Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Memandang Anugerah
Saya bukan orang yang pintar untuk berapologetik. Namun, ketika merasa perlu, saya akan berusaha untuk memberi penjelasan semampu saya terhadap posisi saya.
Minggu ini, saya menemukan komentar lain yang masih berkaitan dengan tulisan mengenai Bush (artikel serupa di antaranya ditulis oleh Sdr. Josua).
mungkin kalau Joshua dan Indonesia-saram hiudp di tahun 45 akan mendukung penjajah jepang
Berikut ini penjelasan pribadi mengenai sikap saya. (Saya tidak menyertakan Sdr. Josua karena bisa jadi Sdr. Josua memiliki pendapat yang berbeda mengenai hal ini.) Sebagai catatan, kata Anda yang muncul lebih ditujukan kepada "Pengunjung" yang memberi komentar.
Kalau saya (dan saya kira Sdr. Josua juga) dianggap akan mendukung Jepang di zaman penjajahan dulu, tentu saja saya akan berkata tidak. Kita menolak semua penjajahan. Itu sudah pasti. Tapi sebagai orang Kristen, bukan berarti kita malah membiarkan mereka begitu saja dalam dosa. Apakah Anda akan berdoa, "Ya, Bapa, jatuhkanlah hukuman-Mu kepada para penjajah ini," lebih daripada berkata, "Ya, Bapa, ampunilah mereka dan sadarkanlah mereka"? Kalau doa pertama yang Anda panjatkan, tentu sungguh menyedihkan.
Yang memprihatinkan sekarang ini, banyak orang mencela AS, juga Barat, hanya karena superioritas mereka. Dan kecenderungan mereka melihat hal itu sebagai sisi yang negatif. Masalahnya, ketika menolak, pun mereka itu tidak menolak dalam arti sepenuhnya. Sebagai contoh, Soekarno dulu sangat benci AS dan hal-hal berbau Barat. Rekaman-rekaman The Beatles ditolak beredar. Koes Plus pun dipenjarakan karena dianggap kebarat-baratan. Tapi Soekarno pun tidak luput dari menerima Barat. Biar tahu saja, Soekarno pernah berjumpa dan berfoto dengan legenda rock 'n roll AS, Elvis Presley.
Menjadi Puristis?
Bicara mengenai penjajahan, entah mengapa banyak orang yang karena ketidaksukaannya terhadap pihak-pihak tertentu mendengungkan bentuk penjajahan baru. Di antaranya penjajahan teknologi. Ada juga penjajahan dalam bentuk bahasa. Atau juga penjajahan dalam bentuk ideologi.
Khusus untuk apa yang mereka dengungkan sebagai penjajahan bahasa, secara pribadi saya memang menyayangkan penggunaan bahasa Indonesia yang keinggris-inggrisan -- Engdonesian atau Indonenglish kata mereka. Tapi bagaimanapun juga, ini adalah fenomena yang harus dilihat sebagai salah satu bentuk pengembangan bahasa.
Apabila Anda menganut model sedemikian, bukankah Anda sendiri sedang memberi diri untuk dijajah oleh banyak negara saat ini? Apa merk ponsel Anda? Pakai Nokia berarti dijajah Finlandia; pakai Samsung, LG, Inco berarti dijajah Korea Selatan; pakai Motorola berarti dijajah AS -- aha!; pakai Sony Ericsson dijajah Jepang dan Swedia; pakai Kyocera dan Toshiba berarti dijajah Jepang, dst. Apakah Anda memakai perangkat asli buatan anak bangsa? Apakah Anda berbahasa Indonesia secara baik seturut tata bahasa dan EyD? Apakah Anda makan hamburger? Anda berselancar di dunia maya dengan teknologi dari Indonesia asli? Anda menikmati buku-buku cetakan, apakah Johann Gutenberg putra Indonesia sehingga menciptakan mesin cetak? Anda naik apa kalau mau ke kantor atau ke kampus? Apakah Honda, Suzuki, Yamaha, Hyundai, Audi, Daihatsu, dan sebagainya itu bikinan Indonesia?
Sangat tidak mungkin untuk menjadi puristis dalam hal-hal tersebut. Saya kira tidak mungkin orang akan hidup dengan meninggalkan teknologi yang sejatinya dikeroyok (baca: dikerjakan) beramai-ramai oleh banyak negara. Kalau pun mungkin, berarti Anda harus kembali ke zaman awal dan memulai karya Anda sendiri dan mendeklarasikannya sebagai karya asali Anda sehingga Anda tidak perlu merasa tercemari oleh negara-negara lain.
Pandang dari Sisi Lain
Banyak orang yang memandang suatu hal dari sisi yang keliru. Bila terus memandang hal-hal yang saya kemukakan di atas sebagai bentuk penjajahan, kita akan terjebak terus dengan cara pandang yang keliru.
Ketika sebuah perusahaan dibangun, hanya ada dua motivasi yang bisa mendorong pembangunan perusahaan tersebut. Anda bisa memilih apakah hendak melayani masyarakat dengan memberikan atau menyediakan kebutuhan mereka. Atau Anda memilih untuk mengeruk kekayaan sebesar-besarnya dari konsumen Anda.
