya sama Tuhan ternyata baru membaik akhir-akhir ini. Ia meminta aku untuk mengembalikan hubungannya dengan Tuhan, maksudku, membantunya kembali. dan sekarang, kami berdua masih akrab dan lebih baik dari yang dahulu.
Untuk hai hai, hai hai masih dalam taraf dikhianati, dan cuma doa dan kesabaran tiap hari yang buat hai hai kuat. "Doa orang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Aku alami, aku tekun minta kesabaran setiap hari, dan buktinya, aku lebih bisa sabar dari semua teman-teman. Hai hai, butuh 6 tahun bagiku untuk kembali berteman. Butuh bertahun-tahun aku minta kesabaran. Yang harus dilakukan adalah berdoa, dan ingat, pembalasan adalah hak Tuhan. Tetap tersenyum bila menemui Ynot Duad, dan berkati dia, PASTI, Tuhan menghitung dalam buku harian Tuhan dan hai hai. Satu lagi, ingat kisah Ester, waktu Mordekhai menyelamatkan Raja Ahasyweros dari dua pembantunya yang berikhtiar membunuh Raja? Hai hai aja baru diomongin begitu, Raja Ahasyweros malah mau dibunuh!! Apakah waktu Mordekhai menyelamatkan Raja Ahasyweros dia langsung dihormati? Nggak kan? Tapi Tuhan membuat event sendiri untuk kebesaran Mordekhai. Dan waktu itu bukankah nama Mordekhai dicatat dalam buku sejarah? Hai hai juga, dicatat sama Raja di surga karena sudah tidak membalas, memaki-maki Ynot Duad, atau perbuatan lain. dan Suatu saat Tuhan akan bikin event sendiri untuk hai hai.
Artikel ini untuk semua orang, yang kupercaya diberkati.
Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-
- Raissa Eka Fedora's blog
- 4728 reads
Marahlah Dengan Bijaksana
Raissa,
Bagaimana sahabat kamu menyadari kesalahannya kalau kamu tidak menegurnya? Tidak ada hukum yang melarang orang Kristen untuk marah. Kita marah ketika kita diperlakukan tidak adil, kita marah ketika melihat ketidak adilan, kita marah ketika melihat orang-orang tidak menghormati Tuhan, dan ada banyak alasan lainnya yang membuat kita marah. Tuhan Yesus pernah marah kepada murid-muridNya, tuhan Yesus pernah marah di bait Allah, bahkan Tuhan Yesus marah kepada prajurit yang menyiksaNya. Saya marah ketika staf saya melanggar perintah saya atau bekerja tidak benar, saya marah ketika adik-adik saya berbuat salah, saya marah ketika istri saya berbuat salah, saya marah ketika anak saya berbuat salah, saya marah ketika teman saya berbuat salah, saya marah ketika ada orang yang memperlakukan saya tidak adil, saya marah ketika ada orang yang memperlakukan sesamanya tidak adil, bahkan saya marah ketika antri di ATM, tiba-tiba ada yang nyelonong.
Setiap kali saya marah, saya mengendalikan kemarahan saya. Setiapkali saya menegur orang, saya tidak hanya melampiaskan kemarahan saya, tetapi menegur orang yang bersalah agar mereka menyadari kesalahannya dan menasehati mereka untuk memperbaiki diri. Ketika saya merasa tidak dapat mengendalikan kemarahan saya, maka saya diam hingga kemarahan saya reda, baru menegur orang yang bersalah tersebut.
Sejak lama, saya tidak membalas dendam. Menurut saya, membalas dendam itu sama dengan menyelesaikan masalah dengan masalah. Mungkin masalahnya selesai, tetapi akan muncul masalah baru. Bila teman-teman kamu mengkhianati kamu, dengan menceritakan rahasia kamu kepada teman-teman lainnya, maka menurut saya kamu harus menegur mereka. Bila kamu juga menceritakan rahasia mereka kepada teman-teman lainnya, maka itu yang saya maksudkan dengan menyelesaikan masalah dengan masalah. Mungkin kamu merasa puas, tetapi muncul masalah baru, teman-teman kamu tidak akan mempercayai kamu, mereka tidak akan menceritakan rahasia-rahasianya kepada kamu. Sungguh, saya merasa kagum sama kamu, sebab kamu dalam umur yang demikian muda sudah berlaku demikian dewasa. Ketika teman-temanmu mengkhianatai kamu, kamu tetap setia kepada mereka, ketika mereka datang kembali untuk minta bantuan kamu, kamu menolong mereka dengan senang hati.
Menurut saya, Raissa, kamu harus menegur teman-teman kamu yang menghkhianati kamu itu. Kamu harus katakan kepada mereka, betapa sakit hati kamu ketika mereka mengkhianati kamu, juga kamu harus katakan kepada mereka, bahwa tindakan mereka itu salah dan mereka tidak boleh melakukan hal demikian kepada siapapun juga di masa depan, karena perbuatan itu salah. Perbuatan mereka tersebut selain melanggar perintah Tuhan, juga akan mengakibatkan mereka kehilangan teman-teman terbaik mereka.
Ketika kamu menyatakan betapa sakitnya hati kamu ketika dikhianati, ketika kamu menyatakan kepada mereka, bahwa tindakan mereka salah, saat itu kamu tidak berbuat dosa, namun sedang mengajarkan kebenaran sejati Alkitab kepada temanmu itu.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Ngapain harus marah?
Duh hai hai, kamu menggelitik aku dengan penjelasanmu. Ini kan sudah berlalu, dan tidak ada kesempatan untuk merubahnya. Ya sudahlah, toh, selama ini itu sudah clear kok! Aku baik-baik aja, dan thanks untuk semuanya. Pikiranku terbuka sekarang, tapi, masalahnya nih, nggak semua orang yang melihat amarah secara positif! Seperti adikku (yang baru bikin blog) sekali nada agak naik ia tambah sewot dan walaupun diberitahukan sarannya, solusinya, tanggapannya sudah cemberut saja. Begitu juga dengan teman-temanku, (mungkin masih terbawa masa kecil) mereka tidak akan menanggapi hal itu secara positif, walaupun nada tidak membentak sekalipun. Sekali anggapannya negatif - maksudku tidak seperti keinginannya, mereka tidak memberi respon yang menurut penjelasan kakak ini. Terus aku harus bagaimana? Yaa gak ada pilihan lain, sabar dan berdoa sajalah.
Ini yang mau kutambahkan, deketin aja deh pelan-pelan, kenali sifatnya dan karakternya, aku sih dah pernah gitu sama guruku yang nyebelin, tapi kalau namanya orang yang gak bisa diubah oleh manusia, tegur saja dengan pelan, asal tajam dan pas dengan maksud kita. Lagipula, orang yang panas hati pikirannya pasti panas.
Salam manis,
Raissa
Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-