Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Odol dari Tuhan

Lily Ika Loesita's picture

Saat saya berusia 16 tahun, saya mengalami kelumpuhan hampir di seluruh bagian tubuh saya secara mendadak. Karena orang tua saya tidak mampu merawat saya, maka mereka menyerahkan saya pada sebuah yayasan. Puji Tuhan, ada sebuah yayasan yang bersedia menerima dan merawat saya dengan baik meskipun yayasan tersebut bukanlah yayasan untuk menampung anak cacat, melainkan sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang untuk mendidik anak-anak putus sekolah. Anak-anak putus sekolah ditampung serta dididik dalam hal keperawatan, untuk kemudian disalurkan untuk merawat pasien atau orang jompo di rumah-rumah. Karena itu, saya adalah satu-satunya pasien di yayasan tersebut.

Di yayasan tersebut saya dirawat dengan baik. Kebutuhan akan makanan dan minuman saya dicukupi dengan sangat baik, bahkan saya merasa sampai berkelimpahan. Namun mungkin Tuhan juga ingin melatih saya untuk bergantung sepenuhnya kepadaNya untuk mencukupi kebutuhan saya dalam hal lainnya. Sejak saya tinggal di yayasan, saya sangat jarang mendapat kunjungan dari keluarga saya. Karena itu, untuk membeli kebutuhan saya sehari-hari seperti sabun mandi, shampo, odol, pakaian dan lainnya saya hanya dapat berharap sepenuhnya kepada Tuhan. Saya tidak mungkin meminta kepada suster kepala yayasan untuk membelikan semua keperluan saya, karena pasti beliau sudah mengeluarkan banyak uang untuk membantu biaya perawatan saya. Saya pun tidak mungkin meminta pada tante-tante yang menjadi donator saya, karena saya tahu, mereka harus membantu banyak orang, dan biaya yang harus mereka keluarkan pasti tidak sedikit. ( Tante-tante donator saya adalah ibu-ibu dari gereja Katolik yang setiap bulan memberikan bantuan kepada suster kepala yayasan untuk biaya perawatan saya ).

 

 Namun, justru di saat itulah saya melihat pemeliharaan Tuhan yang ajaib. Suatu hari odol saya hampir habis, dan saya tidak memiliki uang sama sekali untuk membeli odol yang baru. Saya berdoa kepada Tuhan: “Tuhan, Engkau dapat membuat mujizat untuk membuat odolku tidak habis, seperti Engkau membuat mujizat terhadap tepung janda di Sarfat. Namun, jika Engkau mengijinkan odolku habis, aku percaya, Engkau akan memberi aku uang untuk membeli odol yang baru.”

 

Selain berdoa, saya juga terus menyayikan suatu bait dari sebuah pujian dalam bahasa Mandarin yang diambil dari Matius 6:25-34 untuk menguatkan kepercayaan saya akan pemeliharaan Tuhan. Pujian tersebut berjudul Bunga di Padang. Terjemaannya kurang lebih sebagai berikut:

 

Semua kebutuhanmu Bapa di surga sudah mengetahuinya

 Jika hatimu risau, biarkan Dia menyingkirkannya untukmu

Bapa yang penuh kasih setiap hari memeliharamu

Dia adalah Allah maha kuasa

Berbahagialah orang yang percaya kepadaNya

 

Pujian ini selalu saya nyanyikan di saat saya merasa takut akan kehidupan saya. Sebagai orang yang menderita kelumpuhan yang hampir total, sulit bagi saya untuk dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan saya sendiri. Karena itu, saya hanya bisa berharap sepenuhnya kepada Allah untuk memelihara hidup saya.

 

Selama ini Allah memelihara saya dengan mengerakan hati orang-orang untuk memberkati saya, meskipun saya tidak pernah menceritakan kesulitan keuangan saya kepada siapa pun. Allah sering mengerakan orang-orang yang datang untuk mempekerjakan tenaga perawat dari yayasan tempat saya tinggal. Bahkan, anak-anak putus sekolah yang sudah dididik dan disalurkan dari yayasan di mana saya tinggal, juga sering memberkati saya. Jika mereka sudah bekerja untuk merawat orang tua atau orang sakit di rumah-rumah orang, dan mereka berlibur ke yayasan, mereka sering memberi saya uang. Mereka selalu berkata: “Ini ada uang sedikit untuk membeli sabun”. Entah mengapa mereka selalu berkata seperti itu jika memberkati saya. Mungkin itu kebiasaan berbicara anak-anak NTT, saya pun tidak tahu. Karena sebagian anak-anak yang dididik di yayasan tempat saya tinggal berasal dari NTT.

