Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

MENYUMBANG GEREJA DENGAN SAMPAH

Tante Paku's picture

     KETIKA ada Blogger yang menuliskan kata SAMPAH dengan kalimat depannya apa saja, saya berpikir apakah sang penulis itu benar-benar sudah memahami arti sampah, ataukah mereka sudah mengenal baik dengan sampah? Saya berharap mereka tidak menganggap remeh soal sampah, karena banyak yang mengupayakan SAMPAH menjadi BERKAH kehidupan.

     Saya sering menggali lubang di samping rumah yang ada beberapa pohon buahnya. Ketika saya menggali sering anak-anak mendekat ikut melihat, saya tidak ingin mereka hanya sebagai penonton saja, mereka saya libatkan untuk ikut menggali lubang dengan Linggis, yang satunya mengeluarkan tanah dari galian dengan Cetok. Selama menggali itulah saya menjelaskan maksud dan tujuannya sebagai pendidikan tentang lingkungan hidup.

     "Lubang ini entar buat menimbun daun-daun yang berguguran, biar jadi humus dan menyuburkan tanaman. Nanti tanaman itu enggak kekurangan gizi dan selalu berbuah dengan lebat dan kita makan bareng-bareng, enak kan?"

     Saya juga menjelaskan yang boleh dimasukkan lubang ini hanya sampah daun saja. Ketika lubang sudah penuh, saya menggali lubang lagi di sebelahnya, begitu seterusnya. Dan lubang kemarin yang ke lima, karena satu lubang bisa penuh sampah daun sampai setengah tahun.

    Sudah menjadi kebiasaan saya, setiap mau lebaran selalu menjual bermacam sampah ke tukang rosok yang sering lewat, uangnya bisa buat beli baju anak-anak atau kebutuhan lainnya. Cara mengumpulkan sampah memang sedikit demi sedikit, maklum hanya sampah rumah tangga, setahun baru bisa terkumpul banyak.

     Saya selalu menyediakan tiga kantong kresek besar dan karung plastik besar untuk bermacam kategori sampah. Sampah berbahan plastik, kaleng , botol-botol dari beling juga besi, semua punya tempat sendiri-sendiri dan sudah ada instruksi yang harus dipatuhi bagi mereka yang membuang sampah. Sampai saat ini anak-anak maupun yang dewasa masih mentaatinya.

     Ketika Gereja kami akan dibangun dengan biaya cukup besar, di atas satu milyar, tentu tidak mudah untuk mengumpulkan dananya. Oleh sebab itu ada pemikiran untuk para jemaat selain menyumbang berupa uang, bisa menyumbang berbagai macam barang "sampah", baik sampah kertas atau yang lainnya, pokoknya bisa dijual. Dan panitia yang mengurusi bantuan yang berupa barang rongsok pun di bentuk.

     Beruntunglah, sampah yang sudah kukumpulkan cukup banyak dan lengkap. Karena sering bila ada tetangga yang membuang sampah cukup "berharga" tak segan aku mengambilnya dari tong sampah. Misalnya sepeda anak-anak yang sudah ringsek, bekas jemuran yang bahannya dari besi atau kardus-kardus yang banyak, juga koran-koran bekas.

     Untuk tahun ini, sampah-sampah yang kukumpulkan akhirnya kusumbangkan ke Gereja, cukup sibuk juga para pemuda yang mengambil dari rumahku, kurang lebih 8 kali bolak-balik dengan sepeda motor disertai Bronjongnya. Sampahku kali ini memang lumayan karena ada barang-barang elektroniknya juga, ada yang rusak, ada yang masih bisa dipakai, dengan sedikit diperbaiki. Ketika dijual kurang lebih laku sekitar satu juta lebih, kata mereka. Puji Tuhan, sampahku bermanfaat dan aku teringat sebuah nasehat "Lebih baik memberi daripada menerima, karena memberi berarti pengorbanan dan menerima adalah tanggung jawab."

     Begitulah pergumulanku dengan sampah, tentu saja masih banyak orang yang bekerja wiraswasta menggumuli sampah, khususnya orang-orang papa, mereka mengais sampah untuk dijadikan berkah. Dan tahun ini  kami belum mengumpulkan sampah lagi, karena tukang sampah di tempat kami sudah memintanya untuk dikumpulkan di rumah.

     Tentang sampah di dalam Firman Tuhan mengatakan :

kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah, kami telah menjadi sama dengan SAMPAH dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini (I Kor 4 : 13)

Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya SAMPAH, supaya aku memperoleh Kristus. (Filipi 3:8)

Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tenang, dan arusnya menimbulkan SAMPAH dan lumpur. (Yesaya 57 : 20).

 


Semoga  Bermanfaat  Walau  Tak  Sependapat

 

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

smile's picture

TP : The Wise Man

The wise man....

 

smile Ö and smileÖ, coz The WoRLd WiLL Be BeauTifuL WiTH OuR smile

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

sandman's picture

@TP Sampah...

Kalaupun menjadi sampah, dengan BANTUAN sang PEMULUNG ajaib, mudah-mudahan kita bisa menjadi KOMPOS yang dapat menyuburkan tanah, dan membuat pohon berbuah lebat...

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

alvazez's picture

amin amin

amin amin

joli's picture

lubang ajaib

Baja : Saya sering menggali lubang di samping rumah yang ada beberapa pohon buahnya. Ketika saya menggali sering anak-anak mendekat ikut melihat, saya tidak ingin mereka hanya sebagai penonton saja, mereka saya libatkan untuk ikut menggali lubang dengan Linggis, yang satunya mengeluarkan tanah dari galian dengan Cetok. Selama menggali itulah saya menjelaskan maksud dan tujuannya sebagai pendidikan tentang lingkungan hidup.

inilah cara pendidikan anak yang mendarat, cinta lingkungan dan mempraktekannya. Tante, kami  juga sudah memulai itu dan melakukannya, ajaibnya, ketika lubang yang di gali sudah habis, balik lagi ke lubang pertama, sampah sudah hancur menjadi humus, dan bisa buat lubang untuk sampah baru.. terus dan terus.. pohon-pohon jadi subur.. tanah sehat, penghuni ketularan sehat..