Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Penginjilan dan Omong Kosong Pemasaran
Peterkambey menulis soal pendekatan pemasaran dalam penginjilan. Ini bukan topik baru. Pembahasan dan kritikan soal penggunaan pemasaran sekular dalam penginjilan sudah banyak.
Jika Peterkambey berminat betul-betul menggunakan marketing dalam penginjilan, maka yang musti dipilih adalah paradigma terbaru, yaitu marketing 3.0 (value driven). Penginjilan dengan paradigma marketing 3.0 jutsru sudah lama dilakukan oleh gereja-gereja eropa, bahkan marketing 3.0 itu sendiri terinspirasi oleh kerja-kerja sosial organisasi-organisasi agama.
Sementara sebaliknya gereja-gereja teologi kemakmuran justru mempraktekkan marketing 1.0.
Dari beberapa yang diulas Peterkambey, saya melihat ia sedang berpikir untuk melakukan peralihan paradigma dari Marketing 1.0 (product-driven) ke Marketing 2.0 (customer-driven) yang cocok didukung oleh web 2-0 dengan heboh social media nya..
Jadi sengaja gue mengkritik dengan mengajukan apa yang dipersepsikan calon pelanggan soal penginjilan. Persepsi pelanggan penting dalam memasarkan produk. Apalagi merk produk ini sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu.
Peterkambey tidak sedang memasukki pasar dalam ruang vacuum. Kalau dia mau mengadopsi Marketing, ada bagusnya dia lompat dari marketing 1.0 ke 3.0.
Kalo menurut saya, apa yang dikerjakan Hai-Hai ini sebenarnya adalah marketing 3.0 yaitu pemasaran yang value-driven. Bukan product-driven, dan bukan customer-driven. Gila aja si hai-hai, calon pelanggan malah dihina-hina hahahahaha. Sangat tidak customer oriented.
Tapi masa depan pemasaran memang tidak customer oriented, melainkan value oriented hehehe.
__________________
".... ...."
6 user menyukai ini
- Miyabi's blog
- Login to post comments
- 7329 reads
Bedanya marketing 1.0, 2.0 dan 3.0
".... ...."
Nilai sebagai tujuan, belajar dari kemandegan bank syariah
".... ...."
Menurut saya mengenai Bank Syariah
@ruswiyanto: bunga bank
".... ...."
@Miyabi, link-nya ke penginjilan?
Saya ingin tahu apa bagaimana penginjilan dilakukan dengan metode pemasaran. Juga apa yang (telah) terjadi ketika penginjilan dilakukan dengan jurus product driven, consumer driven dan value driven..
Salam.
@purnomo: Gereja 1.0, 2.0 dan 3.0
".... ...."
Miyabi, apa 'value' dlm penginjilan ?
------- XXX -------
@GuestX: Kerajaan Allah vs Penginjilan
".... ...."
Mi-yabi
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
@smile
".... ...."
Miyabi, marketing dan sales
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
Smile: Marketing vs Sales
".... ...."
Miyabi, serba salah
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
@Miyabi, value driven
imprisoned by words...
@lapan: Hai-hai = Mother Teresa?
".... ...."
Oooo
imprisoned by words...
@Miyabi: Good Observation
"...melayani kebutuhan naluri purba manusia untuk berkelahi dan menyombongkan diri..."
Hmmm... pantes klewer makin lama makin laku yah :)
Bob Sadino dan telur busuk
".... ...."
Miyabi, jadi kepikiran
------- XXX -------
@guestX: pepesan kosong
".... ...."
value dalam penginjilan akhir zaman
Value Penginjilan
".... ...."
@Miyabi, thx
untuk informasinya yang berguna bagi saya yang sedang mencari bentuk kegiatan "memasarkan" gereja saya.
Salam.
thx buat kritikannya..
Marketing a la Roh Kudus
marketing ala Roh Kudus=jualan ambience
".... ...."
@Miyabi Ambience
@PB Mengukur Roh Kudus
".... ...."
Belum terlalu telat
Dari Indonesia
".... ...."
Apa Penginjilan? atau Penginjilan Apa?
Praktek Penginjilan
Saya suka pembedahan teologis 'Penginjilan' versi John Dickson dari bukunya "Promoting the Gospel". Review yang lumayan comprehensive di http://johndickson.org/files/promotingthegospeEFACreview.pdf
Duh, iik jadi ingetin saya, itu buku saya kemanain yah? Soalnya banyak tips praktis dalam memberi 'Gospel Bites' (dah lama nggak baca, jadi nggak inget contohnya).
Berani praktek?
@Iik Tetaplah sombong
Formula Pe-i
Terimakasih karena menjelaskan secara terperinci apa yang anda maksudkan dengan penginjilan dan pemasarannya.
