Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

kisah si penjual baju dan bocah kecil sd.

siburukrupa's picture

Ada seorang penjual baju disebuah pasar.

Dengan gigihnya si penjual baju menawarkan dagangannya kepada setiap orang yang lewat.
silahkan bu..silahkan pak...diplih-pilih...

Namun tak seorangpun mampir ketempatnya,kalaupun mampir hanya sekedar melihat-lihat dan membuat barang dagangannya yang telah disusun rapih kembali berantakkan.

Si penjual baju akhirnya sedih..dan mulai frustasi.
Karena pesaing lebih ramai.

Di dalam hati si penjual baju berkata,"Aku telah bekerja keras,dan barang yang aku jual jauh lebih baik dari pesaingku,bahkan kerap kali malah pesaing menyontek daganganku."

Lanjut gerutuuannya lagi,"akh...Padahal aku memiliki TUHAN yang hebat,TUHAN yang mencukupkan,padahal setiap aku pulang bekerja aku selalu merenungkan firmanMU namun...,hmmm apakah aku telah salah TUHAN,apakah tuhannya lebih hebat dari TUHANKU.."

Setelah selesai menggerutu,kemudian si penjual baju menghela nafas sejenak dan kembali duduk terdiam sambil menjaga dagangannya.

Suara kecil mulai berbisik dalam hatinya,"Hai..ingatlah janganlah bertanya-tanya seperti orang yang tidak mengenal ALLAH,lakukanlah bagianmu dengan setia,dan ingatlah kisah anak kecil itu."

Kemudian sambil merenung si penjual baju tersebut mengingat-ingat kisah anak kecil yang pernah diceritakan oleh temannya.

Kemudian dia mengingat-ingat kembali tentang bocah sd itu,yang setiap pulang sekolahnya selalu mampir dulu di gereja yg pasti akan dilewatinya dan menyapa TUHAN.. sahabatnya,sebelum menyebrang jalan raya untuk sampai kerumahnya.
Setiap hari itu dilakukan oleh bocah sd tersebut.

Namun rupanya tindakkannya selama ini diperhatikan oleh seorang pendeta yang menjadi gembala sidang di gereja itu.
dan pendeta tersebut merasa terharu menjumpai sikap bocah yang lugu dan beriman tersebut.

tanya pendeta,"Bagaimana kabarmu nak?”

“Ya, Bapa Pendeta!” Balas sibocah dengan senyumnya yang menyentuh hati Pendeta tersebut.

Dia begitu memperhatikan keselamatan bocah itu sehingga suatu hari dia berkata kepada bocah tersebut, “Jangan menyeberang jalan raya sendirian. Setiap kali pulang sekolah kamu boleh mampir ke Gereja dan saya akan menemani kamu ke seberang jalan. Jadi dengan cara tersebut saya bisa memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat.”

“Terima kasih, Bapa Pendeta.”

“Kenapa kamu tidak pulang sekarang? Apakah kamu tinggal di Gereja setelah pulang sekolah?”

“Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan… sahabatku.”

Dan Pendeta itu segera meninggalkan bocah itu untuk melewatkan waktunya di depan altar berbicara sendiri, tapi kemudian Pendeta tersebut bersembunyi di balik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan bocah itu kepada Bapa di Surga.

Bocah itu berkata…

Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun temanku melakukannya.

Aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue ini. Terima kasih buat kue ini Tuhan!

Aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya. Lucunya, aku nggak begitu lapar.

Lihat, ini selopku yang terakhir. Aku mungkin harus berjalan tanpa sepatu minggu depan.

Engkau tahu sepatu ini akan rusak, tapi tidak apa-apa… paling tidak aku tetap dapat pergi ke sekolah.

Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, bahkan beberapa temanku sudah berhenti sekolah.

Tolong bantu mereka supaya bisa sekolah lagi. Tolong Tuhan…

Oh ya, Engkau tahu ibu memukulku lagi karena aku nakal. Ini memang menyakitkan, tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya seorang Ibu.

Tuhan, Engkau mau lihat lukaku? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya, di sini… di sini… aku rasa Engkau tahu yang ini kan?

Tolong jangan marahi Ibuku ya? Dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makanan dan biaya sekolahku… Itulah mengapa dia memukul kami.

Oh Tuhan… Aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang cantik di kelasku, namanya Anita. Menurut Engkau apakah dia akan menyukaiku?

Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkanMu. Engkau adalah sahabatku.

Hei… ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira? Tunggu saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untukMu.

Tapi ini kejutan bagiMu. Aku berharap Engkau akan menyukainya.

