Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Mencintai dengan Rasa dan Logika
Cinta adalah sebentuk perasaan yang ada di dalam hati setiap manusia.
Bila
ada orang yang mengatakan bahwa perbuatan yang kita lakukan telah
menyakiti perasaan orang yang kita sayangi, itu sama saja orang
tersebut telah mengatakan bahwa kita tidak memiliki cinta dalam hati
kita.
Cinta itu tidak dapat di lihat namun sangat dapat di rasa.
Akan
tetapi, seringkali perasaan cinta itu awal mulanya tidak datang dari
hati namun dari mata. Apa yang di rasa adalah apa yang di lihat…
Yang
menjadi masalah, seiring dengan perjalanan waktu, apa yang kita lihat
itu dapat tidak sesuai dengan kehidupan nyata kesehariannya…
Statement
tersebut mengandung arti, bahwa ketika kita mulai menyukai, mencintai
serta menyayangi seseorang, maka ada 2 aspek yang seharusnya terlibat
dalam diri kita. Kedua aspek tersebut adalah perasaan dan logika…
Perasaan itu ada, agar cinta dapat dirasakan…
Logika itu hadir, agar cinta tidak dibutakan…
Apabila
seseorang dapat menempatkan antara perasaan dan logika itu pada posisi
yang seimbang/balance, maka cinta itu bukanlah sebuah misteri, cinta
itu tidak membutakan, dan cinta itu tidak akan menghadirkan rasa kecewa.
Manusia
perlu berpikir dengan cara demikian, karena ketika cinta sudah
berbicara tentang kehidupan masa depan, maka sudah selayaknya manusia
itu jangan pernah untuk mencoba membawa-bawa ego dalam cinta yang
sedang dirasakannya.
Ketika
kita menyetujui satu ikatan untuk berpacaran, selain rasa yang ada di
dalam hati kita, fungsi logika juga harus tetap bekerja. Meskipun hanya sesaat waktu, logika kita harus tetap jalan. Karena logika membuat cinta itu tidak berada di antara pernyataan : “Ya, aku sayang padanya,” namun pada sisi yang lain juga terungkap pernyataan yang lain : “Ya, Tuhan, kenapa dia ingin menyakiti perasaanku...???”
Kenapa dikatakan demikian?
Karena
kehidupan dua insan yang saling mengasihi dan dilandasi oleh cinta,
bukanlah sebuah tali ikatan untuk 1 atau 2 hari saja. Ada masa waktu
yang lebih panjang dari sebentang masa itu…
Ya,
seharusnya ada yang lebih dapat dirasakan di saat cinta hadir di hati
kita. Karena, apabila kita memaknai dengan benar arti sebuah cinta
kepada orang lain, kita tidak hanya menginginkan sesuatu hal saja dari
pasangan kita…
Ada sukacita yang lebih mendalam dan lebih indah apabila kita dapat merasakan serta menghargai hakekat cinta yang sesungguhnya…
Hal
lebih kompleks bahkan bisa terjadi ketika cinta yang dipadu-rasakan,
ditawarkan untuk berakhir dalam melodi kasih gerbang pernikahan.
Dikatakan demikian, karena untuk melewati serta menjalani pernikahan,
sekali-kali pun jangan pernah berpikiran untuk berpisah atau bercerai.
Putus
hubungan pacar atau perceraian terjadi karena manusia itu cenderung
membawa atau mengatas-namakan segenap perasaan dibandingkan menggunakan
logika dalam pikirannya. Penekanannya selalu datang dari apa yang
dirasakan dahulu, dan baru kemudian membawa logika dalam pelaksanaannya.
Egoisme
perasaan mengandung unsur gairah sesaat. Apabila itu terjadi, maka yang
di cari hanyalah satu sosok pribadi yang baik-baik saja dari
pasangannya…
Di
dalam satu kata putus pacaran atau satu kata berpisah untuk bercerai,
terkandung suatu pemikiran : sebuah kesalahan kecil, akan dapat
membenamkan perasaan dalam penjabaran sederet logika…
Pola
berbeda terjadi ketika perselingkuhan adalah subyek yang harus
dihadapi. Disini, logika lebih mendominasi pola pikiran. Logika
membenamkan perasaan yang ada…
Kepura-puraan
dan alasan adalah simbol dari perselingkuhan. Saat cinta (perasaan)
tidak dapat menemukan kata kompromi, maka logika yang berbicara…
Keinginan atau hasrat untuk mendapatkan yang lebih baik akan timbul.
Itu terjadi karena emosi dan ego, dipakai untuk menekan perasaan dalam
menemukan jawaban.
Menentukan apa yang di rasa, haruslah menggunakan logika...
Pada
sisi pemikiran yang lain, manusia tidak dapat berpikir secara
sembarangan, karena bukanlah perkara yang mudah untuk dapat mematikan
perasaan saat ada keinginan untuk mendapatkan suatu jawaban yang sesuai
dengan keinginan kita. Mencermati situasi dan kondisi, adalah pemikiran
standar yang harus dilakukan...
Namun
patut untuk diingat dan ditanam dalam benak setiap insan manusia, bahwa
perselingkuhan bukanlah jalan keluar. Perselingkuhan adalah masalah
baru yang akan merusak sebuah hubungan yang telah tercipta sebelumnya...
Oleh
karena itu, kedua aspek saat cinta melingkupi hati serta pikiran kita
(perasaan dan logika), haruslah saling mengisi dan mengingatkan...
Jadi, untuk mendapatkan cinta yang penuh makna, dalam menggunakan perasaan, kita harus tetap menggunakan logika. Mencintai hanya oleh karena apa yang di rasa, akan membodohkan kita...
Mendominasikan
perasaan dalam cinta akan membawa kita hanya pada satu pola pikir yang
sama dan cenderung tidak memandang secara obyektif (apa yang harus kita
perbuat) namun secara subyektif semata (siapa yang kita cintai).
Lebih berbahaya lagi, apabila pola pikir tersebut, akan menempatkan kekasih kita adalah segala-galanya...
Padahal, ketika cinta itu harus mencapai satu titik akhir, kita jadi lupa siapa diri kita...
Kita hanya menjerumuskan diri kita pada renungan, penyesalan atau kesedihan yang sepertinya, tiada kata akhir...
Realis lah...berpikirlah jernih... dan jangan juga membohongi diri sendiri...
Jangan terjebak hanya oleh karena apa yang di rasa...
Cinta itu adalah kehidupan juga...
Manfaat
hadirnya logika, sangat berarti untuk menentukan mana yang benar, mana
yang salah… mana yang harus diperbaiki, mana yang harus di pupuk dalam
rasa…
Bersikap
fleksibel, saling melengkapi dalam menggunakan perasaan dan logika,
akan membuat cinta yang ada di hati, akan terasa semakin indah...
So, hiduplah dengan cinta, dalam logika...
Salam Kasih saya,
.Sarlen Julfree Manurung
- sarlen's blog
- 8113 reads
@sarlen : dasarnya kurang
Jesus Freaks,
"Live X4J, die as a martyr"
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-