 

Beberapa hari setelah saya berdoa meminta odol kepada Allah, sarta setiap hari saya menyanyikan pujian Bunga di Padang tersebut, seorang anak NTT yang pernah dididik di yayasan dan sekarang sudah bekerja merawat pasien di rumah orang datang untuk bertemu dengan suster kepala yayasan. Tiba-tiba dia memberi saya uang Rp. 50.000. Saya sangat heran kenapa dia bisa tiba-tiba memberi saya uang Rp. 50.000. Anak ini dikenal sangat pelit di antara teman-temannya. Dan sejak dia bergabung dengan yayasan ini beberapa tahun sebelumnya, dia tidak pernah sekalipun memberi saya uang. Namun, entah kenapa tiba-tiba hari itu dia bisa memberi saya uang. Bukan hanya 10.000 atau 20.000, tetapi sampai 50.000, dan dengan uang itu saya membeli odol yang baru. Saya percaya pasti karena Tuhan yang mengerakan hatinya. Mungkin Tuhan melihat, jika Tuhan tidak memberi saya uang melalui anak itu, saya akan benar-benar kehabisan odol. Dan Tuhan mau menunjukan bahwa Dia adalah Allah yang tidak pernah terlambat untuk menolong anak-anakNya.

 

Peristiwa Tuhan memberi saya odol tersebut terjadi kira-kira 5 atau 6 tahun yang lalu. Namun, saya masih mengingat dengan jelas peristiwa itu. Setiap kali saya terigat akan peristiwa itu, saya tidak habis-habisnya mengagumi seberapa besar kepedulian Allah terhadap kita. Saya percaya, jika Dia peduli sampai kebutuhan terkecil saya seperti odol, Dia juga akan peduli dengan kebutuhan saya yang lain seperti kesembuhan.

 

Aliktab berkata: Bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. (Lukas 12:7) Dalam bahasa aslinya dikatakan, bahkan rambut di kepalamu ditandai oleh Allah. Jika Allah yang menciptakan alam semesta adalah Allah yang juga menandai setiap rambut yang ada di kepala kita, maka janganlah kita merasa kuatir akan hidup kita. Jika hari-hari ini kita sedang mengadapi masalah yang sepertinya tidak ada jalan keluar, tetaplah percaya bahwa Allah peduli akan setiap persoalan kita, entah itu besar ataupun kecil, dan Dia akan memberikan kepada kita jalan keluar tepat pada waktunya. Ingatlah, Dia yang memberi odol kepada saya, Dia juga yang akan mencukupkan semua keperluan saudara!

 

Glory to the Lord

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

tilestian's picture

wow

Hal-hal yang kecil pun, Tuhan pedulikan. Tetep semangat ya!!

__________________

God's will be done Smile

Lily Ika Loesita's picture

Makasih...

Makasih...Smile

anakpatirsa's picture

Penasaran

Menyentuh...

 

Apakah ini benar-benar kamu alami sendiri?

 

Hanya penasaran...

Purnomo's picture

Lily Ika Loesita penulis berbakat

Blog ini dan "Boneka Kain" menunjukkan Lily mempunyai talenta menulis. Ceritanya mengalir dalam bahasa Indonesia yang benar. Teruslah mengasah talenta ini dengan berusaha menulis 1 blog baru paling tidak dalam 2 minggu.

Anak Patirsa penasaran ingin tahu apakah kesaksian ini adalah pengalaman pribadi Lily. Saya juga karena "Saat saya berusia 16 tahun, saya mengalami kelumpuhan . ." dan "Peristiwa Tuhan memberi saya odol tersebut terjadi kira-kira 5 atau 6 tahun yang lalu" membuat Lily saat ini berusia 22 tahun. Sementara di tempat lain Lily mengaku lahir pada tahun 1981 yang berarti 32 tahun yang lalu.

anakpatirsa's picture

Lihat FB

Ikut ngintip Facebook-nya juga, ya Pak?

