Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Fobia
Kutajamkan pendengaranku. Tapi masih saja terdengar kurang begitu jelas padahal jarak antara kamarku dengan ruang tengah tetanggaku hanya berjarak 2 meter saja tapi itu saja ternyata tidak cukup. Suara mereka terhalang oleh tembok kamarku juga tembok rumah mereka.
Sejak kepindahan mereka sebelah rumahku, aku selalu berpikir bahwa ada yang misterius tentang mereka. Ada sesuatu yang mungkin sengaja mereka tutupi dari kami penduduk setempat (atau akunya yang terlalu berprasangka). Bukan hanya karena ia, sang suami rajin mengaji tapi juga karena beberapakali aku terbangun oleh "renungan" tengah malam hingga dini hari dari "pemimpin" mereka yang belum kulihat seperti apakah dia.
Suatu malam aku terbangun karena mendengar suara orang yang sedang berbicara - kurasa ia pemimpin mereka ; saat itu sang pemimpin menjelaskan tentang agamanya. Lumayan banyak yang hadir untuk ukuran "perenungan" yang dilaksanakan jam 1 dinihari! Selain (tentunya) tetanggaku, sang pemilik rumah juga ada beberapa pengikut dari si pemimpin, hm.... aku tahu itu karena melihatnya dari balik jendela kamarku. Lalu beberapa hari yang lalu kudengar lagi pembicaraan mereka, kali ini tentang negara; pemerintahan dari Kabupaten hingga kelurahan. Tentang bagaimana sekiranya Kepala Desa turut mendukung dan menjadi bagian dari mereka ... ketar ketir aku mendengarnya. Suatu rencana besar sedang dirancang!
Gencarnya berita tentang teroris membuat fobiaku bertambah; tidak hanya lagi aku takut dan jijai pada cicak dan ular tapi sekarang menjadi kurang nyaman terhadap orang-orang yang memakai atribut keagamaan tertentu apalagi dari aliran garis keras; dengan celana di atas mata kaki. Kehadiran mereka kerap membuatku curiga apalagi melihat mereka tidak berbaur tapi membuat kelompok sendiri semakin membuat aku bertanya-tanya; apa yang sedang mereka rencanakan.
Tak mau sebenarnya hidup dengan fobia yang satu ini; memandang curiga dengan isi ransel yang mereka bawa, curiga dengan tempat berkumpul mereka, curiga ketika mereka mendatangi rumah-rumah di tempatku tinggal (kecuali rumahku - aneh dari mana mereka tahu kami bukan bagian dari mereka padahal mereka adalah pendatang dari pulau Jawa?), curiga dengan orang-orang yang bersama-sama dengan mereka. Aku tahu bahwa tidak seharusnya rasa ini kupelihara karena tidak semua juga dari mereka berhati kelam, tidak semua dari mereka berhati jahat, ada juga diantaranya yang baik. Bisa tidak ya negara ini bebas dari teroris?
- Kolipoki's blog
- Login to post comments
- 3515 reads
kolipoki
kolipoki, jika anda penasaran, coba dengarkan dengan seksama, dan luangkan waktu untuk mengetahui mereka. Jika kira kira membahayakan, anda bisa laporkan ke polsek terdekat, dan jika tidak ditanggapi, anda bisa lapor ke polres, dan jika tidak juga ditanggapi dan anda merasa itu sudah genting, bisa anda laporkan ke polda.
Fobia itu wajar saja, karena tentunya telah melihat hal yang tidak menyenangkan terjadi, apalagi itu disekitar anda. Jangan sampai terlambat...
itu sekedar saran saya.
Jika mereka hanya mengobrol santai, tentunya bisa dilakukan santai diteras rumah, dan itu biasanya diketahui orang banyak. Jika sembunyi sembunyi, wajib diwaspadai.
salam
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
Teror adalah pola pikir
Bisa tidak ya negara ini bebas dari teroris?
Tidak bisa, karena dari sebelum Indonesia merdeka yang namanya teror itu sudah ada. Membakar rumah orang lain, rumah ibadah orang lain, sudah tercatat di dalam sejarah pra-kemerdekaan NKRI. Di dalam agama lain juga ada teror-teror. Di Amerika ada juga. Mulai dari orang yang membunuh dokter klinik aborsi, mengebom federal building atau menerbangkan pesawat ke kantor paja karena tidak setuju dengan pihak2 tertentu, dilakukan oleh non-muslim dan berkulit putih. Itu juga teror. Teror itu adalah output, karena berasal dari pemikiran "holier-than-thou". Menganggap orang lain adalah kafir, cemar, masuk neraka. Sehingga cenderung mengelompokkan diri (eksklusif). Dalam sikon normal, pola pikir seperti ini tidak akan mengusik siapa-siapa. Tapi jika sudah ditekan outputnya akan keluar. Terlepas dari warna kulit dan agama.
ps: did I tell you I like your ID and avatar? Unyuuuuu ... *halah apa sih*