Kita bisa memandang kunjungan Bush kemarin sebagai langkah politis dia untuk memenangi pemilu. Kita bisa memandang penyebaran teknologi GSM maupun CDMA, juga kendaraan, sebagai pengerukan keuntungan bagi produsen-produsennya. Tapi itulah motivasi manusia.
Pandang dari Sisi Anugerah
Ketika kita memandang hal-hal tersebut dari sisi motivasi, kita tidak akan pernah merasa nyaman. Bahkan sebaliknya, kita akan kelabakan. Di satu sisi kita tidak ingin memberikan uang kita untuk mewujudkan impian perusahaan tersebut mengeruk kekayaan, padahal kita butuh produk-produk mereka. Bagaimana menjalani hal seperti ini?
Sekarang, saya mengajak Anda untuk melihat semua itu dari sisi anugerah. Pandanglah teknologi dari berbagai negara itu sebagai anugerah. Bukankah Tuhan, Allah kita itu Allah yang adil? Yang menganugerahkan kepintaran bagi bangsa Jepang dan Korea Selatan sehingga kita bisa memanfaatkan teknologi GSM dan CDMA mereka untuk bertegur sapa dengan orang-orang yang kita kasihi? Bukankah Allah yang Mahakasih itu juga menganugerahkan kepintaran kepada Bill Gates (dan pengembang Linux serta sistem operasi lain) sehingga kita bisa bekerja dan bermain? Bukankah dengan ketekunan dan kerja keras yang datangnya pun dari Allah saja bangsa-bangsa lain itu menciptakan kendaraan bagi kita? Sehingga kita bisa berkunjung ke mana-mana?
Mari kembali kepada apa yang saya kemukakan di atas. Tentang Bush, sekali lagi, kebijakannya dalam Perang Irak memang sangat disayangkan. Tapi apakah Anda lebih suka menaikkan doa tipe pertama tadi? Sehingga berbunyi, "Ya, Bapa, jatuhkanlah hukuman-Mu kepada Presiden George Walker Bush karena kebijakannya telah mengakibatkan banyak warga Irak tewas"? Ataukah Anda memilih berdoa, "Bapa, ampunilah Presiden AS ini karena terbawa emosi dan ambisi"?
Para pemimpin di dunia ini, termasuk Bush, bisa menjadi fokus doa kita mengingat vitalnya posisi mereka. Kita perlu memohon agar Allah berkenan memberi mereka bijaksana Ilahi sehingga mengambil keputusan yang tepat.
Akhirnya, terpulang kembali kepada Anda. Apakah Anda lebih suka memandang sesuatunya dari sisi motivasi, ataukah dari sisi anugerah? Apakah Anda lebih senang berdoa bagi suatu kehancuran, ataukah berdoa bagi terwujudnya tatanan yang jauh lebih baik?
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
- Indonesia-saram's blog
- 5921 reads
reaksioner
Mari...
Kepada Pengunjung Yth,
Mari bersama-sama menjadi reaksioner dalam iman kepada Kristus Yesus....
apa ada yang salah dari ucapan saya.....
TUHAN Memberkati.
BIG GBU!
dalam iman?
apakah iman kita sama?
Syalom,
Reaksioner adalah reaksi seperti saudara "pengunjung" lakukan...
tapi tidak tahu latar belakangnya apa dan maksudnya apa...
reaksioner yang saya maksudkan adalah tetap teguh dalam iman kepada Kristus Yesus Tuhan (kita?) ...
TUHAN Memberkati.
BIG GBU!
sudah jelas
hahaha sudah jelas kamu dari dulu ternyata tidak tahu apa yang diomongkan selain kata perang & kebencian.
cari kamus lah
kasian dunia kamu isinya cuma hitam putih
dan namaku yosep okky
biar lebih akrab
daftar yuukk
Mas Yosep Okky, biar lebih afdol lagi saya usul nih ... dari pada pake nama "pengunjung" mending daftar aja gabung jadi blogger di sabda space ini ... apalagi kalau ngasih gambar sebagai identitas .... pasti lebih oke ...
sory ya OOT
love and peace
Halo Love, Apakah gambar
Halo Love,
Apakah gambar yang Anda pasang juga menunjukkan identitas siapa Anda?
halo juga pengunjung ....
love and peace ya
met Natal loh ....
anggap aja gambar si pipi tembem itu saya ... gak beda-beda jauh kok
makanya saya pilih gambar itu
ooh...
ooh... namanya bung Yosep toh... kenalkan nama saya Josua... saya sebenarnya tidak tertarik untuk ngomongin perang... hanya saja waktu itu ada blogger yang menyinggung tentang kedatangan Bush... jadi ikutan deh... :) Hitam Putih? Hidup saya memang hitam putih... tidak abu-abu.... kalau hitam bilang hitam... kalau putih bilang putih...Lihat saja blog saya... isinya gak cuma perang kok.... Salam untuk semua blogger... bung Indonesia-saram, bung Fredy, Love, Clara, Kolipoki, Sri Libe Suryapusoro, Putra Hulu, dll... guys, you are the inspirations..... tetaplah menulis untuk Kemuliaan Nama Tuhan kita saja...
Selamat Natal dan Tahun Baru...
GOD Bless you and your family bung Yosep...
BIG GBU!