Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kopdar SS 15 Mei 2009
Insiden "bagasi" di bandara membuatku tidak dapat menghubungi ko Hai Hai yang berjanji akan menjemput. Pesawatku tertunda satu jam, tapi aku tidak dapat memberitahukan keterlambatan ini karena HP-ku tak sengaja masuk dalam bagasi pesawat.
Begitu turun dari pesawat aku segara mencari tas dari bagasi. Aku segera menelepon Hai Hai untuk memberitahukan posisiku. Aku merasa tidak enak karena telah membuatnya menunggu tanpa kabar kepastian. Namun ternyata ko Hai Hai belum sampai di tempat penjemputan.
"Tunggu sebentar, mas. Saya sedang dalam perjalanan," katanya di ujung telepon.
Aku lalu duduk di atas trolley yang sengaja diparkir pada pintu keluar supaya mudah dicari. Beberapa kali sopir taksi menyapa sopan untuk menawarkan jasa hantaran. Aku menolak halus sambil teringat pengalaman temanku. Dia menumpang taksi dari bandara ke Jakarta Timur. Ongkosnya ternyata lebih mahal daripada tiket pesawat. Kalau tidak ada jemputan, aku selalu memilih menumpang bis Damri, dengan tarif Rp. 20.000.
Sepuluh menit kemudian, terdengar dering HP.
"Mas Wawan dimana?" tanya ko Hai Hai
"Saya di pintu keluar" jawabku
"Saya juga di pintu keluar nih"
Aku celingak-celinguk kemari, tapi tidak aku temukan sosok pria berambut sunsilk itu.
"Saya di depan______ [menyebut nama restoran cepat saji]," katanya.
Aku segera mendorong trolley ke restoran yang dimaksud. Banyak orang yang berlalu lalang di depanku. Mataku jelalatan berusaha menemukannya. Oh itu dia! Aku lambaikan tanganku ke arahnya untuk menarik perhatiannya.
"Selamat datang," katanya sambil menyalamiku, kemudian meraih tas bawaanku dan menjijing ke tempat parkir.
Mobil Nisan mengusung kami memasuki jalan tol Prof. Sedyatmo setelah sebelumnya kebingungan mencari jalan keluar di lapangan parkir. Dalam mobil, Hai Hai bercerita bahwa sebenarnya sudah cukup lama menunggu di terminal 1. Di sana, dia mengobrol dengan sesama penjemput yang juga akan menjemput penumpang dari nomor penerbangan yang sama. Namun mereka tidak menyadari bahwa maskapai yang kami tumpangi telah pindah ke terminal 3 yang baru saja diresmikan. Untunglah ada porter di bandara yang memberitahukan perubahan ini kepada mereka.
Di jalan tol, Hai Hai menelepon Indonesia Saram untuk mengajak ikut Kopi Darat Sabdasapace. Aku menelepon Bayu Probo untuk mengajaknya juga. Sayangnya, keduanya tak dapat ikut.
Tujuan kami adalah La Piaza di kawasan Kelapa Gading. Perjalanan cukup lancar, meski agak tersendat sedikit. Tapi itu biasa di Jakarta. Mobil diserahkan ke petugas jasa valet.
Kami masuk ke mal yang langsung disambut dengan hangar bingar musik dan kilatan cahaya lampu. Rupanya saat itu sedang digelar Jakarta Fashion & Food Festival di bagian tengah mal yang terbuka. Tema yang diusung adalah Kampoeng Tempo Doeloe. Berbagai makanan tradisional digelar di bawah gubug-gubug baratap rumbia. Bagi orang daerah, jenis-jenis masakan yang dijajakan sebenarnya tidak terlalu istimewa. Akan tetapi rupanya hal ini memberikan sensasi tersendiri bagi orang kota dari kalangan menengah. Entah karena ingin bernostalgia, entah karena penasaran ingin mencicipi, atau entah karena sekadar mencari hiburan di akhir pekan. Yang jelas, pengunjung membludak di ruang seluas lapangan sepak bola ini.
Kami memilih duduk pada kursi alumunium yang disediakan pada tangga masuk mal. Dari tempat yang lebih tinggi ini kami dapat leluasa memandangi hiruk-pikuk pengunjung pasar kuliner. Sejurus kemudian Samuel Franklin muncul. Erick sudah sampai tapi kebingungan mencari lokasi kami. Tiba-tiba mataku tertumbuk pada sesosok pria yang rasanya kukenal. Mula-mula aku ragu-ragu pada apa yang kulihat. Ah tidak salah lagi. Dia adalah dik Hendri, yang pernah menjadi murid Sekolah Mingguku dua puluh tahun yang lalu.