Purnomo's picture

@Anak Patirsa: Berlagak jadi Conan

Untuk mengatakan Lily adalah penulis berbakat, saya tidak berani hanya bertumpu pada 2 blognya di SS saja, karena kalau para sentinel SS bangun dari tidurnya saya bisa repot bila mereka bertanya apa dasarnya.

Pertama, saya menelisik lewat google blog itu ada di mana saja. Ternyata Lily punya situs sendiri dan tulisannya menunjukkan dia berbakat.

Kemudian, saya mencari nama Lily di FB. Saya tidak mengherani tentang perbedaan tahun lahir yang dicantumkan di situ, karena bisa saja itu dilakukan demi privacy agar tidak mendatangkan orang-orang yang iseng dan tidak sopan. Yang mengherankan bagi saya, tulisan-tulisan Lily di FB mengindikasikan dia berpendidikan tinggi. Menarik sekali untuk mengetahui bagaimana dia yang 'dibuang' ke panti itu bisa tetap tegak bahkan bisa mendapatkan pendidikan itu jika kesaksian Odol ini adalah pengalaman pribadinya, bukan seperti cerita-cerita saya yang lebih banyak fiktif-nya.

Begitu.

By the way, cerita saya "Belajar Berbuat Baik" bukan hasil karya saya, tetapi saya pernah membacanya, entah di mana. Saya sudah mencari di buku-buku yang saya miliki, tetapi tidak ada. Lewat google malah ketemu yang copas dari saya (cerita itu sebelumnya sudah pernah saya unggah lewat pesbuk berupa note of picture). Kalau AP menemukannya, tolong kabari saya agar bisa dicantumkan sebagai catatan kaki.
Thx.

Lily Ika Loesita's picture

Sebelumnya saya mengucapkan

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas perhatian saudara terhadap tulisan saya.

Cerita di atas memang kesaksian pribadi saya. Saya memang mengalami kelumpuhan sejak tahun 1997, tepatnya 14 April 1997. Dan pada bulan September 1997, orang tua saya menitipkan saya di sebuah yayasan, tempat saya tinggal sampai hari ini.

Peristiwa, saya kehabisan odol itu terjadi saat saya berusia kira-kira 25 tahun. Dan kesaksian di atas, saya copy dari blog pribadi saya yang saya tulis pada tahun 2011.

Tuhan Yesus Memberkati

Purnomo's picture

@Lily: sebarkan lebih luas

Dari QQ Liao kemudian blogspot Haoxinxi lalu ke FB dan sekarang ini di SS. Itu yang saya tahu, semoga kenyataannya lebih banyak lagi tempat Lily mengunggah artikel-artikelnya.

Saya tidak tahu QQ Liao (sejenis YM di China).
Di Haoxinxi2011.blogspot.com belasan artikel apik terpajang.
Di FB, Notes tak bisa dibuka oleh yang bukan friend-nya.
Di SS baru 3 artikel.

Ketika Lily menulis di QQ Liao, respon negatip menyerangnya. Ini risiko setiap penulis Kristen yang mengungkapkan imannya. Makian dan ancaman juga pernah saya terima di SS lewat inboks atau shoutbox. Tetapi janganlah ini membuat kita melangkah surut. Juga 'hit' kecil ataupun tidak adanya respon. Jika kita yakin ini yang Tuhan ingin kita kerjakan, kerjakan saja, walau seolah seperti menabur benih di jalan tol. Kita tak tahu dan tak perlu tahu bagaimana Tuhan mempergunakan talenta kita untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Kita hanyalah sebatang lilin kecil dengan sinar yang lemah. Apalah gunanya? Tetapi bila lilin ini diletakkan dekat reflektor di pucuk mercu suar, sinarnya akan diperkuat sehingga dari jauh bisa terlihat dan semoga menjadi penyelamat. Sabda Space juga sebuah reflektor.

Let the lower lights be burning!
Send a gleam across the wave!
Some poor fainting, struggling seaman.
You may rescue, you may save.

Salam.

Lily Ika Loesita's picture

Terima kasih untuk support

Terima kasih untuk support yang saudara Purnomo berikan kepada saya.

Saya masih harus banyak belajar, supaya tetap bisa melayani Tuhan dengan segala keterbatasan saya.

Dan akhirnya, segala kemuliaan hanya bagi Yesus, Guru Besar saya yang telah dengan penuh kasih mengajar saya dalam sekolah penderitaan ini.

GBU