Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Lancip Ditembak
Saat itu Lancip masih duduk di bangku SMP. Ia belum pernah berpacaran. Hanya naksir sana naksir sini. Meski begitu, tidak ada niatan dalam hatinya untuk mencari pacar. Yang ia pikirkan setiap hari hanya basket, basket, dan basket. Ya, Lancip memang saat itu tidak waras, ia lebih memilih bola daripada wanita. (Klik sini untuk menyimak sepenggal kisah hidup Lancip saat waras.) Selain itu, ia juga pemalu dan pendiam. Mungkin sikapnya itulah yang membuat ia akhirnya "ditembak" oleh seorang gadis teman sekelasnya.
Saat itu seperti biasanya, Lancip pergi ke sekolah naik sepeda warna birunya - sepeda yang sering ia pakai untuk bersepeda berkeliling kota Solo dengan seorang tetangga yang letak rumahnya hanya dipisahkan oleh sebuah toko teve dari rumah Lancip. Namanya Yeyen. Yeyen memang lebih tua dari Lancip beberapa tahun, namun mereka berdua layaknya sahabat. Bersepeda bersama, main-main di sebuah pabrik batik bersama, main layangan bersama, main umbul (gambar yang dilempar ke atas bersama-sama dengan gambar milik lawan; yang terbuka gambarnya di tanahlah yang menjadi pemenang) bersama, main gunduk bersama, cari ikan cetol (ikan kecil yang sering ada di selokan) bersama, dan main layangan bersama. Oke kembali ke cerita Lancip "ditembak".
Saat itu hari sekolah biasa, masuk pukul setengah tujuh pagi dan seharusnya pulang pukul satu siang menurut jadwal yang ada. Biasanya ada waktu lima belas menit istirahat sebanyak dua kali selama rentang waktu pelajaran sehari tersebut.
Benar-benar tidak ada yang luar biasa sebelum akhirnya si Lancip sedang menikmati masa istirahatnya yang pertama pada hari itu. Seorang cowok teman sekelasnya yang setengah bule tiba-tiba menariknya dan membawanya ke kamar mandi yang berada tepat di belakang kelas Lancip.
Saat keduanya sudah berada dalam satu kamar mandi, pintu kamar mandi kemudian ditutup dan dikunci. Lancip bingung.Ia tidak takut; saat itu belum tenar masalah perhomoan, jadi ia tidak berpikir macam-macam.Ia hanya bingung mengapa ia dibawa ke kamar mandi.
Tidak sampai 0,02 detik si Lancip bingung, temannya tadi mengeluarkan secarik kertas yang terlipat rapi dari sakunya. Lancip bingung. "Apa ini," tanyanya dalam hati. Tidak sampai 0,01 detik si Lancip bingung, kemudian terdengar suara: "Bacalah …!" Hah … suara siapa itu?! ya suara temannya tadilah … wuakaka … suara siapa lagi :p. Oke kembali ke cerita tadi.
Kemudian dibukanyalah surat terlipat tersebut oleh Lancip, satu per satu lipatan dibuka sampai akhirnya terpampang sebuah tulisan yang tertuang dengan rapi. Tulisannya tidak kecil-kecil, namun juga tidak terlalu besar. Tulisannya enak dipandang, sangat khas tulisan seorang perempuan.
Baris demi baris dibacalah surat tersebut oleh si Lancip. Lancip kaget …! Matanya kosong saat temannya tadi kemudian menyambar surat yang telah selesai dibacanya dan kemudian menyentornya di toilet kamar mandi. Lancip kalut, pikirannya kacau. Ia tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun. Ia masih berusaha mencerna apa yang baru saja dibacanya tadi.
Kemudian pintu kamar mandi dibuka dan mereka berdua keluar dari kamar mandi. Tidak disangka, seorang guru dengan dua buah sapu ijuk di kedua tangan telah menunggu. Matanya melotot, sampai hampir copot, persis seperti orang yang keslomot knalpot terus kejatuhan pot. Kumisnya yang seperti hutan Indonesia zaman dulu pun bergerak-gerak layaknya dedaunan pohon di hutan yang tertiup angin. Oke bercanda, bagian yang ini tidak benar, hanya imajinasi penulis saja :p. Kembali ke cerita … sampai mana tadi .. o iya sampai mencerna apa yang baru dibaca si Lancip tadi.
Mereka berdua memang akhirnya keluar dari kamar mandi. Lancip masih bingung. Si pengantar pesan, teman setengah bulenya tadi, kemudian meninggalkannya. Mungkin melapor kepada majikannya bahwa pesannya sudah disampaikan kepada Lancip.
Lancip kalut, ia tidak tahu harus berbuat apa. Dari panjangnya surat yang dibacanya tadi, Lancip hanya mengingat intinya. Bahwa si majikan teman setengah bulenya tadi menyukainya. Lancip "ditembak"! Lancip yang tidak pernah dan pasti tidak punya nyali untuk "menembak:", sekarang malah "ditembak"!
Majikan teman setengah bulenya tadi adalah salah satu gadis terpintar di sekolahnya, yang juga adalah teman sekelasnya. Selain pintar, gadis itu juga tidak jelek. Apa lagi yang kurang? Tidak ada 'kan …! Tapi tidak bagi Lancip, baginya ada yang kurang. Gadis itu tidak pas, tidak pas dengan kata hatinya. Bukan gadis tipe itu yang didambakannya. Entah mengapa, Lancip sama sekali tidak merasakan adanya sensasi luar biasa yang seharusnya terjadi pada tubuh dan pikirannya saat orang yang disukai menembaknya. "Koq kamu bisa tahu soal sensasi itu?" tanyaku padanya. "Ya … kata orang begitu …," jawabnya sambil tersenyum.
Sejak saat itu sampai kelulusan SMP, Lancip tidak pernah lagi berbicara dengan gadis yang "menembak"nya tadi. Lancip diam, gadis itu pun diam. Mungkin gadis itu mengerti kalau Lancip telah menolak pinangannya secara halus. Halus memang, tapi sama sekali tidak jantan dan dewasa.
(Terima kasih telah membaca dari awal sampai akhir, sampai ketemu di kisah Lancip selanjutnya) :p
- lanskip's blog
- 5332 reads
@lancip: narsis lo
owalaaaah...
narsis kok dipelihara to ciiiip, cip.. :p
eniwe, tulisannya renyah dan kemripik, bikin lagi dong :)
@mas daniel: Oke mas ...
Wuakaka, nti aku akan sampaikan ke lancip mas kalau dia narsis ....
eniwe, tulisannya renyah dan kemripik, bikin lagi dong :)
Iya nih, baru tunggu cerita dari si Lancip, ntar kalau dia sudah cerita, pasti aku bagikan. Thx eniwe, komenmu bikin aku senang, si lancip pasti juga senang
puppy love