Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Misteri di seputar Penyaliban Yesus
Sejumlah pertanyaan timbul dalam benak saya tentang misteri di balik
penyaliban Yesus. Salah satu di antaranya adalah berapa lama penderitaan yang
dialami Yesus sejak dia diserahkan untuk diadili di depan Majelis Agama (Sanhedrin)
hingga saat meninggal di kayu salib? Saya berpikir bahwa waktunya mungkin tidak
cukup satu hari mengingat setelah diadili di depan Majelis Agama Yahudi
tersebut, Yesus diserahkan terlebih dahulu kepada Pilatus tetapi kemudian
Pilatus menyerahkan Yesus kepada Herodes di Galilea, lalu Herodes
mengembalikan-Nya kepada Pilatus. Selanjutnya Yesus mengalami penyiksaan dan
baru kemudian Dia diarak untuk disalib. Pertanyaan kedua, jika waktunya
melebihi satu hari, di manakah Yesus pada saat Dia ditahan di malam harinya
jika masa penderitaan itu lebih dari satu hari? Apakah benar Yesus ditahan di
ruang bawah tanah pada saat-saat sebelum Dia diadili atau disiksa?
Dalam buku Selubung Kirmizi, Luis M. Bermejo, SJ melukiskan penderitaan
Yesus yang begitu mengharukan dan menyentuh perasaan ketika Dia ditahan di
dalam rumah tahanan di bawah tanah. Tulisan itu adalah sebagai berikut:
“Pagi-pagi benar imam-iman
kepala bersama tua-tua dan ahli-ahli Taurat dan seluruh Mahkamah Agama sudah
bulat mufakatnya. Mereka membelenggu Yesus lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya
kepada Pilatus (Markus 15:1). Maka cukup pasti bahwa Yesus harus menghabiskan
waktu yang tersisa di gedung yang sama, yaitu di ruang bawah tanah yang biasa
untuk menempatkan tahanan dan orang hukuman.
Ruang bawah tanah itu masih ada sampai saat ini. Untuk
masuk ke dalamnya, kita harus menggunakan tangga yang curam. Tetapi waktu itu,
untuk memasukkan orang hukuman, orang menggunakan tali untuk menahan tubuhnya
pada ketiaknya. Saat ini, pada dinding ruang itu ada gambar kasar seseorang
dengan tangan terentang sedang berdoa dan ada lubang pada sisi kiri ruang yang
tinggi yang tidak dapat dicapai oleh orang yang dihukum. Di ruang itu pula,
Petrus dan Yohanes dijebloskan karena keberanian mereka mengajarkan ajaran
baru.
Ruang bawah tanah itu sangat sempit. Yesus duduk di
lantai bersandar pada dinding yang kasar. Ruang itu sangat gelap. Ia tinggal
dalam kesunyian dan kesendirian karena ditinggalkan semua orang, belum jelas
nasib-Nya dan tanpa dukungan siapa pun. Pada saat itu, Yesus mungkin berdoa
seperti dalam Mazmur 8:2-3, ‘Ya Tuhan Allah yang menyelamatkan aku, siang hari
aku berseru, pada waktu malam aku menghadap Engkau, biarlah doaku datang ke
hadapan-Mu, sendengkan telinga-Mu kepada teriakku.’ Tetapi diamnya Bapa mulai
sejak Yesus berdoa di Taman Getsemani hingga waktu yang terus berjalan lebih
menyiksa dan terasa lebih kejam bagi Yesus daripada penyiksaan dan penghinaan
para pengawal. Teriakan Yesus, ‘Telah Kaujauhkan kenalan-kenalanku dari padaku,
telah Kaubuat aku menjadi kekejian bagi mereka. Aku tertahan dan tidak dapat
keluar; mataku merana karena sengsara. Aku telah berseru kepada-Mu ya Tuhan,
sepanjang hari telah mengulurkan tanganku kepada-Mu (Mazmur 88:9-10).
Hal ini sungguh menyedihkan karena Yesus tahu betul dari
iman maupun pengalaman-Nya bahwa Bapa-Nya adalah kasih dan setia. Dia berseru
‘Dapatkah kasih-Mu diberitakan dalam kubur dan kesetiaan-Mu di tempat
kebinasaan (Mazmur 8:12).’
andryhart
- andryhart's blog
- 6704 reads
Luka-luka itu.....