Segera kusapa dia, yang membuatnya kaget.
"Ada acara apa mas di sini?" tanya pria muda berkulit hitam ini.
"Ketemu teman-teman Sabdaspace di Jakarta,"jawabku,"kamu sendiri ada acara apa di sini?" "Menjaga warung, mas," sahutnya, "aku membuka stand di sini." Aku lalu ingat, dia memang sedang merintis usaha sendiri. Bisnisnya mengalami perkembangan pesat. "Dimana standmu?" "Ayo aku antar ke sana!"
Aku berpamitan kepada Hai Hai dan Samuel Franklin untuk melihat warung dik Hendri. Ternyata cukup sederhana. Hanya terdiri dari dua meja yang disusun membentuk huruf L di bawah gubug bambu beratap rumbia. Tapi warung ini sangat laris. Pembeli harus antre.
Bebek Kaleyo
Hai Hai menyusul ke warung ini dan memesan bebek goreng. Erick muncul di belakangnya. Kami bersalaman karena baru sekali ini bertemu langsung.
"Warung ini cukup terkenal lho di Rawamangun," kata Erick, "Pembelinya sangat banyak dan harus antre. Sayangnya warung ini agak belagu."
"Apa maksudnya?" tanyaku penasaran.
"Meski laris, tapi warung ini tidak buka pada hari Minggu," jawab Erick, "selain itu, kalau bebeknya sudah habis maka mereka tidak akan menambah stok meskipun pembeli masih banyak yang antre."
Mendengar cerita Erick, aku tak dapat menahan rasa penasaran untuk mencicipi masakan mantan murid Sekolah Mingguku ini. Apalagi dik Hendri juga bercerita bahwa usai membuka festival ini, Fauzi Wibowo, gubernur DKI, langsung menghampiri warung ini. Aku memesan bebek bakar, nasi uduk dan sebotol teh. Semuanya Rp. 26.000,- tapi tidak dapat dibayar dengan uang biasa. Aku harus membayar dengan mata uang khusus yang didesain mirip uang kuno. Uang khusus ini tersedia di kasir panitia.
Aku lalu membayar dengan "mata uang kuno", tapi dik Hendri mengembalikannya.
"Untuk mas Wawan gratis," katanya. Dia lalu menawarkan sambal lombok hijau, tapi kutolak.
"Yang istimewa dari warung ini adalah samblanya, mas" katanya.
Aku terpaksa menolak karena aku sering mengalami gangguan pencernaan. Setiap kali menyantap makanan pedas, perutku pasti berontak dan protes keras. Aku tidak mau agendaku di Jakarta menjadi berantakan karena gangguan perut.
Sesampai di meja makan, ternyata Hai Hai sudah memesankan bebek lombok ijo untukku. Aku memilih menyantap bebek bakar yang kupasan sendiri. Nobieta muncul. Aku tawarkan bebek lombok ijo padanya, tapi dia mengaku tidak suka bebek. Dia memilih menikmati es buah medan.
Kami bersantap malam sambil mengobrol ngalor-ngidul ditingkahi hangar-bingar pertunjukan band. Akibatnya, kami harus menarik urat leher kuat-kuat untuk mengimbangi suara musik.
Pukul 20:13, cik Joli mengirimkan SMS: "Selamat Kopdar. Salam untuk semua blogger, ya." Tak berapa lama, Antowi bergabung dengan kami.
Berbagai topik berlalu lalang dari mulut dan telinga kami. Hai Hai menyesalkan ide Kopi Darat Nasional yang kurang mendapat respon. "Padahal ini dapat menjadi momentum yang bagus untuk menggalang dukungan para blogger terhadap SS," kata Hai Hai dengan bersemangat seperti biasanya. Rambutnya yang panjang berkibar-kibar diterpa angin malam. Berkali-kali dia mengibaskan rambutnya ke punggung.
Arah pembicaraan lalu meloncat ke masalah politik. Layaknya analis politik di TV, Hai Hai memaparkan analisisnya mengapa SBY memilih Boediyono, bukannya Sri Mulyani. Tak lupa dia memberikan prediksi apa yang akan dilakukan oleh SBY setelah usai menjabat sebagai presiden.
Di tengah-tengah pembicaraan, aku membagikan buku-buku yang aku tulis: Tuhan Yesus Tidak Tidur, 77 Permainan Asyik, Kepakkan Sayapmu dan satu lagi karya mas Arie Saptaji "Obrolan Tukang Nonton." Aku bebaskan mereka memilih sendiri. Sedangkan kaset VCD yang aku janjikan, sebenarnya sudah aku bawa, tapi karena keasyikan mengobrol, aku lupa embagikannya. Hai Hai aku hadiahi kaset DVD kisah boneka tentang Penanggulangan Bencana. Semoga Samuel Wisely menyukainya.
