ME VERSUS MY BODY

Aku jarang nemu cowok yang cemas sama tubuhnya. Apa dia udah cukup ramping; Apa lengannya nggak terlalu gemuk; Apa kulitnya masih kurang cerah untuk dipadankan sama kemeja itu, celana yang ini, sepatu yang itu, bla, bla, bla.. Padahal buat cewek, masalah dengan tubuh mereka adalah penderitaan berat sepanjang masa, yang susah-susah gampang dicari obatnya.

Aku nggak tahu kenapa dunia menuntut cewek-cewek untuk menjadi cantik dengan tubuhnya tapi jarang "menghasut" kaum cowok untuk terlihat selalu ganteng. Miss Universe memilih cewek tercantik untuk dinobatkan sebagai wakil dunia (seandainya bumi bukan satu-satunya planet yang dihuni manusia, mungkin orang-orang bakal ngadain pemilihan Miss Galaxy..), tapi aku belum pernah mendengar Mr. Universe dipilih karena ketampanannya. Paling-paling aku menonton cowok-cowok berkompetisi dengan otot, kemampuan, atau otak mereka. Hmm, that's cool, isn't it?

Jadi kalau cowok semudah itu mengesampingkan ketampanan mereka atau kesempurnaan bentuk tubuh mereka sebagai bahan perbandingan, kenapa itu justru menjadi pekerjaan yang sulit buat kita?

Suatu sore, aku berada di pantai yang penuh dengan orang-orang dari bermacam tempat di dunia. Di antara orang-orang itu, mataku otomatis menyaring pemandangan ke arah cewek-cewek. Lalu aku mulai menjalankan kebiasaan lama: mengamati penampilan mereka dan membandingkannya dengan penampilanku. Hasilnya sudah bisa ditebak: aku kecewa.

Pernah memperhatikan serangga atau tanaman atau ikan atau mamalia darat dari satu kelompok yang sejenis? Ternyata dari satu jenis kelompok itu, mereka masih memiliki perbedaan antar individu, yang disebut spesies. Artinya spesies kucing dari keluarga kucing yang besar (aku rasa mereka bersepupu dengan jaguar, puma, cheetah, dan yang lainnya..), masih dibagi lagi ke dalam ciri khusus yang sangat berbeda, tergantung masing-masing individunya. Kucing persia jelas berbeda dengan kucing angora dan kucing sphinx. Kamu tahu, ini ngebuktiin satu hal: KITA PUNYA TUHAN YANG KREATIF. Dia menyukai keragaman.

Sama seperti hasil karyaNya yang lain, kita cewek-cewek juga dibentuk secara unik yang ngebedain tubuh kita dengan tubuh cewek yang lain. Ada yang pinggulnya ramping, bahunya gemuk. Atau badannya rada ceking, tapi pinggulnya lebar. Ada yang tubuhnya berlekuk bak gitar spanyol, tapi nggak terlalu cantik. Ada yang berkulit gelap dengan senyum yang indah. Ada yang berkulit putih mulus, dengan wajah yang biasa saja.. Semuanya berbeda, bukan dengan kesempurnaan, tapi sebaliknya. Setiap cewek punya kekurangan.

Jadi kenapa aku masih menyocokkan tubuhku dengan tubuh cewek di pantai itu, seperti memeriksa jawaban soal matematika yang susah..? Kulitnya putih bercahaya; dia pasti cocok dengan baju warna apapun; dia tentu PeDe mengenakan semua pakaian minimalis di tubuhnya itu.. Lalu kenapa?? Paling-paling kalau aku yang berada dalam tubuh itu, aku nggak bakal terlalu sering ke pantai dengan tank top dan hot pants, aku kan nggak suka :-( Paling-paling, aku bakal risih karena cowok-cowok jadi sering melirik dengan tatapan nggak sopan dan menilaiku lewat penampilanku saja. Aku mungkin bakal lebih susah ketemu cowok yang nerima aku for who I am, bukan for how I look like..

Cewek itu beruntung dengan pemberian Tuhan, aku juga.. Aku nggak cantik, tapi aku merasa cantik, karena menurutku, inilah tubuh yang pas buatku yang Tuhan beri. Dan aku tahu itu juga tubuh yang pas buat cewek di pantai itu yang Tuhan beri. Aku harap dia menjaganya.. Aku juga akan menjaga tubuhku, dengan isi di dalamnya

GBU ;-)