Tahun dan Waktu

Tahun berganti. Waktu mengalir tak terputus. Tahun hanyalah penanda waktu. 

Akh, siapakah yang mengerti tentang waktu? Sebelum aku "ada", apakah aku menyadari waktu? Jika aku sudah "tidak ada", masihkah aku memerlukan waktu?  

--------

Letupan kembang api dan mercon bersahut-sahutan terdengar di luar. Sesekali dari celah gorden jendela yang sedikit terbuka terlihat cahaya terang meluncur ke angkasa, berpendar riuh dengan warna warni yang membakar langit malam.

Jarum panjang dan jarum pendek di jam dinding baru saja melintasi angka 12. Sah,sudah tahun 2011! 

Selamat tinggal 2010. Tapi, dapatkah aku meninggalkan tahun itu begitu saja?

Jelas tidak. Pekerjaan dan komitmen yang dimulai di 2010 tetap harus dilanjutkan. Apa yang ditabur di 2010 mungkin akan dituai di 2011, entah itu baik entah itu buruk. Oh ya, dan tak boleh dilupakan pajak penghasilan 2010 harus dilaporkan paling lambat 31 Maret 2011 :-).

Seperti tahun-tahun yang telah lalu, kami mengadakan kebaktian keluarga di malam pergantian tahun. Berulang-ulang dipanjatkan doa harapan agar tahun 2011 menjadi tahun perwujudan cita-cita setiap anggota keluarga. Tahun yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Tahun yang disambut dengan optimis.

Sebelum tiba giliranku dalam untaian doa keluarga, aku sempat berpikir : Bukankah doa yang senada juga kami panjatkan tepat setahun lalu ketika menyambut 2010 ? Adakah doa-doa kami terjawab ? Apakah semua yang terjadi seperti kami harapkan adalah jawaban bagi doa-doa di awal tahun ?  Apakah semua yang tak terjadi adalah karena Tuhan tak menjawab doa tersebut ? Dapatkah doa-doa di awal tahun itu menjadi pilar utama yang menyokong doa-doa di sepanjang tahun yang baru dimasuki ?

Seberapa pentingkah doa yang dipanjatkan awal tahun ? 

Pergantian tahun sebenarnya tak beda dengan pergantian bulan, pergantian minggu, pergantian hari, pergantian jam, pergantian menit, pergantian detik. Semuanya adalah pergantian penandaan waktu. Maknanya tergantung pada kesadaran tentang perubahan waktu. Ketika seorang teman baikku kehilangan putri tunggalnya yang baru berusia sebelasan dalam sebuah kecelakaan lalu lintas menjelang penghujung tahun yang baru saja berlalu, aku menyadari bahwa waktu paling esensial bagi manusia (i.e. perubahan dari tidak ada menjadi ada dalam proses kelahiran, dan perubahan dari ada menjadi tidak ada dalam peristiwa kematian) ada di luar kendali manusia.

Meninggalnya secara mendadak di tahun 2010 beberapa orang yang sangat berarti dalam hidupku telah membangkitkan kesadaran pada diriku bahwa segala sesuatu akan berlangsung sesuai skenario Sang Penulis Naskah. Manusia hanyalah pemeran yang boleh ber-improvisasi, tetapi alur cerita tetaplah seperti yang sudah tersurat, karena Sang Penulis Naskah juga merangkap menjadi Sutradara sekaligus Produser pentas kehidupan.

Letupan kembang api dan mercon di malam pergantian tahun, di mataku, adalah penciptaan ilusi bahwa semarak penyambutan tahun baru akan menggugah Sang Produser menggelar kisah-kisah yang menyukakan hati di sepanjang tahun.

Doa-doa harapan kami di malam pergantian tahun, di mataku, kebanyakan adalah bagaikan permohonan kepada Sang Produser cum Director cum Scriptwriter untuk bisa memilih cerita, adegan dan frame yang menyukakan hati dimana kami mau diberi peran.

Dalam doaku, aku membeo kata-kata seorang pemazmur dan bermohon pada Pemilik Waktu,"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami." Entah yang baik atau buruk yang akan kami hadapi di tahun 2011, aku hanya berharap kami dimampukan untuk menjalani hari demi hari sebagaimana seharusnya, sebelum masing-masing kami tiba pada waktu kembali ke Rumah Yang Kekal dimana tak ada lagi matahari yang menandai pergantian hari dan tahun. 

*GuestX*

 1.1.11