Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
life intention
Untuk blog pertamaku di sini, okay lah kesannya teoritis, tapi biarlah
aku tuliskan lagi dari blog-ku yg lama (dan terbengkalai) tentang apa
yang aku pelajari dari pasal pertama dari Katekismus Heidelberg :
1. Pert. Apakah satu-satunya penghiburan Saudara, baik pada masa hidup maupun pada waktu mati?
Jaw. Bahwa aku, dengan tubuh dan jiwaku, baik pada
masa hidup maupun pada waktu mati (a), bukan milikku (b),melainkan
milik Yesus Kristus, Juruselamatku yang setia (c).Dengan darah-Nya yang
tak ternilai harganya Dia telah melunasi seluruh utang dosaku (d) dan
melepaskan aku dari segala kuasa iblis (e). Dia juga memelihara aku
(f), sehingga tidak sehelai rambut pun jatuh dari kepalaku di luar
kehendak Bapa yang ada di sorga (g), bahkan segala sesuatu harus
berguna untuk keselamatanku (h). Karena itu juga, oleh Roh-Nya yang
Kudus, Dia memberiku kepastian mengenai hidup yang kekal (i), dan
menjadikan aku sungguh-sungguh rela dan siap untuk selanjutnya mengabdi
kepada-Nya (j).
Keterangan :
(a) Rom 14:7-8. (b) 1Ko 6:19. (c) 1Ko 3:23. (d) 1Pe 1:18- 19. (e) 1Yo
3:8b. (f) Yoh 6:39. (g) Mat 10:30. (h) Rom 8:28. (i) 2Ko 1:22. (j) Rom
8:14.
Okay, faktanya banyak di antara kita yang sampai detik ini masih belum mengetahui
apa tujuan hidup kita. Padahal tanpa tujuan, kita adalah buta, meraba-raba ke
mana kita harus melangkah sehingga seringkali jatuh dan bahkan
terperosok. Tanpa mengerti tujuan hidup, kita tidak akan pernah
mengerti ke mana kita harus melangkah dan kepada siapa kita harus
menuju.
Pasal pertama dari katekismus Heidelberg mengatakan dengan jelas bahwa hidup kita yang sekarang ini adalah bukan
milik kita sendiri, melainkan milik Kristus, karena Ia sendiri telah
menebus hidup kita dari maut dengan darahNya yang mahal.
Mungkin terdengar klise bagi teman2 ‘Kristen’ karena telah terlalu
sering mendengar berita itu, tanpa pernah mengerti bahwa dari
pernyataan itulah tujuan hidup secara implisit kita dapatkan.
Dengan mengakui bahwa hidup kita bukan lagi milik kita melainkan
telah menjadi milik Kristus, maka seharusnya, tujuan hidup kita pun
juga harus mengarah kepada Kristus.
“Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau
melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan
Tuhan” (1 Kor 10:31).
Kitab Suci (KS) dengan tegas mengajarkan bahwa tujuan hidup kita adalah memuliakan Tuhan Allah.
“Memuliakan Allah” bukan bukan berarti “menjadikan Allah mulia”
karena Allah memang sudah mulia. Ungkapan “memuliakan Allah” hendaknya
lebih diartikan sebagai “mencerminkan kemuliaan Allah”. Kita dapat
menemukan ini dalam Mazmur 19:2, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya”.
Jadi tujuan keberadaan langit dan bumi adalah untuk menyatakan atau
menunjukkan kemuliaan Allah. Namun mengenai kita, manusia, terdapat
suatu pengecualian : kita dipersilahkan melakukannya karena kita
menginginkannya.
Hal yang lebih jelas tentang tujuan hidup manusia akan lebih jelas terlihat pada pasal pertama Katekismus Singkat Westminster :
Pert 1. Apakah tujuan utama manusia?
jaw. Tujuan utama manusia adalah untuk kemuliaan Allah (Why 4:11) dan menikmati Dia selamanya (Maz 73:25-26).
Ketika katekismus berbicara tentang “tujuan utama manusia”,
hendaknya tidak diasumsikan bahwa kehidupan Kristen yang sejati dapat
dipilah2 ke dalam bagian2 terpisah. Memang benar bahwa orang Kristen
semestinya memiliki “tujuan” lain (maksud, rencana, cita2) dalam
hidupnya selain apa yang kita sebut sebagai “agama”. Dengan kata lain,
penyembahan itu sendiri memang bukanlah seluruh hidup Kristen. Begitu
pula halnya dengan “kesaksian hidup Kristen”, “pelayanan Kristen”, dsb.
Banyak rohaniawan yang terjebak ke dalam pola hidup eksklusif yang
karenanya tidak memuliakan Allah, sementara banyak awam yang melakukan
pekerjaannya di perkuliahan, pekerjaan, kantor sedemikian rupa sehingga
mereka memuliakan Allah.
-
Pandangan yang benar adalah jika seseorang hendak memuliakan
Allah, maka ia akan selalu berusaha di setiap waktu dan aktifitas hidup
untuk melakukan hal2 yang berkenan kepada Allah. Fokus dari semua yang kita lakukan adalah Allah.
Melakukan pekerjaan dengan tekun, ataupun melakukan rekreasi yang
menyehatkan, hanyalah merupakan sebagian cara untuk memuliakan Allah,
seperti juga memuliakan Allah di gedung Gereja, bersaksi kepada orang
yg belum percaya, dsb.
Memang, dari semua hal yang kita lakukan, ada beberapa hal yang
lebih penting dari yang lainnya. Namun pandangan yang tepat tentang
pemuridan Kristen adalah pandangan yang memandang seluruh hidup ini sebagai hidup yg harus dijalani secara sadar bagi penghormatan kepada Allah, sekaligus dalam pelayanan bagi nama-Nya.
Seiring dengan pernyataan bahwa seluruh hidup kita ini hendaknya
berpusat pada Allah, kita perlu sekali lagi menggaris bawahi kenyataan
bahwa tidak seorang manusia pun memiliki kemampuan untuk memiliki hidup
yang demikian sampai ia berbalik kepada Kristus. Untuk dapat mengetahui
bagaimana kita dapat memuliakan serta senantiasa menikmati Allah, kita
harus mempelajari jalan keselamatan yang diajarkan di dalam KS. Kita
harus mempelajari “apa yang harus dipercayai manusia mengenai Allah,
dan kewajiban apa yang dituntut Allah kepada manusia”.
Carilah tujuan hidupmu di dalam Kitab Suci dan kamu akan menemukan Kristus.
“Hidupmu indah bila kau tahu jalan mana yang benar. Harapan ada bila
kau mengerti. Harapan ada bila kau percaya” (dikutip dari lagu : Salam
bagi sahabat, Albert AFI junior feat Glenn Fredly).
So why don't we just enjoy this life anyway?
- willie's blog
- 6217 reads
Hi Wille
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
Thx Willie
Welcome Willie
Seperti dua koment sebelumnya, ak pengen ngucapin selamat datang di Pasar Klewer. Ga perlu bingung apa itu pasa klewer, nanti juga tau sendiri ko.
Ngebaca pujian dari koment sebelumnya kayaknya tulisanmu perlu dipasang disini deh, biar kita2 juga pada tahu kayak apa sih Willie itu. Oya, met kenal yah, hampir lupa
NB: Buat yang udah lama2, be nice ya sama orang baru..yang kalem bang..pelan-pelan aj
We can do no great things; only small things with great love -- Mother Theresa