Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Diperkaya dengan Membaca
Membaca adalah salah satu hobi yang paling saya sukai. Hobi membaca sudah tertanam dalam hidup saya sejak saya masih kecil. Namun, jangan coba tanyakan kenapa waktu kecil saya suka membaca. Saya sendiri lupa apa alasan yang membuat saya suka membaca. Orang tua saya tidak hobi membaca, kakak-kakak saya tidak pun tidak. Entahlah...
Sejenak kita lupakan hal yang membuat saya jatuh cinta dengan buku. Sejak kecil, saking suka membaca, setiap tulisan yang saya lihat pasti akan saya baca. Beberapa di antaranya adalah tulisan umum di samping badan angkuta dan merek shampo "S** S****". Ada cerita lucu yang hingga kini masih suka diceritakan kakak saya setiap kali kami berkumpul bersama. Waktu kecil, kita pasti membaca kata per dua huruf, bukan? Misalnya: B - u = Bu, d - i = di, dibaca Budi. Hal yang sama juga saya lakukan dengan istilah "umum". U - m = um, u - m = um, dibaca um um. S - u - n dibaca Suen. Gelak tawa pun terdengar riuh. Setiap kali cerita ini disinggung, saya merasa malu sekali. Tapi, ya maklumlah... namanya juga anak kecil (waktu itu). <!--break-->
Sekarang, cara membaca saya sudah lebih baik daripada dulu. Ada banyak metode membaca yang saya pelajari saat saya bekerja di kantor saya. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan atas terkabulnya doa saya. Dulu, saya pernah menyampaikan satu permintaan kepada Tuhan. "Tuhan, kalau diperkenan, saya pengen nie kerja di kantor yang punya banyak buku. Jadi, saya tidak perlu membeli buku-buku yang harganya semakin mahal. Saya bisa pinjam dari kantor." Ternyata, doa saya dikabulkan. Senangnyooo... :)
Selama beberapa tahun ini, semakin hari semakin banyak buku yang saya baca dalam sebulan. Ditambah lagi karena ada program "setengah memaksa" untuk membaca dari atasan saya di kantor. Otomatis membuat saya semakin terdorong untuk menyelesaikan banyak buku. Senang juga akhirnya, karena dengan membaca banyak buku, saya semakin dibukakan untuk menghargai waktu, hidup, dan anugerah Tuhan. Apalagi buku-buku yang saya baca adalah buku-buku rohani. Mantaplah, pokoknya!
Nah, satu buku yang ingin saya bagikan di sini adalah buku karangan Paul E. Miller. Judul aslinya, "A Praying Life". Versi Indonya juga ada kok. Judulnya "Kehidupan yang Berdoa". Dari buku ini saya banyak belajar tentang esensi doa yang sebenarnya dan bagaimana seharusnya kita berdoa. Yang terpenting bukan panjangnya doa atau indahnya kata-kata di dalamnya, namun kita tahu dengan siapa kita berdoa dan apa yang perlu kita lakukan dalam doa. Dalam buku ini, saya diingatkan kembali bahwa di tengah dunia yang semakin sibuk ini, kita tetap bisa berdoa. Berdoa bukan berarti harus sujud dan menyembah sampai ke tanah, memejamkan mata, melipat tangan, bersila, dan seterusnya. Dalam doa yang terlebih penting adalah sikap hati kita. Kerendahan hati dan kesadaran bahwa kita tidak berdaya tanpa Tuhan merupakan kunci penting dalam berdoa. Jadi, tiap kali kita akan memulai pekerjaan, janganlah kita mengucapkan kata-kata doa, tapi berdoalah. Berdoa adalah berbicara kepada Tuhan. Apakah saat kita berbicara, kita akan selalu mengucapkan sesuai tata aturan bahasa? Apakah saat kita berbicara dengan ayah kita, kita selalu duduk di bawahnya? Tidak, bukan? Demikian juga saat kita berdoa. Sikap menghormati Tuhan itu mutlak kita lakukan, namun jangan sampai kita hanya mementingkan sikap lahiriah kita. Mengoreksi hati jauh lebih penting. Saat kita bicara dengan Tuhan, Sahabat sejati yang tidak mungkin "ember", seharusnya kita lebih nyaman dan blak-blakan. Kita tidak perlu berpura-pura atau menutup-nutupi apa yang kta pikirkan dan rasakan. Toh, seberapa keras kita mencoba melakukannya, kita tidak akan pernah berhasil. Karena Tuhan kita adalah Allah yang Mahatahu. Jadi, bicaralah apa adanya.
Selanjutnya, dari buku ini saya juga diingatkan tentang bagaimana kita memandang doa. Apakah doa itu kewajiban atau kebutuhan. Memandang doa sebagai kewajiban tidak akan memberikan dampak yang sama dengan memandang doa sebagai bentuk permintaan tolong kepada Tuhan dengan kesadaran diri bahwa kita sebenarnya tidak berdaya tanpa penyertaan-Nya. Sesibuk apa pun keberadaan kita saat ini, tidak bisa menjadi alasan untuk kita tidak berdoa. Justru di tengah kesibukan dan berbagai masalah, kita harus lebih banyak berdoa.
Buku "Kehidupan Yang Berdoa" ini benar-benar menyenangkan dan memberkati saya. Anda ingin tahu isinya yang lain? Saya akan sambung di lain kesempatan ya..
- youngyoungan's blog
- Login to post comments
- 3909 reads
semakin
semakin banyak membaca, semakin banyak lupa...:P
hehehe.
Membaca memang membuka cakrawala pengetahuan *halah*, namun, yang terpenting bukanlah seberapa banyak kita membaca, namun seberapa baikkah kita memahami bacaan tersebut. Selamat membaca! :D
Allah itu kasih
Koleksi Foto Sepur Saia
Re: Semakin
Hahaha... alasannya gitu ya... semakin banyak membaca semakin banyak lupa.
Ngga membaca ngga lupa, apanya yang mau dilupain kalau ngga ada yang diinget? :)
Betul.. Untuk memperkaya diri, kita harus mengerti apa yang kita baca. Kalau hanya menargetkan jumlah buku, kita tidak dapat apa-apa dong...