Acara berikutnya adalah bergosip. Kami ngerasani blogger di SS. Mulai dari blogger yang nyebelin, ngeyelan sampai dengan blogger baru yang potensial.
Menjelang tengah malam, Erick pamitan. Mungkin dia terinispirasi kisah Cinderella yang harus pulang sebelum pukul 12 malam. Bedanya, kali ini Erick tidak meninggalkan sepatu kacanya.
Pasar festival mulai menyepi. Pemain band sudah mengemasi alat-alat musiknya. Para pedagang sudah mengemasi dagangannya. Lampu-lampu mulai dimatikan, tapi pembicaraan kami justru mulai menghangat. Samuel Franklin dan Hai Hai berdiskusi sengit tentang ajaran Trikotomi yang dilansir oleh Witness Lee. Keduanya berbeda pendapat apakah jiwa dan roh itu satu kesatuan atau dua hal yang terpisah. Namun keduanya sepakat bahwa penjelasan tentang tubuh, jiwa dan roh yang dirumuskan oleh Witness Lee itu telah kebablasan karena sebagian dilandaskan pada ajaran Tiongkok kuno.
Pukul.00.30 pagi, lampu-lampu mulai dimatikan. Satpam mulai mondar-mondar di sekitar kami sambil sesekali berkomunikasi melalui HT. Samuel Franklin tanggap. "Tampaknya kita harus pulang" katanya.
Aku mengangguk cepat-cepat karena harus segera beristirahat. Besok pagi aku sudah harus siap menunggu jemputan pukul 8 pagi.
Mobil Nisan sudah lama disiapkan petugas valet di depan pintu mal. Samuel Franklin memilih pulang naik taksi. Kami mengantarkan Antowi ke Pulomas dulu, setelah itu meluncur ke arah Cilitan untuk mengantarkan aku menginap di rumah mertua. Sepanjang perjalanan, Hai Hai bercerita tentang PDS, khususnya kehidupan pribadi petinggi partai itu. Aku yang mendengarnya hanya bisa tersenyum kecut.
Sampai di rumah mertua pukul satu pagi. Aku segera mandi dan merebahkan badan, tapi tidak bisa segera tidur. Kebiasaan bergadang membuatku tidak bisa segera terlelap. "Celaka, semoga besok pagi aku tidak bangun kesiangan," batinku.
Baca tulisan lain:
------------
Communicating good news in good ways
- Purnawan Kristanto's blog
- Login to post comments
- 8308 reads
@ pak wawan : foto siapa itu ?
wah.. ada 3 pribadi yang masuk dalam foto.. siapa ya ?? foto laki laki berbaju merah itu SF-kah ???
yang 2 orang dengan wajah tertutup itu siapa yah ?? hai hai dan .... wah.. it doesn't make sense... :D
-anak kecil berbicara, didengarkah?-
Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-
Foto siapa ya?
Laki-laki berbaju merah itu memang SF. Aku berani menampilkan karena dia memasang avatar wajah asli.
Nah, 2 orang yang wajahnya tertutup itu sengaja dibuat begitu karena yang lain tidak memasang wajah aslinya. Aku belum minta izin untuk memasang foto mereka. Jadi ada 5 kemungkinan: foto Wawan. Hai Hai, Antowi, Erick atau Nobie.
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”
Wawan
------------
Communicating good news in good ways
SF nampak beda..
SF nampak beda ya..
Melihat suasana tempat kopdar, tidak seperti yang di ceritakan Daniel, waktu di kelapa gading kemarin, emang beda letak ya ...
sama kok
suasananya, musik kunonya, termasuk uang-uangannya juga sama kok...
Ayo tebak...
