Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Mulai dari diri sendiri
Ada seorang pendoa yang baik hati tengah berjalan-jalan menelusuri
pinggiran kota. Di sebuah wilayah yang kumuh, dia menemukan seorang pengemis
tua sedang terbaring di tepi selokan yang kotor dalam keadaan lumpuh dan penuh
luka. Melihat keadaan sang pengemis yang begitu mengenaskan, dia berdoa kepada
Tuhan, “Ya Tuhan. Engkau pasti mengasihi pengemis yang malang dan menderita
ini. Tolong Tuhan, dengan kasih-Mu dan kuasa-Mu buatlah mukjizat agar orang
yang malang ini dapat ditolong dan dibebaskan dari penderitaannya. Aku yakin
bahwa Tuhan berkenan untuk membuat mukjizat itu setelah mendengar doa kami yang
sungguh-sungguh ini.” Pendoa yang baik hati itu terus berdoa memohon
kemurahan hati Tuhan supaya benar-benar terjadi mukjizat untuk membebaskan
penderitaan pengemis tua tersebut.
Tiba-tiba dari langit
terdengar suara Tuhan yang membahana. “Hai
anakku, Aku sudah berbuat mukjizat tetapi kenapa kamu terus memohon kepada-Ku?”
“Ampuni hamba, Tuhan. Tetapi mukjizat
apakah yang sudah Tuhan buat?” tanya pendoa yang baik dan beriman itu. “Aku telah menciptakan kamu dan itulah
mukjizat yang telah Aku buat.” Jawaban Tuhan ini sungguh menggetarkan hati
pendoa tersebut yang segera bersujud mengakui kesalahannya. Memang benar
manusia sering lebih rajin beribadah dan berdoa tetapi sukar dalam melaksanakan
amal perbuatan yang baik untuk menolong sesama yang membutuhkan. Alangkah
indahnya jika kita semua bukan hanya mau meluangkan waktu untuk mencari
penghasilan demi diri dan keluarga kita sendiri tetapi juga mau menyediakan
tenaga, waktu dan sebagian penghasilan kita bagi sesama. Melakukan pekerjaan
menolong sesama tanpa pamrih sungguh merupakan wisata rohani karena rasa
terharu yang timbul ketika orang yang kita tolong itu menatap mata kita dengan
rasa terima kasih yang tidak terhingga tidak akan tergantikan oleh imbalan
duniawi apa pun.
Kita memang tidak mampu
berbuat seperti Bunda Theresa yang mengatakan, “Aku hanyalah sebatang pensil yang digunakan Tuhan untuk menulis surat
cinta kepada manusia.” Kita tidak mampu merawat para pengemis yang
menderita berbagai sakit dan luka yang sangat menular. Namun, kita dapat
memulainya dengan hal-hal kecil untuk menolong sesama seperti mengikuti
pelayanan pengobatan cuma-cuma, memberikan penyuluhan atau pendidikan kepada
masyarakat yang memerlukan sesuai dengan pengetahuan dan kompetensi kita atau
membagikan barang-barang yang sudah tidak kita perlukan kepada pemulung yang
datang mengambil sampah di rumah kita dan banyak lagi perbuatan lainnya. Siapa
tahu sebuah loncatan kecil kita akan menjadi sebuah terobosan besar di kemudian
hari? (andryhart@yahoo.com)
andryhart
- andryhart's blog
- 4148 reads
Salut