Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Ketekunan Ayub (2), Ayub 1:1-22
Dalam kehidupan ini, kita seringkali berpikir dengan konsep “tabur-tuai.” Artinya, apa yang kita telah lakukan, seperti itu pula hasilnya. Berpikir demikian pada satu pihak tidaklah salah; tetapi pada pihak lain, konsep ini bukanlah ukuran bagi segalanya. Itulah sebabnya, ketika kita menghadapi keadaan yang tidak sesuai dengan konsep kita (tabur-tuai), kita menjadi bertanya-tanya, “mengapa hal ini terjadi padaku, padahal aku tidak layak menerima peristiwa buruk tersebut!?” “Bukan aku yang harus mengalaminya, tetapi orang itu, orang ini, dan sebagainya.”
Pengalaman penderitaan Ayub merupakan sebuah “misteri ilahi.” Pertanyaan, “mengapa Allah mengizinkan peristiwa buruk menimpa orang benar” adalah pertanyaan yang sulit untuk dijawab secara komprehensif (lengkap dan memuaskan). Bagaimana tidak, Ayub bukanlah pencuri, perampok atau pembunuh, tetapi dia adalah orang yang saleh dan takut akan Tuhan. Namun justru bukan kebaikan yang berlimpah pada saat itu, tetapi penderitaan dan kengerian yang harus dihadapi Ayub. Dia harus kehilangan orang-orang yang disayanginya. Orang-orang yang membuatnya berbahagia, ketika dia mulai memasuki usia senja (tua). Tidak mudah untuk membayangkannya!
Bagaimana jika kita sendiri menghadapi kehilangan orang-orang yang kita cintai, tatkala menurut pikiran kita, mereka belum waktunya berpulang ke rumah Bapa; orang-orang yang sedang kita harapkan dapat menjadi kebahagiaan kita pada masa tua kita?
Ketika Ayub harus berhadapan dengan misteri ilahi tersebut, dia hanya berdiam diri. Dia tidak mempersalahkan Tuhan. Bahkan, teman-temannya yang memiliki konsep “tabur-tuai” tidak dapat memberikan jawaban kepadanya. Ayub sendiri juga tidak memiliki jawabanya. Satu-satunya sikap yang masih tersisah dan dimiliki oleh Ayub adalah “ketekunan.” Ketekunan berarti sabar menghadapi segala peristiwa dengan tetap bersikap benar di hadapan Tuhan
Dear, my friend
Ang Chen Chen
Mengenai pencobaan Ayub memang seringkali dipandang bahwa Allah sedang bertaruh dengan iblis, namun hal ini tentu akan menimbulkan asumsi yang menakutkan sebab kredibilitas Allah bergantung pada s
- Liem Sien Liong's blog
- 5309 reads
Bukan Hanya Mengizinkan
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak