Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Munculnya Kaum Anabaptis[versi tandingan]

Purnawan Kristanto's picture

Pada tulisan "Munculnya Kaum Anabaptis", gbiajohnthebaptist  menuliskan sekilas tentang aliran Anabaptis. Setelah membacanya, saya tertarik untuk mengadakan studi literatur sederhana. Hasilnya saya melihat ada beberapa bias pandangan yang perlu dikoreksi. Tulisan ini bertujuan untuk memperlengkapi wacana untuk memberikan perspektif yang lebih lengkap.

 
Untuk memahami sejarah munculnya aliran Anabaptis kita perlu mundur beberapa tahun, melihat serangkaian peristiwa yang menandai mulainya Reformasi di Swiss.
Di Swiss dapat dikatakan bahwa Reformasi dicanangkan oleh Ulrich Zwingli (1484-1531) dan kawan-kawan. Sebelum menjadi reformator, sama seperti Luther, Zwingli adalah seorang imam Gereja Katolik Roma [selanjutnya disingkat GKR]. Sejak 1516 Zwingli sudah mulai berpikir untuk mengupayakan reformasi gereja, dan itu dilakukannya berlandaskan keyakinan bahwa Alkitab merupakan otoritas tertinggi dan terakhir di dalam gereja dan masyarakat.
Pada tahun 1522 Zwingli dan sejumlah orang yang sepandangan dengannya mengeluarkan pernyataan yang berisi tuntutan pembaruan secara radikal dalam gereja. Uskup dan imam-imam GKR di kota itu tidak mendukung tuntutan itu, sehingga pada bulan November tahun itu juga Zwingli minta berhenti sebagai imam GKR seraya menolak wewenang gereja itu atas dirinya. Pemerintah kota Zurich segera mengangkatnya kembali ke posisi semula, tetapi tidak lagi di bawah wewenang hierarki GKR, melainkan langsung di bawah wewenang pemerintah. Peristiwa ini menandai awal dari Reformasi di Swiss, yang mengarah pada bentuk gereja-negara.
 
Lama kelamaan, pemerintah kota itu melihat gerakan Reformasi ini sebagai ancaman. Ada tuntutan gerakan reformasi yang mengandung konsekuensi politis yang besar. Misalnya, setelah mendengarkan khotbah-khotbah Zwingli, para petani di sekitar Zurich berkesimpulan bahwa mereka tidak perlu lagi membayar pajak dan persepuluhan. Masih banyak tuntutan Zwingli yang dianggap pemerintah kota dapat tatanan yang sudah ada. Karena itu pemerintah kota menolak memberi-dukungan. Akibatnya pada bulan Januari 1524, Zwingli terpaksa menandatangani, beberapa kesepakatan kompromi.
 
Sebagian warga jemaat pendukung gerakan Reformasi tidak puas dengan sikap kompromi ini. Di bawah pimpinan Conrad Grebel, seorang warga jemaat turunan bangsawan kaya, mereka menggugat campur tangan dan kendali, pemerintah atas kehidupan gereja, termasuk dalam urusan Perjamuan Kudus.
Selanjutnya kelompok ini mengajukan dua pokok pikiran:
(1) Membentuk Partai Reformasi sebagai partai politik baru di kota Zurich (dengan harapan akan menang dan menghasilkan dewan dan pemerintah kota yang sepenuhnya akan mendukung laju, Reformasi), dan
(2) baptisan anak tidak sah, karena tidak memungkinkan calon baptisan untuk lebih dahulu menyatakan respons pribadi atas pengampunan, dosa. yang ditawarkan Kristus maupun untuk menyatakan ketaatan serta pertobatan, sebagaimana diamanatkan di dalam Alkitab.
Ternyata gagasan ini tidak didukung, oleh Zwingli. Akibatnya, Grebel dan kawan-kawan menulis surat untuk meminta dukungan dari tokoh-tokoh Reformasi, yaitu Martin Luther, Andreas Carlstadt dan Thomas Munzer. Khusus kepada Munzer, mereka menambahkan imbauan dan peringatan, agar Reformasi tidak dijalankan dengan kekerasan dan kekuatan senjata, karena mendengar bahwa Munzer dan kawan-kawan mengarah ke sana. Dari isi surat ini kita sekaligus dapat mengetahui bahwa pada waktu itu sudah ada kalangan Anabaptis tertentu menggunakan atau menghalalkan kekerasan dalam mencapai tujuannya.
Ternyata surat-surat itu tidak berjawab, sehingga Grebel dan kawan-kawan memutuskan untuk maju terus, kendati mereka mengalami penghambatan dan aniaya karena dianggap penyesat.
Pada tanggal 21 Januari 1525, kelompok kecil Yang dipimpin Grebel berkumpul mengadakan penelaahan Alkitab. Di tengah, itu, seorang pesertanya, Georg Cajacob; meminta supaya Grebel melayankan baptisan yang benar atas dirinya yang sesuai dengan amanat Alkitab. Karena dalam pertemuan itu tidak ada pejabat gereja yang ditahbiskan maka Grebel sendiri yang melayankan baptisan. Peristiwa ini, oleh kalangan Mennonite dipahami sebagai hari lahir Anabaptisme. Bahkan lebih jauh, moment ini diklaim sebagai hari lahir Reformasi sejati.
 