Ooops aku harus pergi sekarang.

Kemudian bocah itu segera berdiri dan memanggil Pendeta itu, “Bapa Pendeta, Bapa Pendeta, aku sudah selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku menyeberang jalan sekarang!”

Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari.

Pendeta tersebut berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang murni kepada Allah… suatu pandangan positif dalam situasi yang negatif.

Pada hari Natal, Pendeta tersebut jatuh sakit sehingga dia tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit.

Gereja diserahkan pengelolaannya kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala sesuatu yang orang lain perbuat.

Mereka juga sering mengutuki orang yang menyinggung mereka.

Mereka sedang berlutut memegangi rosario mereka ketika bocah kecil itu tiba dari pesta Natal di sekolahnya, dan menyapa “Halo Tuhan… Aku…”

“Kurang ajar kamu bocah!!! Tidakkah kamu lihat kami sedang berdoa???!!! keluar…!!!”

Bocah kecil itu begitu terkejut dan bertanya, “Di mana Bapa Pendeta? Dia seharusnya membantuku menyeberangi jalan raya. Dia selalu menyuruhku mampir lewat pintu belakang Gereja.

Tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Tuhan Yesus, ini hari ulang tahun-Nya, aku punya hadiah untuk-Nya…”

Ketika bocah itu mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerahnya dan mendorongnya keluar Gereja.

Sambil membuat tanda salib ia berkata “Keluarlah bocah…!!!"

Oleh karena itu bocah itu tidak punya pilihan lain kecuali sendirian menyeberangi jalan raya yang berbahaya tersebut di depan Gereja.

Dia mulai menyeberang ketika tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan kencang, sebab di situ ada tikungan yang tidak terlihat pandangan.

Bocah kecil itu melindungi hadiah tersebut di dalam saku bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tersebut.

Waktunya hanya sedikit untuk menghindar, tapi itu tidaklah cukup…

Dan…

Bocah itu pun tewas tertabrak. Orang-orang di sekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh bocah malang yang tak bernyawa tersebut.

Tiba-tiba, entah muncul darimana ada seorang pria berjubah putih dengan wajah yang halus dan lembut namun penuh dengan air mata datang dan memeluk tubuh bocah malang tersebut. Dia menangis.

Orang-orang penasaran dengan dirinya dan bertanya, “Maaf Tuan, apakah Anda keluarga bocah malang ini? Apakah Anda mengenalnya?”

Pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu dalam segera berdiri dan berkata, “Dia adalah sahabatku.”

Hanya itulah yang dia katakan.

Dia mengambil bungkusan hadiah dari dalam baju bocah malang tersebut dan menaruhnya di dadanya.

Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh bocah malang tersebut dan keduanya kemudian menghilang. Kerumunan orang tersebut semakin penasaran…

Di malam Natal, Pendeta yang jatuh sakit itu menerima berita yang sungguh mengejutkan.

Dia berkunjung ke rumah bocah malang itu untuk memastikan pria misterius berjubah putih tersebut.

Pendeta itu bertemu dan bercakap-cakap dengan kedua orang tua bocah malang itu.

“Bagaimana Anda mengetahui putera Anda meninggal?”

“Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari.” ucap ibu si bocah malang itu terisak.

“Apa katanya?”

Ayah bocah itu berkata, “Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka.

Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian atas meninggalnya anak kami sepertinya Dia begitu mengenal anak kami dengan baik.

Tapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut.

Dia menyibakkan rambut anak kami dari wajahnya dan memberikan kecupan di keningnya kemudian Dia membisikkan sesuatu…”

“Apa yang dia katakan?”

“Dia berkata kepada puteraku… ‘Terima kasih buat kadonya. Aku akan segera berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaku.’”

Dan sang Ayah melanjutkan, “Anda tahu kemudian, semuanya itu terasa begitu indah. Aku menangis tetapi tidak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu aku menangis karena bahagia… aku tidak dapat menjelaskannya Bapa Pendeta, tetapi ketika Dia meninggalkan kami ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami. Aku merasakan kasihnya yang begitu dalam di hatiku…

Aku tidak dapat melukiskan sukacita di dalam hatiku. Aku tahu puteraku sudah berada di Surga sekarang.

Tapi tolong katakan padaku, Bapa Pendeta, siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu?

Anda seharusnya mengetahui karena Anda selalu berada di sana setiap hari, kecuali pada waktu puteraku meninggal.”

Pendeta itu tiba-tiba merasa air matanya menetes di pipinya, dengan lutut gemetar dia berbisik,

“Dia tidak berbicara dengan siapa-siapa, kecuali dengan Tuhan.”

