Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Out of Comfort Zone?

Kolipoki's picture

Kali ini kuanggap dirku sebagai penumpang kereta api yang tidak tahu hendak bepergian ke mana. Perasaanku, ... tak ada yang kurang. Semuanya sudah ada. Segala sesuatu yang perlu kubawa sudah kubawa. Aku punya dua pilihan sebagai tujuanku berikutnya yang kuharap sebagai perhentian terakhir dari perjalanku yang sudah teramat panjang bagiku (Aku sudah jenuh jika sampai saat ini tak bisa memikirkan apa yang sudah layak untuk kupikirkan. Tak bisakah aku hidup normal sebagaimana yang lainnya?).

Tak muluk yang kudamba, hanya ketenangan, ... ketenangan ... ketenangan semata.

Adakalanya kuingin teriak dengan histeris ... tidak bolehkah merasakan kenyamanan! Bukankah kenyamanan adalah hak tiap orang?! Sayang, bahkan sampai saat ini, aku belum tahu di mana sesungguhnya rasa aman yang dapat kumiliki. Tempat yang dulu kupuja sebagai comfort zone-ku ternyata makin asing kurasa. Sering kumerasa bahwa aku bukan menjadi bagiannya lagi. Tiap kali ku datang banyak wajah-wajah baru yang tidak kukenal dan di sisi lain (mungkin) justru merekalah yang tidak mengenalku dan menganggapku sebagai orang asing yang baru bergabung bersama dengan mereka. Entah di bagian mana peranku dalam lakon yang dimainkan, malah kumerasa bahwa namaku pun tak ada dalam skrip mereka! Asing, aku merasa terasing. Tak ada yang kekal hiburku pada diri sendiri, segalanya lekas berganti. Lamat-lamat yang lama akan digantikan dengan yang baru.

Bayang-bayang keliaran dan ingin tetap liar (yang di akomodir?), entah bagaimana caranya. Apa yang kuinginkan? Ke mana kuhendak pergi? Tak tahu aku. Yang penting kataku, kubisa langkahkan kakiku entah ke mana. Tak perlu takut ancaman karena telah berulangkali kumelangkah ke tempat yang sama sekali ku tak tahu bahkan tanpa membawa apa pun! (selain otak pas-pasan dan percaya diri yang lebih tepat dibilang nekat).

Aku terbiasa dalam kesendirian, berpetualang dalam zona yang tak kutahu sama sekali. Celaka bagiku sudah biasa. Dilecehkan, dihina, dicacimaki, adalah bagiannya satu paket dengan penghianatan malah. Jenuh aku dengan semua itu. Tidak tahu akan berakhir sampai di mana. Kadang kupikir tak sanggup aku hidup. Dunia terlalu kejam untuk hati serapuh aku. Bahkan kadang kumerasa tak punya Tuhan yang sanggup tolongku (namun dalam beberapa waktu kemudian aku bisa kembali lagi pada-Nya minta maaf dan merasa sangat berdosa, ..., tak tega aku menghianati-Nya, terlalu sayang Ia padaku).

Dalam ketakutan dan kekuatiran yang kurasa kadang-kadang mengganas (karena tengah malam ku sering terbangun dengan rasa frustasi ...) inikah duniaku yang sesungguhnya? Apa sebenarnya yang kuinginkan dalam hidup ini? Turun langsung ke yang orang sebut ladang? Pada dasarnya, aku hanyalah orang yang sangat senang dengan keliaran alam bukan pada sesuatu yang monoton. Strategi dan tangtangan menjadi bagianku dulunya, sekarang rasanya padam dan mati. Keberadaanku di sini kadang-kadang menjadikanku sebagai seorang yang egosentris. Meski tak dapat kupungkiri bahwa aku semakin peka melihat dunia yang jahat ini (tiada berbelas kasih) dan aku semakin terisi! Dunia tidak sekecil yang kubayangkan. Dengan pongahnya dulu aku membanggakan pahitnya hidup yang telah kuteguk ... tak seberapa ternyata.

Aku sudah ingin cepat-cepak mengepak semuanya bahkan cintaku. Harus kupikir ulang untuk tidak terlalu mengagungkan siapa yang pantas menundukku keangkuhanku, atau aku yang harus hidup dalam kenyataan? Tak tahu aku. Aku tak mau harus selalu kandas hanya karena keegoan dan kesombongan apalagi untuk hal-hal yang sebenarnya sangat sepele ... mengapa begitu mudah mendapati yang sebenarnya tidak pantas disebut sebagai kelemahan? kesalahan?

Aku harus begegas, kalau tidak maka aku akan terlambat lagi. Lagi-lagi kupikirkan dulu semuanya tak mau ada yang ketinggalan gara-gara kecerobohanku (yang sudah menjadi bagianku:( ). Tengah malam nanti entah kuterbangun atau tidak, kalaupun kuterbangun dalam kekuatiran dan kegelisahanku, entah kumau mau duduk dan membuka Mazmur 119

Aku cuma ingin, hidup senang, tenang dan masuk surga ... so easy ... but why isn't life friendly to me?

__________________

www.talentakasih.or.id

antisehat's picture

@kolipoki: maybe?

dear kolipoki,

mungkin... life is friendly,

if you say everyday that life is friendly...?

___________________________

giVe tHank’s wiTh gReaTfull heArt

www.antisehat.com