Membalas Tuhan

      "Kau harus membalasnya!"

      "Harus?"

      "Ya! Satu dibalas satu, dua dibalas dua!"

      "Kenapa?"

      "Supaya kau tak lagi sempat berbuat dosa, berpikirpun tidak!"

      "Bagaimana mungkin?"

      "Memang tak mungkin!"

      "Lalu, untuk apa?"

      "Tanya lagi....!"

      Hening.

******

      "Bangun tidur, apa yang bisa kaupikirkan?"

      "Dia sudah membiarkan kesadaranku kembali, kesehatan.... dan udara pagi yang segar memenuhi paru-paruku!"

      "Balaslah!"

      "Tidak mungkin! Dengan apa?"

      "Dengan apa saja yang baik!"

      "Iku nguyahi segara! (Itu menggarami samodra!)".

      "Ya! Dia memang samodra kebaikan, jika kau melakukannya, kau nyata benar-benar berasal dari Dia. Proklamasikanlah itu! Setiap hari!"

      "Kebaikan macam apa? Kepada siapa?"

      "Dengar suara hatimu!"

******

      "Sesungguhnya ada sumber air hidup yang memancar dari hati yang sujud menyembah!"

      "Hati yang sujud menyembah? Istilah yang aneh! Dan asing!"

      "Ya! Tapi jika kau memilikinya, kau akan senantiasa bersyukur!"

      "Bagaimana aku bisa mendapatkannya?"

      "Minta!"

      "Kepada siapa?"

      "Kepada Dia yang memiliki!"

*******

      "Sudahkah kau membalasNya?"

      "Aku tak mengerti. Aku manusia bebas! Aku tak mau dibebani, aku tak mau seperti orang yang punya hutang dikejar-kejar kewajiban! Aku mau yang aku mau!"

      "Sesungguhnya kau tak memberi apa-apa!"

      "Tentang membalas? Bagaimana mungkin aku tak memberi apa pun!"

      "Karena sesungguhnya kau tak memiliki apa-apa!"

      "Hah?!"

      "Ya! Semua milikNya!"

      "Jadi?"

      "Menyelamlah di kedalaman KasihNya! Kau akan mengerti!"