Setelah selesai mengingat-ingat kisah tersebut sipenjual baju pun entah kenapa air matanya menetes.

dan akhirnya si penjual baju pun sadar dan tidak lagi menggerutu,suatu pelajaran yang dapat diambil dari kisah bocah kecil yang lugu,setia dan beriman.

Kemdian dia kembali melanjutkan usahanya tanpa menggerutu walaupun keadaan sesulit apapun,dia tetap berjuang dan berjuang..Dan belajar menjadi seperti anak kecil itu yang mengingatkannya bahwa TUHAN selalu bersama dan tak pernah meniggalkan..

 

hahaha... tadinya hanya iseng,memasukkan dalam kategori lomba,dan biarlah tambahan artikel ini bisa menjadi berkat buat semua.oh ya..topik utama adalah si penjual baju,kisah bocah kecil hanyalah hayalan si penjual baju.

Dan sekaligus,kita dapat melihat bagaimana seorang penjual baju,dan pendeta tersebut belajar dari anak2(dari orang lain dan bukan hanya melalaui pikirannya sendiri/tidak kekeh jumekeh tidak boleh melihat apa yang dikerjakan orang lain hanya orang lainlah yang boleh melihat apa yang kita kerjakan),mungkin sudah saatnya kita bisa belajar dengan melihat sisi baik orang lain yang bisa menjadikan berkat buat yang lain.

gbu. 

jesusfreaks's picture

@sbr : ikutan lomba nih ye

Touching story. Kalau gw juri, gw pilih nih cerita. Kalau lo gak menang, bilang gw ya, ntar gw aza yg kasih hadiahnya. Shalom,

Jesus Freaks,

"Live X4J, die as a martyr"

__________________

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS- 

Louise M's picture

@sbr: ceritanya buat gw merinding...

Gile gw merinding ding ding ding banget baca blog elo,asli gw tersentuh banget, ini bener murni hasil karya elo kan? kalau elo nggak menang gw mau deh patungan sama jf kasih elo hadiah.., hehehehe, sungguh. Anyway thx ya cerita elo tentang si anak kecil ini bisa menjadi inspirasi gw dalam menjalani kehidupan.
erick's picture

Nilai matematikaku tak pernah bagus......

Nilai matematikaku tak pernah bagus, ini selalu kusembunyikan dari Tuhan. Yang lain sih aku ceritakan, kadang SKSDnya kelewatan. Ha ha ha! Weih,.... blognya apik tenan!
__________________

Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)

Debu tanah's picture

Apa pelajarannya ?

Siburukrupa menulis, Kemudian dia kembali melanjutkan usahanya tanpa menggerutu walaupun keadaan sesulit apapun,dia tetap berjuang dan berjuang..Dan belajar menjadi seperti anak kecil itu yang mengingatkannya bahwa TUHAN selalu bersama dan tak pernah meniggalkan.. Deta koment: Kisah yang sangat dramatis. Ini fiksi atau kisah nyata ya? Kalo fiksi, kenapa ending nya menyedihkan gini sih? Saya hampir menangis deeh..... Apa kalo si bocoh tidak meninggal si penjual baju tidak akan sadar? Terus apa orang tuanya mendapat pelajaran juga? Tapi, banyak juga lho kisah dalam Alkitab dimana ada orang-orang yang dipanggil Tuhan dengan tujuan tertentu, yaitu untuk menghukum, menguji dan menyadarkan orang lain. Misalnya: 1. Anak Daud dari Batsyeba meninggal untuk menghukum dia. 2. Anak-anak Eli mati dalam pertempuran, untuk menghukum Eli 3. Anak-anak Ayub mati untuk menguji Ayub. Tapi kasihan juga ya orang-orang yang mati ini, kesannya mereka hanya pelengkap penderita bagi orang lain begitu...

Debu tanah

__________________

Debu tanah kembali menjadi debu tanah...

Daniel's picture

ada di mana-mana...

kok ceritanya sama dengan yang di sini, di sini, di sini, di sini, di sini, di sini, di sini, di sini, di sini, dan entah di mana lagi ya... wah ternyata kamu to penulis cerita terkenal itu?
Love's picture

Baca lagi aturan lomba

Setahuku sih tulisan ini memang udah jadi cerita umum dan sepertinya penulis aslinya pun tidak diketahui. Tapi kalau pun misalnya ini tulisan aslinya SBR, tetep aja gak boleh diikutkan lomba, deh. Kan ada aturannya: "tulisan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk buku/cetak maupun "online".