Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Menyikapi Teori: Maria Magdalena Menikah dengan Yesus (by. Edward E. Hanock)
- Tulisan ini lahir dari sebuah pergumulan terhadap maraknya isu-isu miring tentang Yesus. Memang isu-isu tersebut bukan baru ini saja, tetapi sejak Ia tampil mempesona dan menakjubkan di tanah Palestina, berkali-kali Ia berhadapan dengan sekelompok orang yang kemudian menuding macam-macam kepada-Nya. Terhadap tudingan-tudingan dewasa ini, menurut saya, bangunan teori mereka dikemas secara dokumentatif dan spekulatif. Salah satu isu yang muncul (tiga tahun lalu, 2005) adalah isu tentang Yesus menikah.
- Isu tentang Yesus menikah dengan Maria Magdalena dihembuskan oleh beberapa orang, misalnya: Simcha Jacobivici dalam “The Jesus Family Tomb” yang populer melalui The Discovery Channel’s TV. Ia mengklaim bahwa terdapat bukti yang kuat mengenai “kebenaran” pernikahan Yesus dengan Maria Magdalena hingga kemudian disinyalir memiliki anak yang diberi nama Yehuda (Judah). Jacobovici bukanlah satu-satunya orang yang mendalilkan adanya sebuah kemungkinan hubungan romantis hingga ke jenjang pernikahan antara Yesus dan Maria Magdalena. Orang yang sama getolnya menggembar-gemborkan isu ini bahkan terbilang sukses adalah Dan Brown. Melalui sejumlah karyanya, misalnya film “The Last Temptation of Christ” dan buku-bukunya “Holy Blood, Holy Grail” dan “The Da Vinci Code” dipaparkan hubungan rahasia itu. Bahkan hubungan itu diangkat menjadi tema utama/pusat dalam karya Brown. Dalam buku TDVC, Brown berkomentar demikian: Yesus sebagai seorang laki-laki yang telah menikah menerobos secara tak terhingga cara pandang standar biblika selama ini tentang Yesus sebagai seorang bujangan...karena Yesus adalah seorang Yahudi...secara sosial adat yang pantas dalam pergaulan pada masa itu sebenarnya adalah melarang seorang laki-laki Yahudi untuk tidak menikah. Menurut kebiasaan Yahudi, pembujangan dikutuk dan sudah menjadi kewajiban bagi orang tua Yahudi untuk mencari isteri yang sesuai bagi anak laki-lakinya. Jika Yesus tidak menikah, maka paling tidak salah satu dari Injil kanonik akan menyebutkan itu dan memberikan beberapa penjelasan untuk keadaan yang tidak alami yang dimiliki Yesus karena pembujangan itu.
- Kalimat di atas adalah salah satu penggalan kalimat kontroversial dalam buku TDVC yang telah menjadi konsumsi publik bahkan menghebohkan!
- Sebelum kita menguji bukti ada tidaknya kemungkinkan hubungan romantis bahkan pernikahan antara Yesus dan Maria Magdalena, ada baiknya kita menelusuri dulu sosok yang bernama Maria Magdalena. Tetapi untuk memperoleh data mengenai Maria Magdalena patut diajukan pertanyaannya sebagai berikut: “Dokumen-dokumen kuno manakah yang menceritakan karakter Maria Magdalena?” dan “dokumen-dokumen kuno manakah yang menceritakan adanya hubungan Maria Magdalena dengan Yesus dari Nazareth?” Untuk pertanyaan pertama kita punya satu-dua pilihan yakni Injil Perjanjian Baru dan beberapa tulisan kemudian pada pertengahan abad kedua (mis. literatur gnostik, Nag Hamadi) sebagai dokumen kuno yang merekam sosok Maria Magdalena. Injil Kanonik memberikan kisah tentang Maria Magdalena lebih awal dibandingkan literatur gnostik, yang lebih belakangan. Menyangkut pertanyaan kedua, menurut saya murni disumbangkan oleh injil gnostik: injil Maria dan injil Filipus. Hal itu berbeda sekali dengan Injil Kanonik yang tidak sedikitpun mensinyalir hubungan itu!!!!Dalam Kitab-kitab Injil (kanonik), Maria Magdalena disebut