Anabaptis di Belanda
Secara khusus kita perlu melihat perkembangan Anabaptisme di Belanda, sebab berkait dengan perkembangan di Indonesia.
Paham Anabaptis tiba di Belanda terutama berkat kiprah Melchior Hoffman (1493-1543) Hoffman semula adalah seorang pengkhotbah dan penginjil Lutheran, lalu beralih menjadi pengikut Zwingli, dan sejak 1530 beralih ke Anabaptis, setelah berkenalan dengan paham ini di kota Strasburg. Bahkan ia bernubuat bahwa Yerusalem Baru yang rohani tak lama lagi akan terwujud di Strasburg. Meski nubuatannya tak terbukti, tapi pengaruhnya di Belanda tetap kuat.
Salah seorang yang terpengaruh oleh ajaran dan nubuat Hoffman adalah Jan Matthijs, tukang roti dari Haarlem, yang kemudian mengklaim diri sebagai pemimpin Anabaptis di Amsterdam. Tahun 1524, Matthijs menyatakan bahwa nubuat Hoffman akan segera terwujud, bukan di Strasburg, melainkan di Munster. Jan percaya kota Munster akan menjadi Yerusalem baru, dan pada tahun 1533 ia menghancurkan kota tersebut dengan pasukan Anabaptis karena keinginan untuk menguasai dunia.
Karena mendapat tekanan dan penghambatan yang berat, kelompok ini berubah menjadi gerakan bersenjata yang menghalalkan kekerasan. Berbeda dari Hoffman yang cinta damai; kelompok ini memaksa masyarakat bertobat dan dibaptis di bawah ancaman senjata.
 Melihat keadaan berbahaya ini, Uskup kota mengerahkan tentara dengan dukungan para pangeran untuk mematahkan gerakan bersenjata ini. Matthijs tewas dan kepemimpinan beralih kepada Jan van Leiden yang ternyata lebih gila. Dia memproklamasikan diri sebagai raja Daud, dan memerintah dengan tangan besi serta membenarkan poligami. Akhirnya pasukan ini menyerah kepada tentara Uskup pada tanggal 24 Juni 1535.
Akibat peristiwa ini, ada pandangan umum yang menyamaratakan semua pengikut Anabaptis dengan kelompok Munster, yaitu pengkhayal dan revolusioner. Tindakan seperti ini juga menjelaskan mengapa sebagian penguasa tidak menaruh kepercayaan kepada kaum Anabaptis.
 
 
Menno Simmons dan Anabaptisme Moderat
Untunglah tidak semua kalangan, Anabaptis di Belanda mengikuti kelompok Munster, bahkan juga tidak mengikuti nubuat Hoffman.
Salah satu yang menolak kekerasan dan gaya nubuat itu adalah Menno Simons . Sebelumnya ia adalah imam katolik. Belum lama menjadi imam, ia sadar bahwa banyak ajaran dan praktik GKR yang tidak alkitabiah. Dalam pergumulannya, dia banyak dipengaruhi pandangan Luther dan kawan-kawan. Tetapi kemudian ia menolak Luther , karena mereka membela. Baptisan anak yang menurut Menno Simons tidak alkitabiah. Dia kemudian tertarik pada Anabaptis, tetapi menolak cara kekerasan.
Tahun 1536, dia bergabung dengan Anabaptis dan memulai pelayanan di Groningen. Meskipun karya pelayanannya terbilang modern dibandingkan tokoh Anabaptis lainnya, namun sesungguhnya dia seorang literalis ekstrem dalam menafsirkan Kitab Suci. Inilah cikal bakal gereja Mennonite, yang di Indonesia di antaranya terdapat di Jawa Tengah bagian Utara (GITJ, GKMI).
 
Bias Pemikiran
Jika menyimak tulisan gbiajohnthebaptist, terkesan seolah-olah kaum Anabaptis adalah kelompok yang teraniaya dan selalu menjadi korban kekerasan. gbiajohnthebaptist menulis "Hal yang sangat menyedihkan adalah ketika para reformator juga menggabungkan gereja mereka dengan negara dan menjadi penganiaya, penindas, pembunuh orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka."
Jika disimak dari sejarahnya, tekanan terhadap Anabaptis itu ternyata ada sebabnya. Ternyata bukan semata-mata karena penggabungan gereja dengan negara, melainkan juga karena sikap radikal sebagian kelompok ini yang memutuskan untuk mengangkat senjata.   Apa yang dilakukan oleh Jan Matthijs dan Jan van Leiden setidak-tidaknya telah berkontribusi terhadap stigma negatif yang dilekatkan kepada kaum Anabaptis. Sayangnya, gbiajohnthebaptist tidak menyinggung soal ini. Entah ini disengaja atau tidak.

Sumber

Pdt. Dr. Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan Sekitar Gereja, BPK Gunung Mulia 1996 Michael Collins dkk, The Story of Christianity, Kanisius, 2006.

 

Photobucket

Sebagaimana kaum teraniaya, kaum Anabaptis bertahan dengan cara di mana mereka bisa menjalani kehidupan beragama dengan aman. Sebagian besar kaum Anabaptis tinggal di Amerika Utara, dan sebagian membentuk komunitas Mennonite Amish. Hingga saat ini mereka masih punya keyakinan bahwa teknologi modern cenderung merusak kehidupan sederhana yang diajarkan Kristus. Karena itu, mereka menolak temuan modern dan hidup dalam komunitas yang sangat akrab dan mempertahankan nilai-nilai keyakinan mereka.

__________________

------------

Communicating good news in good ways

hai hai's picture

Terima Kasih Mas Wawan

Terima kasih mas wawan! Tulisan anda benar-benar menyegarkan dan menambah pengetahuan saya.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Purnawan Kristanto's picture

Sama-sama

 Sama-sama, ko Hai Hai

 

 

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways