Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Ketika sang dukun sakit..

pwijayanto's picture

Berita mengenai dukun atau tabib cilik PONARI di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Magaluh, Jombang, Jawa TImur menyita ruang berbagai media massa.

Saya membaca di koran, melihat tayangan di televisi, heran, tak habis mengerti, sekian ribu orang berbondong-bondong, hanya untuk mendapat celupan "batu ajaib" di cup AMDK, dan kemudian meminum air itu.

(sama herannya ketika beberapa tahun lalu menyaksikan di televisi, orang berebut (maaf) kotoran kerbau bule)

PONARI si dukun cilik, bahkan harus digendong untuk mencelupkan "batu ajaib" itu.  Dan akhirnya kelelahan dan dilarikan ke puskesmas. Sang dukun-pun jatuh sakit.

Itulah masyarakat "kita" yang begitu mudah terpesona oleh sebuah "keajaiban" (saya jadi ingat pernah membaca tulisan: pertanyaan kepada sang Buddha, "kenapa engkau tidak mengadakan mukjijat?" Buddha menjawab, "kebenaran tidak harus disampaikan melalui mukjijat"

Saya percaya adanya mukjijat, tapi tidak selalu terpesona oleh mukjijat, apalagi mukjijat seperti yang ditunjukkan oleh dukun cilik PONARI.

Saya punya teman diskusi bulanan yang 'paranormal', pernah bercerita bahwa yang datang minta tolong ke dia, juga banyak yang "orang Kristen"

Itulah gambaran bahwa agama, dengan doktrin dan dogmanya ternyata tidak menjawab kebutuhan "hidup" masyarakat. Masyarakat masih membutuhkan keajaiban diluar agamanya, diluar tempat ibadahnya, diluar kitab sucinya. Masyarakat masih butuh "nabi" lain selain nabi-nabi yang ada di kitab suci.

Batu ajaib lebih dipercaya daripada untaian doa kepada Sang Pencipta.

Saya sedang menjadi caleg di Salatiga dari partai tertentu, pun disarankan oleh seorang rekan Kristen, untuk datang ke tempat keramat "situ".. . rekan Kristen yang lain menyarankan untuk minta dukungan spiritual pada dukun "ini".... ha ha ha... tidak saya lakukan.  

Saya jawab, kalau memang saya akan jadi ya jadi tho... kalau nggak jadi ya nggak pa-pa, saya tetap akan bekerja seperti biasa...

Ketika suatu saat saya ikut "berziarah" ke sebuah tempat, untuk mengenang perjuangan tokoh yang sudah mati, e.e.e... banyak orang yang hadir, ternyata sudah siap dengan botol Aqua yang kosong, untuk membawa pulang air kotor dari "belik" (danau mini) di situ.  Mereka percaya bahwa air "belik" itu bertuah...

Itulah kenyataan di masyarakat.  Ketika kita sibuk berdebat dengan doktrin dan dogma gereja, ketika kita bersorak-sorai menyanyikan lagu-lagu "pujian", ketika bahasa roh meluncur lancar dari mulut kita, diluar sana (bahkan di dalam gereja sendiri) ada banyak manusia yang butuh pelayanan dan kesaksian "kebenaran" yang kita pahami.

Atau yang benar itu yang seperti mereka ya...?!

Cuma merenung saja kok... tapi kalau ada yang mau menanggapi ya dipersilaken...

 

__________________

=== salam, www.gkmin.net . ( jika hanya membaca Alkitab LAI, darimana tahu YHWH? Apakah Firman Tuhan kurang lengkap?)

king heart's picture

Ada Cerita mengenai Dukun lain

Di kota kelahiran saya, ada seorang dukun yang sangat terkenal bahkan pengunjungnya kebanyakan dari luar kota. Dukun ini sangat terkenal dalam hal pengobatan, pokoknya hampir tak ada penyakit yang tak bisa disembuhkan.

Si dukun sakti mandraguna ini mempunya beberapa anak ( salah satunya teman teman sekolah saya ).  Pada suatu hari mendadak anak bungsunya sakit, ketika didiagnosa dia menderita kanker ( kanker darah kalau tidak salah ), tidak jelas diagnosa itu berasal dari dokter atau sang ayah. Segala upaya pengobatan dilakukan ( kabarnya melibatkan dokter juga ). Namun upaya ini akhirnya tak berhasil dan si anak akhirnya meninggal dunia.

Sang ayah si dukun mandraguna ini sangat terpukul, apalagi para anaknya "menyalahkan" sang ayah yang bisanya mengobati orang lain namun anak sendiri tidak sanggup.

Kelihatannya hal ini sangat memukul jiwa sang ayah, sehingga tak selang beberapa lama ia pun jatuh sakit parah. Beberapa waktu kemudian akhirnya meninggal.

 

 

 

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?