sebagai seorang perempuan yang telah disembuhkan oleh Yesus dari 7 (tujuh) roh jahat dan kelemahan (Luk 8:1-3). Maria Magdalena juga disebut bersama Yohana isteri Khuza ketika melayani Yesus dengan kekayaan mereka. Lalu ia mengiringi Yesus dalam perjalanan-Nya yang terakhir ke Yerusalem (Mat. 27:55, Mrk. 15:41, Luk. 23:55) dan menyaksikan penyaliban-Nya. Maria Magdalena tetap tinggal di sana hingga tubuh Yesus diturunkan dan dibaringkan dalam kubur yang telah disiapkan oleh Yusuf dari Arimatea. Tidak berhenti di situ, pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar (kata Alkitab), Maria Magdalena dan Maria, ibu Yakobus (Mat. 28:1; Mrk. 16:2) pergi ke kubur itu dengan maksud meminyaki tubuh Yesus. Setibanya di kubur itu, tampak seorang malaikat (Mat. 28:5). Sebagai saksi mata kubur kosong/kebangkitan Yesus, Maria Magdalena kemudian pergi kepada Simon Petrus dan murid-murid yang lain untuk menyampaikan berita itu (Yoh. 20:1-2). Menurut Rasul Yohanes, Maria Magdalena adalah saksi pertama dari kebangkitan Tuhan Yesus, meskipun pada awalnya ia tidak mengenali Yesus. Figur Maria Magdalena dalam Kitab Injil Kanonik sempat dikacaukan dengan Maria yang lain. Ada yang berpendapat bahwa Maria Magdalena adalah seorang perempuan sundal (pelacur). Jika Maria Magdalena disamakan dengan wanita anonim yang disebutkan dalam Lukas 7:36-50 sebagai seorang “pendosa”, maka Lukas pasti akan menyebutkan namanya dalam ps. 7:36-50 tadi, dan bukan dalam Lukas 8:1-2.
- Pengidentifikasian Maria Magdalena sama dengan Maria dari Bethany dan sama dengan seorang perempuan “pendosa” (sebenarnya) dimulai oleh Paus Gregory I pada waktu ia berkhotbah tahun 591. Namun, baik rasul-rasul maupun bapak-bapak gereja mula-mula menyebutnya tidak lebih dari sekadar seseorang yang dekat dengan murid-murid-Nya. Tidak kurang, tidak lebih!Lalu bagaimana dan dari mana teori-teori konspiratif itu memperoleh ide yang demikian kontroversial ini? Mengapa semuanya begitu spekulatif? Teori-teori konspiratif-spekulatif itu tidak dibangun secara jujur di atas Kitab-kitab Injil Kanonik, melainkan didasarkan atas dokumen-dokumen yang ditulis 100-200 tahun (setelah Kitab-kitab Injil Perjanjian Baru). Dokumen-dokumen itu diberi nama Gnostik. Tulisan-tulisan ini bukan bagian dari Perjanjian Baru, dan ditolak oleh bapak-bapak gereja sebagai ajaran sesat. Mereka yang menulis hubungan romantis antara Yesus dan Maria Magdalena mengutip beberapa pasal dari dua tulisan-tulisan yang berlabel gnostik, yakni: injil Maria dan injil Filipus (yang sudah kita bahas beberapa minggu sebelumnya).
- Dalam injil Maria (non-Kanonik, yang ditulis oleh seseorang yang tidak dikenal pada akhir abad II M atau setelah 150 tahun kematian Yesus), Maria Magdalena diduga sebagai seseorang yang istimewa bagi Yesus. Ada satu ayat dalam injil Maria yang menunjuk kepada Maria Magdalena sebagai murid favorit Yesus, yang menekankan bahwa ia mengasihi Maria Magdalena “lebih dari kami (baca: murid-murid-Nya). Pada ayat lain, menurut dugaan, Petrus berkata kepada Maria Magdalena “Saudari, kami tahu Juruselamat mengasihi engkau lebih dari perempuan manapun”. Dari dua ayat dalam injil Maria di atas, sebenarnya tidak ada rujukan atau indikasi yang pasti yang berbicara tentang hubungan romantis atau pun hubungan seks antara Maria Magdalena dan Yesus.Selain Injil Maria, dugaan serupa juga didasarkan atas injil Filipus. Bahkan TDVC begitu mengklaim bahwa Yesus dan Maria Magdalena telah menikah dan memiliki seorang anak.