Saya sangat setuju dengan pendapat Miyabi bahwa penginjilan dengan nilailah yang seharusnya diterapkan dalam pemasaran saat ini. Seperti kutipan di bawah ini :
Jika Peterkambey berminat betul-betul menggunakan marketing dalam penginjilan, maka yang musti dipilih adalah paradigma terbaru, yaitu marketing 3.0 (value driven). Penginjilan dengan paradigma marketing 3.0 jutsru sudah lama dilakukan oleh gereja-gereja eropa, bahkan marketing 3.0 itu sendiri terinspirasi oleh kerja-kerja sosial organisasi-organisasi agama.
Sementara sebaliknya gereja-gereja teologi kemakmuran justru mempraktekkan marketing 1.0.
Di sini saya melihat bahwa anda menyarankan Peterkambey untuk musti memiliih melakukan pemasaran jenis 3.0.
Yang ingin saya tanyakan, apakah menurut Miyabi jenis 1.0 dan 2.0 tidak memiliki nilai?
Menurut saya, dari defenisi pemasaran jenis 1.0, 2.0, 2.5 dan 3.0, semuanya memiliki karakteristik tersendiri yang unik, dan tentunya dalam penerapannya juga pasti berbeda-beda.
Sedikit yang ingin saya sampaikan, tanpa memandang gereja, organisasi dan lainnya, menurut saya semua jenis pemasaran yang anda jelaskan sangat dibutuhkan dalam penginjilan,
Alasannya,
1.0 (Product – Driven), berbicara tentang produk, sebenarnya tidak musti hanya berbicara tentang Adam dan Yesus, seperti yang anda katakan. Tetapi tentang apa isi Firman Tuhan, itulah yang kita pasarkan, menurut saya. Hanya saja, perlu kita kemas lagi sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga apa yang menjadi produk relevan dengan konsumen. Sehingga andapun tidak bosan dengan khotbah tentang Adam dan Yesus. ( “back to bible”, itu yang sering di katakan banyak orang, dan saya sangat setuju dengan hal ini).
2.0 (Customer – Driven), saya sependapat dengan anda bahwa ketika melayani yang kita layani bukan hanya untuk menyenang seseorang atau menjilat seseorang sehingga orang tersebut pun akhirnya dapat saja berpikir bahwa ikut Yesus itu kita akan selalu diberkati (sering diistilahkan dengan teologi kemakmuran). Tapi menurut saya, metode ini juga perlu supaya kita dapat melakukan pendekatan pada mereka yang baru mengenal Kristus (seorang bayi, tidak baik bila langsung diberi makan nasi keras). Hanya diterapkan untuk orang2 spesial.
2.5 (Purpose-Driven), saya sebenarnya lebih setuju dengan metode ini, karena tidak mungkin sesuatu dapat berjalan dengan fokus tanpa sebuah visi.
3.0 (Value-Driven), ketika nilai hanya dilihat dari satu sudut pandang saja, maka nilai itu sendiri dapat berkurang harganya.Begitu juga bila kita hanya menerapkan suatu sistem hanya untuk mengejar nilai saja, maka kita bisa saja menyimpang dari tujuan kita sebenarnya.
Bagaimana, kalau semua sistem di satukan untuk menjadi sebuah formula penginjilan, dengan jenis 4.0 (love-Driven) ??
Hanya sekedar pendapat ...
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
@3m1: drive
".... ...."
PI 5.0
Saya lebih suka PI 5.0, semua yang di atas (1.0 sampe 4.0), ditambah dengan cara yang culture sensitive, contoh:
- Bak musik, kalo pada doyan keroncong, ya bikin mazmur dengan musik keroncong
- Kalo yang di-PI-kan suka merunduk-runduk ketika berdoa, ya silahkan
- kalo yang di-PI-kan tidak akademis, ya harap menjelaskan tanpa jargon yang bikin pusing
- Kalo yang di-PI-kan doyan nge-fesbuk, ya lewat fesbuk
Tapi kalo 5.0 masih kurang keren, mungkin dinamai versi 5.1.3, release 2010, build 4123?
Upgrade PI 2.0
imprisoned by words...
@lapan: nggak mao kalah
Oiya yah, tul juga. Kalo gitu versi 5.0 saya yang baru mencakup versi 1.0 sampai 4.0, bedanya sekarang dtambah dengan nomer terakhir yang mutakhir. Kalo ada yang bikin 6.0, ya nanti saya bikin 7.0. Rumusnya 'X+1,0', dimana X adalah nomer terakhir orang lain (yang bukan rusdi) buat.
@rusdy, versi 6.0
imprisoned by words...
jatah preman
".... ...."