Tatapannya lurus ke depan, memandang pepohonan yang kini telah berwarna merah.
Sering aku melihatnya seperti itu, duduk, termenung, pada sebuah bangku kayu, yang terletak tepat di samping sebatang pohon mangga besar, yang berdiri rindang di depan rumahnya, jauh sebelum buah-buah rambutan di belakang rumahnya masak.
Tadinya aku berpikir, bahwa itulah salah satu cara ia menikmati hidup. Duduk termenung sambil memperhatikan kebun buah yang berada di belakang rumahnya.
Namun pemandangan yang sering kali kulihat itu, kini menggelitik rasa ingin tahuku, apa gerang yang membuatnya sering terlihat seperti itu.
Apa ia kini sedang memikirkan sesuatu tentan buah-buah rambutan merah itu. Kepada siapa akan menukarnya sehingga dapat memiliki nilai tukar yang tinggi.
Hal yang sangat mustahil, ku pikir. Sekarang sedang musim buah, tidak ada harga tinggi. Orang-orang kampung, bahkan rela menjual buah dengan cara memborongkan pohon buah kepada para pembeli yang datang dari kota. Dengan membayar pohon yang diborongkan, pembeli dapat sepuasnya mengambil buah dari pohon tersebut.
Otakku terlalu kecil untuk menyelami pikiran laki-laki tua itu, namun tetap saja aku mereka-reka apa gerang yang sedang ia pikirkan.
Aku berusaha mengingat-ingat segala sesuatu di otakku yang pernah merekam tentangnya. Banyak hal yang terlintas, namun tetap saja tidak ada alasan yang masuk akal.
Kembali aku memperhatikan keadaan di sekitarnya, mencoba mencari sesuatu yang mungkin bisa menjawab keingintahuanku.
Bangku kayu dan tongkat kecil yang ada di sana turut membisu bersamanya, tak dapat menjawab rasa ingin tahuku, hanya ranting-ranting pohon yang terlihat bergerak mengayun-ayun tertiup angin sepoi, menciptakan suasana sejuk, suasana yang sangat pantas untuk dinikmati.
Pemandangan itu membuat aku kembali pada pikiran awalku, meski menurutku terlalu sederhana.
Ia memang sedang menikmati hidup, pikirku akhirnya.
__________________
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
@3m1
Kalau melihat pohon rambutan seperti itu (kebetulan di rumah saya ada dua pohon rambutan besar mbak, di halaman depan dan belakang), saya perhatikan rantingnya sudah ke mana-mana (sampai mematahkan overhang teras depan), buah-buahnya kebanyakan (anak-anakku sakit perut kebanyakan makan rambutan, tetangga malah jadi tersenyum kecut kalau kami terus membawakan mereka surplus rambutan), yang terpikir malah bagaimana caranya menebang pohon rambutan itu. Jangan-jangan itu jugalah pikiran sang "laki-laki tua" tersebut mbak, seperti saya, he3x .
Shalom!
(...shema'an qoli, adonai...)
tidak mungkin,
Sayang laki-laki tua itu tidak memiliki anak, sehingga ia tidak perlu prihatin seperti anda, lagi pula ia sangat sayang pada pohon-pohon rambutan tersebut, jadi tidak mungkin ia menebangnya.
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
@3m1, salah satu caraku menikmati hidup
Suatu hari aku kepergok tetanggaku seorang pencari kodok, sedang duduk diam di teras rumah saat hujan deras, petir menggelegar, dan langit gelap gulita.
"Ngapain kamu duduk sendirian di situ Ik"
"Aku sedang menikmati hujan pakde..."
"Mana ada menikmati hujan dengan duduk diam, sendirian, cuma pakai kaos biasa pula, emang ga kedinginan?"
"Ga kok... begini caraku menikmati hujan.." jawabku lagi
"Trus apa yang bisa dinikmati dari hujan?"
"Aku senang mencium bau tanah kering yang tersiram air hujan. Aku senang melihat air yang tercurah dari langit. Aku senang melihat gambar petir yang seperti kilatan foto Tuhan. Aku senang dinginnya menembus sel-sel kulitku" jawabku panjang lebar
"Anak aneh... masak begitu kok nikmat!!" katanya lagi
"Sudahlah pakde... hanya aku yang bisa menikmati hal ini. Kalo pakde ga ngerti ya sudah, teruskan saja cari kodoknya. Memang semua orang berbeda-beda caranya untuk menikmati hidup" kataku menutup pembicaraan
Dan aku kembali sendirian, menatap hujan, melihat kilat, mendengar gelegar petir, menikmati dingin malam.
For to me to live is Christ, and to die is gain.
@iik j
"Born a poor young country boy, mother's nature son,....all day long,..I'm sitting singing songs for everyone.................
Sit beside a mountain stream, see her waters rise,....listen to the pretty sound of music as she flies........
Find me in my field of grass, mother's nature's son,......swaying daisies,....sing a lazy song beneath the sun.....
Ooo,....mother's nature son......."
(The Beatles: "Mother's Nature Son")
Membaca kisah anda (dan 3m1) mengingatkan saya akan kedalaman makna lagu yang didendangkan oleh Paul McCartney tersebut...........
Shalom!
(...shema'an qoli, adonai...)
@mba ik, serem..
Gak takut petir? hehehe...
Gak ada yang perlu ditakuti bila kita bisa menikmatinya ...
Bahkan dapat sangat nikmat ...
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
nikmatnya.. tiada tara
Tatapannya lurus ke depan, memandang pepohonan
Bener Elly.. bisa memandang pohon, melihat ulat melata di daun, ranting kering patah ogah untuk gugur, menghitung buah rambutan, ... itulah cara menikmati hidup..
Ketika banyak hal menumpuk dan bertumpuk.. banyak celaan dan pujian silih berganti.. banyak masalah dan masya-allah.. adakah itu semua mengurangi nikmatnya hidup? bukankah hidup akan selalu nikmat... bila bersamaNYA..
seperti nikmatnya pelangi di sore hari.. memandang di sela gerimis air hujan dan sinar matahari..
selalu mengingatkan janjiNYa dan kasihNya kepada kita..
kemungkinan lain
"Ia memang sedang menikmati hidup, pikirku akhirnya."
... alternatif kemungkinan lain adalah bahwa dia buta ;-)