- Ada satu ayat dalam injil gnostik Filipus yang mengindikasikan bahwa Yesus dan Maria Magdalena adalah “companion” (teman/kawan). Ayat tersebut berbunyi: “Ada tiga perempuan yang selalu berjalan bersama dengan Sang Tuan: Maria, ibu-Nya, [...] saudari, dan Maria dari Magdala, yang dipanggil teman (koinonos). Karena Maria adalah nama saudari-Nya, ibu-Nya dan teman-Nya (koinonos)”. Dalam TDVC, ahli Sir Leigh Teabing “ngotot” mengajukan pendapat bahwa kata “koinonos” berarti “suami isteri”. Hal itu dilakukan untuk memuluskan dugaan kuat mereka bahwa Yesus telah menikah! Tetapi itu adalah sebuah tafsiran yang sangat “tidak mungkin” atau tidak masuk akal. Karena dalam literatur-literatur kuno seperti LXX, Philo, Josephus, Inskripsi-inskripsi, kata “koinonos” berarti “companion, partner” (teman, pasangan). Dalam beberapa kasus, teks injil gnostik Flipus ini tidak dapat membuktikan bahwa Yesus telah menikahi Maria Magdalena.
- Ada juga ayat lain dalam injil gnostik Filipus yang menyatakan bahwa Yesus mencium Maria. “Teman dari [ ] adalah Maria Magdala. [ ] nya lebih dari [ ] murid-murid, [ ] menciumnya sering pada [ ]-nya. Yang lain [ ] ... berkata kepada dia, “Mengapa engkau mengasihinya lebih dari pada kami?”Gagasan atau ide yang dibangun di atas dua ayat ini yang kemudian ditarik kesimpulan bahwa Yesus menikah dengan Maria Magdalena adalah hal yang berani dan terbilang keliru. Mengapa?
- Dalam riset mendalam sarjana-sarjana Alkitab disebutkan bahwa injil-injil gnostik (Maria dan Filipus) pun tidak menyebutkan apa-apa tentang perihal Yesus menikahi Maria Magdalena. Kalau dibangun di atas dasar kata koin?nos itupun tidak menjadi bukti kuat, karena kata itu bukan istilah baku yang menunjuk pada dugaan “suami-isteri”. Perjanjian Baru tidak menggunakan kata tersebut. Kata yang dipakai dalam PB untuk menunjuk pada "pernikahan" adalah kata "gune".
- Dokumen ini sarat dengan praktik asketis. Karena itu sangat kecil kemungkinannya bahwa si penulis berani mengusulkan atau bahkan menyiratkan bahwa Yesus menikah!
- Ciuman yang didengung-dengungkan sebagai bukti berikutnya dalam teks ini, adalah sebuah ritual yang aneh. Dalam konteks “gnostik” ciuman itu ditengarai akan mentransfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. Jadi, ciuman itu adalah ciuman yang sama sekali tidak memiliki konotasi romantis.
- Mengenai argumen yang dikemukakan Brown bahwa setiap laki-laki Yahudi pada zaman Yesus menikah, bahkan bagi mereka yang betul-betul mempertimbangkan menjadi “rabbi” sekalipun, memiliki dua faktor kelemahan. Pertama, Yesus bukanlah rabbi secara teknis, Ia bahkan tidak menyebut diri-Nya sebagai rabbi. Rasul-rasul memanggilnya demikian untuk menyatakan bahwa Ia adalah guru mereka, bukan karena Ia memegang suatu jabatan/posisi tertentu dalam Yudaisme. Imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan tua-tua pernah mempertanyakan perbuatan-perbuatan Yesus (Mrk. 11:28). Pertanyaan dari kaum rohaniwan Yahudi tersebut berkait erat dengan tindakan Yesus yang dinilai “mengangkangi” kewenangan mereka sebagai pemegang jabatan teknis (rabbi) tersebut. Kedua, Matius 19:10-12, khususnya ayat 12 a dan c memberikan penegasan bahwa Yesus tidak mungkin menikah. Dalam bagian “a” Yesus memberikan satu hal yang perlu kita pertimbangkan yakni “tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya”. Sedangkan dalam bagian c “...ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Surga”. Bagian “c” ini menjadi rujukan yang kuat untuk membuktikan bahwa dugaan Brown mengenai semua laki-laki “dewasa” Yahudi harus menikah, tidak benar!