Kalau ada yang bisa nebak dapet hadiah handuk dari pak wawan he he he
Waktu itu nggak begitu denger pembicaraan karena selain suara musik yang kenceng juga di belakang om SF yang ukuran tubuhnya beberapa kali dai aku :D
@Purnawan photo saya jangan dipasang pak malu kalau dikatain ganteng lagi ama raissa... he he he cukuplah sekali saja di FB he he he
Semut,bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas, Amsal 30:25
pak wawan
duh asik bener nih pak wawan nambah gizi di jkt makan bebek goreng sgla... ajak2 b7 donk... pak numpang tanya ttg si suhu hai2 kenapa gak dipajang fotonya gak dpt ijin dr dia ya... bilangin tenang aja temen gw da produser sinetron lg cari peran utama tuh orang yg rada ganas tp berhati domba hahahah.... pak si hai kan ngidolain stephen tong tp gw gak yakin gayanya hai kayak stephen tong gimana pak duh kurang lkp nih liputannya.... klo si sf gimana lagi tuh pak subur bgt tuh rada galak gak? tp gw yakin isi otaknya gak kalah ama perutnya kan hahahaaha
orang katanya hrs sungguh2 utk berusaha ke surga tp aku lain lagi aku ingin masuk neraka tapi sungguh aku tak bisa krn kesungguhan Kristus Yesus, itulah imanku by B7.
orang katanya hrs sungguh2 utk berusaha ke surga tp aku lain lagi aku ingin masuk neraka tapi sungguh aku tak bisa krn kesungguhan Kristus Yesus, itulah imanku by B7.
masih penasaran?
masih ada juga ya yg masih penasaran sama wujud asli hai hai? B7 harus lebih rajin online nih hehehe..
Presse Ne Pas Avaler
y control
iya nih gw blkgan jarang ol krn sibuk ama gawean... tp ntar klo keseringan ol gw jg takut... takut terkenal di ss ini n byk yg ngefans n minta ketemu n tandatangan lg.... y control klo kopdar jkt ajak2 donk.... e-mail gw dunia_cudu@ yahoo.com...thx
orang katanya hrs sungguh2 utk berusaha ke surga tp aku lain lagi aku ingin masuk neraka tapi sungguh aku tak bisa krn kesungguhan Kristus Yesus, itulah imanku by B7.
orang katanya hrs sungguh2 utk berusaha ke surga tp aku lain lagi aku ingin masuk neraka tapi sungguh aku tak bisa krn kesungguhan Kristus Yesus, itulah imanku by B7.
psstt...
psstt... gak nyangka si om gerai setuju (lagi) dengan pemilihan lokasi kopdar yang bie ajukan....
psstt... sisa uang kuno yang diserahkan om gerai lupa bie simpan, jadi raib entah kemana
psstt... ternyata si kenek ada di lokasi yang sama sewaktu kopdar, cuman dia ndak berhasil menemukan rombongan kopdar kali ini
psstt.. seharian itu bie salah reply sms, jadi efeknya si kenek ndak bisa ikutan kopdar deh, hehehe...
maaf.. bie kurang pintar
Kenapa Dia Gak SMS ke No. KOPDAR?
Wah, kenapa dia nggak sms ke no. kopdar? Mang gak jodoh kali?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
kenek dudul
si kenek kan mang dudul bin ndak kreatipp... terlalu ngfans ama bie, jadi dia cuman tanya ke bie... padahal dia sedang bertanya dengan orang yang salah, huehuehue... gpp lah dia ndak ikut jadi bukunya ndak berkurang ^^
maaf.. bie kurang pintar
emang
ah emang nobita yang reseh...
mungkin emang dia sentimen biar aku ga dpt buku..
beberapa hari yang lalu aku ga sempet buka ss bung hai..jadi ga tau ada pengumuman apa..
sorenya baru dpt info dari nobita klo dia ada usul ke Gading..tapi itu juga aku ga tau finalnya kemana...
Malamnya kami bertiga ke gading..nah di gading aku sms lagi si nobita, menanyakan jadi di gading ga..beserta informasi klo di gading di la piazza aja lagi ada acara..
nah di sms deh sama miss error katanya dia blom sampe TKP..ya udah ta tunggu deh klo dia dah sampe TKP mungkin bakal SMS..eh...malah ga di SMS juga..ya udah lah kami akhirnya pulang aja..
Lovepeace..uenak..
Lovepeace..uenak..
psstt... sisa uang kuno yang
psstt... sisa uang kuno yang diserahkan om gerai lupa bie simpan, jadi raib entah kemana
Udah kebiasaan kali he he he
Semut,bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas, Amsal 30:25
Ha ha ha ... Miss Lupi
Wah kacau dech ... Agak sorean sebenarnya mau sms Viesnu untuk memberitahukan kepastian kopdar di kelapa ading Lapiaza. Namun di chating nobie bilang viesnu nggak bisa. Waktu telp Nobie dari tol setelah menjemput mas Wawan saya masih bertanya kepada Nobie dan dia bilang viesnu nggak bisa ikut. Ya sudah saya nggak sms juga nggak telp.
Ternyata dia lupa menengking roh lupa tho ...? Ha ha ha ha ..
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak