Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pagar (Gali Kata Alkitab dalam Tinjauan Tulisan Ibrani Kuno)

Hery Setyo Adi's picture

Pagar

Kata “pagar” dapat berkaitan dengan tanaman pagar (tanaman yang berfungsi sebagai pagar) dan pagar tembok. Kata tersebut merupakan terjemahan dari kata suk (disusun dengan huruf-huruf dan tanda bunyi hidup Ibrani: Sin-Sureq-Kaf), yang diturunkan dari akar kata induk SK (Samekh-Kaf). Apa arti pagar ditinjau dari tulisan Ibrani kuno?

Huruf Samekh dalam piktograf Ibrani kuno adalah gambar duri yang melambangkan ide perlindungan, sedangkan huruf Kaf adalah gambar telapak tangan yang melambangkan ide penutupan. Gabungan dua gambar tersebut berarti “penutupan yang bersifat melindungi”. Pengawas atau penjaga panenan, ternak atau kumpulan binatang akan membuat gubug sebagai tempat berlindung dari panas matahari, terpaan angin atau pun guyuran air hujan. Penutup seringkali diletakkan di tempat yang tinggi dan terbuat dari bahan-bahan yang mudah didapat seperti semak-semak, tanaman berduri dan tanaman kecil.

Penutupan yang bersifat melindungi ini juga menunjuk tanaman pagar yang ditanam berkeliling sebagai pelindung. Para gembala misalnya, mereka akan membuat pagar dari tanaman berduri untuk melindungi kawanan ternak dari serangan binatang buas (bandingkan Yesaya 7:19). Para petani anggur juga menanam tanaman berduri sebagai pagar untuk kebun anggurnya (bandingkan Yesaya 5:5).

Pada tahun tujuh puluhan di kampung saya di pinggiran kota Salatiga, saya masih menjumpai sejenis tanaman pagar berduri. Mungkin tanaman itu masih ada hingga sekarang. Pokok tanaman itu sebesar ibu jari tangan dan bercabang-cabang sebesar jari kelingking tangan orang dewasa. Duri-durinya bermunculan di pokok tanaman itu. Panjangnya sekitar 2-3 sentimeter. Tanaman berduri tersebut biasanya ditanaman sebagai pembatas kebun, sekaligus sebagai pelindung hasil-hasil tanaman kebun. Saya dan sepupu saya pernah mau mencuri salak di kebun tetangga, karena ada tanaman berduri saya mengurungkan niat itu. Saya takut terkena duri tanaman tersebut.

Kiasan: Pagar untuk Kebun Anggur

Firman Tuhan dalam Yesaya pasal 5 menyebut bahwa Kaum Israel, umat pilihan Allah, adalah kebun anggur TUHAN semesta alam dan orang Yehuda adalah tanaman kegemaranNya (ayat 7). Karena bangsa itu adalah kebun anggurNya, maka Dia mengolah tanahnya dengan baik dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan.
Tapi, apa yang dihasilkan? Buah anggur asam! Lalu, apa yang diperbuat Tuhan? Dia menebang pagar durinya, sehingga kebun itu akhirnya diinjak-injak orang. Tuhan tidak mau mengerjakannya lagi. Bahkan dengan sengaja Tuhan mendatangkan semak-semak dan hujan tidak diturunkan untuk kebun anggurNya itu. “Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya” (ayat 6).

Apa yang menyebabkan Tuhan bertindak demikian? Masa pelayanan Yesaya terjadi pada abad ke-8 hingga awal abad ke-7 SM. Ia melayani sebagai nabi di Yehuda pada masa pemerintahan Yotam, Ahaz, Hizkia, dan Manasye. Raja Hizkia dan Yotam memang tergolong raja yang taat kepada Tuhan, tapi Manasye dan Ahaz tidak seperti itu. Firman ini diarahkan kepada kaum Yehuda yang berdosa dan juga para pemimpinnya. Nabi Yesaya dengan terang Roh Allah menggambarkan buah yang dihasilkan dari kebun anggurnya seperti berikut ini: “dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran” (ayat 7).

Nubuat penghukuman Tuhan itu telah digenapi ketika Yehuda jatuh ke tangan Babilonia. Nabi Yeremia dalam kitab Ratapan menuliskan: “Tanpa belas kasihan Tuhan memusnahkan segala ladang Yakub” (Ratapan 2:2). Sebagaimana kebun anggur yang ditebang pagar durinya, begitulah yang dialami Yehuda. Ia mengalami kehancuran, karena dosa-dosa mereka.

Saya dan Anda, sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, kadang-kadang masih jatuh ke dalam dosa. Apakah kita mau menyimpan dosa itu sambil menunggu peringatan Tuhan yang lebih keras, atau segera menginsyafinya dan bertobat agar dibereskanNya?

(Artikel ini ditulis oleh Hery Setyo Adi yang menggunakan berbagai sumber sebagai bahan
rujukan)