Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

derrida

victorc's picture

Ramah

"Monggo mampir, mas." (Mari mampir, kak). "Monggo pinarak." (Mari duduk.) Kalimat-kalimat itu akan sering kita dengar kalau kita yang dari kota mampir ke salah satu desa di jawa tengah atau jawa timur. Tidak hanya itu, kalau ada orang kota datang ke rumah seorang di desa, biasanya dengan senang hati semua yang ada di rumah akan diberikan, termasuk buah-buahan seperti kelapa, jambu, mangga atau yang lainnya. Itu yang mungkin kita sebut keramahan orang desa, atau keramahan khas Indonesia. 
Keramahan yang khas tersebut agaknya sudah mulai luntur kalau tidak ingin mengatakan hilang sama sekali. Sebagai contoh, seorang rekan yang juga pendeta pernah bercerita bahwa dulu di desanya, di depan rumah setiap warga di tepi jalan besar selalu tersedia kendi berisi air siap minum, tujuannya untuk menyediakan minum bagi pejalan kaki yang pulang dari atau pergi ke pasar dan kehausan. Kini, kendi-kendi berisi air itu telah hilang, mungkin tergantikan oleh penjaja air dalam kemasan.

Miyabi's picture

Perumpamaan Tentang Jendela yang Pecah

Membaca dennis dan dreamz menyinggung the law of deminishing return, saya pun jadi ingin membahas istilah ekonomi yang lain, yaitu soal broken window fallacy, sebuah kesalahan berpikir yang men