Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Ketika Tanda Koma (,) Bergabung Dengan Tanda Petik (“….”)

ityna's picture

Sebuah kebingungan tersendiri manakala kita akan menempatkan kedua tanda tersebut dalam sebuah struktur kalimat. Tercatat ada 14 fungsi dari tanda koma  dan 5 fungsi penggunaan tanda petik yang terdapat dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2006 : 47 - 60 ). 

            Jika kedua tanda tersebut diletakkan bersama dalam sebuah bangun kalimat, tanda tersebut masih memegang fungsi dan karakternya masing-masing. Berikut contoh yang memadukan kedua tanda baca tersebut.

 

   “ Oh, ya ! Saya tahu ,” kata saya , “ seperti sebuah hadiah Natal. Tetapi kita tidak memberikannya apa-apa.”

 

Tanda koma dalam bangun kalimat tersebut terdapat dua macam fungsi . Pertama,  pada awal kalimat terdapat kata seru oh, ya! yang mengharuskan adanya tanda koma dibelakang kata oh. Tanda koma diharuskan kehadirannya karena letaknya diawal kalimat. Selanjunya fungsi kedua dari tanda koma adalah untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dari kalimat. Seperti penggalan kalimat berikut.

   “ Oh, ya ! Saya tahu ,” kata saya , “ seperti sebuah hadiah Natal.

 

Bagaimana dengan fungsi tanda petik dalam bangun kalimat tersebut. Pada fungsi kalimat tersebut tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.

Yah begitulah jika tanda baca saling bergabung. Memang agak sedikit membingungkan tapi kalimat di atas benar secara gramatikanya.

 

clara_anita's picture

Jadi ingat kelas Syntax....

Membaca artikel Anda, saya jadi terkenang semasa kuliah dulu. Ada satu mata kuliah yang menjadi momok bagi hampir semua mahasiswa English Department kala itu yaitu syntax. Bagi kami, menghafalkan aturan gramatika itu rasanya sama dengan dicekoki seteko besar jamu brotowali. Pahit. Alhasil, banyak sekali teman-teman yang harus mengulang mata kuliah ini sampai berkali-kali. Saya sendiri selalu malas-malasan saat harus berangkat kuliah ini. Jujur selama satu trimester penuh saya selalu datang terlambat :D Tapi setelah lulus dan bekerja, saya baru merasa gunanya gramatika. Ternyata kuliah yang sepahit brotowali itu sangat membantu saya dalam pekerjaan saya saat ini. Sekarang brotowali itu sudah berubah menjadi madu ...
Indonesia-saram's picture

Kaidah

Kalau sudah menyentuh ranah kaidah, memang harus diakui, sulit. Saya jadi ingat waktu kuliah kelas fonologi dulu. Kita semua diminta untuk menetapkan kaidah fonologi bahasa Indonesia (lupa kaidah dalam hal mana). Hanya saja, seiring semakin seringnya kita bergaul dengan kaidah-kaidah tersebut, perlahan tapi pasti, kita justru semakin mahir, meskipun tanpa menghafalnya.

Hal yang serupa terjadi juga bila kita mempelajari bahasa kedua (bahasa asing). Dulu saya juga mengikuti kelas bahasa Belanda. Karena sebelumnya saya sudah ikut selama sekitar setengah semester sebagai mahasiswa pendengar, saat mengambil kelas tersebut saya makin mahir. Tapi setelah lulus, tidak ingat lagi.

Dari dua hal tersebut, kita bisa mengambil kaidah sebagai berikut.

"Apabila sesuatu yang telah dipelajari tidak dipraktikkan dalam kurun waktu tertentu, maka sesuatu itu dapat terlupakan." (Prinsip yang sama dengan mengasah pisau, semakin diasah semakin tajam.)

Omong-omong, selamat tahun baru! 

"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"

__________________

_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.

Indonesia-saram's picture

Re: Ketika Tanda Koma (,) Bergabung dengan Tanda Petik ("...")

Kalau kita bicara dari aspek tulisan, saya harus mengajukan suatu keberatan. Kalimat pada contoh yang disajikan di atas sama sekali tidak taat kaidah. Perhatikan contoh yang sengaja dikutip dari tulisan di atas berikut.

1. " Oh, ya ! Saya tahu ," kata saya , " seperti sebuah hadiah Natal. Tetapi kita tidak memberikannya apa-apa."

2. " Oh, ya ! Saya tahu ," kata saya , " seperti sebuah hadiah Natal.

Setidaknya, ada dua buah kejanggalan yang terpantau oleh saya. Pertama, tidak ada kaidah yang menyebutkan bahwa tanda baca, seperti tanda koma, tanda seru, tanda tanya, maupun tanda titik ditulis dengan diantarai oleh spasi, dengan kata lain, tidak serangkai dengan kata sebelumnya. Kedua, konstruksi kalimat kedua malah tidak tersaji secara lengkap. Semestinya, kalau memang mau memotong sebuah contoh kalimat dari konstruksi semula, tanda elipsis mutlak digunakan. Dengan demikian, kedua contoh di atas semestinya ditulis sebagai berikut.

3. " Oh, ya! Saya tahu," kata saya, "seperti sebuah hadiah Natal. Tetapi kita tidak memberikannya apa-apa."

4. "Oh, ya! Saya tahu," kata saya, "seperti sebuah hadiah Natal. ...."

Kiranya uraian singkat ini semakin memperjelas.

 

"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"

__________________

_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.