- Yesus adalah figur nabi. Pada zaman Yesus jelas juga berkembang suatu tradisi “pembujangan” bagi mereka yang mendedikasikan hidup mereka sepenuhnya untuk Allah, sebagai contoh nabi Yeremia dan Elia yang tidak menikah. Hal itu juga tampak pada golongan Qumran, dan Yohanes Pembaptis. Pembujangan atau hidup melajang adalah sungguh-sungguh luar biasa, berbeda dengan pandangan Brown. Mereka tidak dilarang oleh sejumlah kebiasaan sosial, sebagaimana diduga oleh Brown.
- Philo dari Alexandria juga menegaskan bahwa golongan Qumram sebagai sekelompok orang yang tidak mau mengakui pernikahan...karena itu tidak seorangpun dari kelompok itu yang menikah atau memiliki seorang isteri. Ia juga menambahkan bahwa “Ini adalah gaya hidup yang perlu ditiru dari kelompok Qumran...”
- Jadi semua bukti yang mengindikasikan pernyataan tegas Brown “menurut kebiasaan Yahudi, pembujangan adalah hal yang terkutuk” sebenarnya tidak benar.
- Yang terakhir adalah sudah lama dipercaya bahwa Yesus tidak pernah menikah! Setiap detail dari Alkitab mengindikasikan hal ini. Ketika Ia melayani, tidak disebut ada seorang isteri. Hingga Ia disalib, tidak juga disebutkan bahwa Ia memiliki seorang isteri!!!
Belum ada user yang menyukai
- Religio's blog
- 9394 reads
religio: fenomena yang menarik ya. . .
Dear Religio, Kemarin saya dan teman-teman kebetulan juga mendiskusikan topik yang sama. Menarik memang. Bahkan pembicaraan kami juga menyinggung kitab Ayub, yang katanya ternyata cuma dongeng.
Setelah ngobrol "ngalot-ngidul" akhirnya ada juga satu kesimpulan, lebih tepatnya pertanyaan: Kalau seandainya, sekali lagi SEANDAINYA, Yesus memang benar-benar menikah, lalu apakah iman kita akan berubah?
yang penting adalah karya penyelamatan-Nya bukan?
jadi bukankah fenomena ini (dan fenomena-fenomena lain) bisa dianggap sebagai test of faith? GBU
Yesus tidak Pernah Menikah!
Dear Mbak Clara,
Menarik juga idenya: jika Yesus pernah menikah, apakah itu meruntuhkan iman Kita?
Tentu tidak! Karena pernikahan dalam teologi Kristen bukanlah dosa (tentu saja maksud saya pernikahan yang alkitabiah).
Akan tetapi, sampai saat ini tidak terdapat suatu data yang sangat meyakinkan bahwa Yesus pernah menikah! Injil-injil Kanonik (Matius - Yohanes) yang ditulis pada abad pertama tidak pernah mencatat hal tersebut. bukan hanya tidak mencatat, melainkan juga tidak memberikan sedikitpun clue untuk ide tersebut.
Oleh karena itu, tidak perlu diragukan lagi bahwa memang Yesus tidak pernah menikah.
Secara metaforik, gereja adalah mempelai Kristus. Namun metafora ini tidak boleh dipahami dalam kerangka pikir biologis.
Mengapa saya perlu memberikan penegasan ini? karena saya mendapat kesan bahwa anda membuka peluang untuk kemungkinan bahwa Yesus pernah menikah "yang pentingkah karya keselamatan-Nya".
Sangat setuju: fenomena dapat dipahami sebagai test of faith. Namun bagi saya, teori Yesus pernah menikahi Maria Magdalena bukan sekadar fenomena, melainkan fenomena yang lahir dari sebuah presaposisi. Dan presaposisi itu adalah presaposisi yang keliru!
JLU
Mirandola
Presaposisi yang keliru
semakin dihambat, semakin merambat
Dear Religio,
Terima kasih untuk apa yg sudah Anda sampaikan di blog ini
Ada banyak usaha yang dicoba untuk menghancurkan kredibilitas Kristus, termasuk yang Anda sampaikan diatas.Tujuannya, agar "sekiranya mungkin menyesatkan orang-orang pilihan"
Tapi gereja (baca umat Tuhan) akan semakin kokoh, sebab didirikan diatas "Batu Karang"Tuhan Yesus memberkati
Sola Gratia
Sola Gratia