Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kesepian
Syalom semuanya.........
Sudah hampir setahun saya menikah dengan orang norwegia dan sudah 8 bulan ini saya menetap di Tromsø, Norwegia....ampir deket kutub utara..... Waktu saya memutuskan untuk menikah dengan suami saya yang berlatar budaya sangat berbeda, banyak yang mengatakan bahwa menikah dengan sesama orang indonesia saja sudah susah, apalagi menikah dengan orang yg berasal dari negara lain.......tapi karena saya sedang 'In love' dengan calon suami saya (sampai sekarang pun masih 'in love' kok...) saya bilang kalo menikah dengan siapaun yah sama saja. Namanya juga jodoh dari Tuhan...
Setelah meninggalkan tanah air tercinta dan menetap di Norway, saya baru merasakan bahwa keluarga, terutama orang tua, sangatlah berarti. Saya tidak terlalu memikirkan semuanya itu sebelum saya akhirnya pindah ke Norway dan jauh dari orang tua dan keluarga. Saya tidak memiliki keluarga di Norway, jadilah terasa agak berat untuk tinggal disini. Terutama lagi saya tidak pernah ke gereja sejak menetap disini. Saya belum terlalu mahir dalam bahasa norway, jadi utk cari gereja dengan pelayanan bhs inggris agak susah. Tapi sblm natal kemaren saya udah menemukan satu gereja JesusKirka yg melayani dlm bhs inggris. Ada rasa sukacita saat saya tahu itu...dan saya akan pergi ke gereja....Saya merasa berdosa karena setiap hari minggu saya selalu 'malas' pergi ke gereja selama saya di norway.....alasannya sih karena dingin (-12 sekarang) dan gelap dan bersalju sekarang.....padahal kita gak boleh seperti itu yah......Inilah yang membuat saya berpikir bahwa hidup di indonesia itu sangat indah......saya bisa ke gereja setiap minggu bersama keluarga ato teman2......ada rasa sukacita penuh setelah mendengarkan kothbah dan memuji Tuhan.....Di rumahpun (di norway) saya tetap mendengarkan lagu2 rohani yg membuat saya merasakan suka cita dan merasakan kasih Tuhan Yesus tapi di satu sisi membuat saya semakin sedih karena saya rindu kebersamaan Tuhan Yesus.......Tentunya setiap hari saya membaca renuhan harian secara online....tapi rasa sepi itu masih ada.
Saya juga punya teman orang indonesia, kristen juga......dia sudah hampir 4 tahun tinggal di norway dan dia kalo ke gereja tergantung cuaca....kalo winter dan saljunya hampir 2 meter, dia tidak ke gereja. Tapi kalo summer dan ada matahari, dia ke gereja....hehe....Gak boleh seperti itu yah sebenarnya......tapi yah gimana lagi.....Adakah yang mau menolong saya, apa yang harus saya lakukan supaya saya tidak merasa sepi di hati saya??
Saya punya banyak teman disini dari latar budaya yg berbeda2 pula. Dan hanya punya 2 teman org indonesia yg menikah dan menetap disini. Tapi kadang saya merasa sepi karena saya merasa jauh dari Tuhan.....tapi Tuhan selalu memberkati hidup saya selama ini. Saya bisa merasakan kasih Tuhan Yesus, tapi kadang saya merasa sepi......Suami saya bukan orang yg suka pergi ke gereja. Mungkin hanya Natal saja dia ke gereja, seperti kabanyakan orang norway pada umumnya. Yg ke gereja disini hanya orang2 tua dan sangat tua.....sedih ya. Anak2 mudanya sepertinya tidak punya spirit untuk mendekatkan diri kpd Tuhan atau mungkin orang tua mereka juga tidak mengajarkan agama dengan segenap hati.
Adakah yg dapat memberi saran, apa yg dapat saya lakukan supaya saya tidak tenggelam mengikuti arus seperti org norway in yg tidak peduli terhadap Tuhan?
Terima kasih sebelumnya
Tuhan Yesus memberkati
Salam kasih: deby 11:09:15
- denasies's blog
- 6949 reads
Re: Kesepian
Saya juga punya pengalaman hampir serupa seperti di atas. Jelas berbeda, sih. Ketika itu, hampir sepuluh bulan saya tidak bergereja di gereja asal saya. Sejak pindah dari kota kelahiran, saya justru menjadi GPKK alias Gereja Protestan Keliling-Keliling. Dan ketika memutuskan untuk beribadah ke gereja asal tersebut, ketika itu 24 Desember 2006, saya juga merasakan sukacita. Begitu menyanyikan kidung-kidung pujian yang sudah lama tidak saya nyanyikan (karena di gereja lain, meskipun nadanya sama, liriknya berbeda), saya merasakan sukacita luar biasa. (Tapi omong-omong, Ibu jadi ke gereja itu tidak, ya?)
Sampai sekarang, saya masih mengikuti ibadah di gereja tersebut, dan ingin berbagian lebih dari sekadar hadir dalam ibadah.
Nah, mungkin ini bisa menjadi salah satu jalan bagi Ibu (saya panggil Ibu, tidak apa, bukan?). Coba saja mulai memberi diri untuk terlibat dalam pelayanan di gereja tersebut. Perlahan-lahan, pasti akan
Saya juga pernah mendapatkan informasi bahwa negara-negara di Barat itu justru sudah lama berada di zaman post-Christian. Ini kondisi yang memang sangat sulit. Tapi, mengenai masalah ini, saya coba saja untuk memberi saran sebagai berikut.
Dari pengalaman saya, ketika kembali ke rumah, katakanlah demikian, saya tergerak untuk tidak sekadar beribadah. Nah, Ibu juga sudah tergerak untuk ke gereja (dan saya harap kini sudah aktif beribadah di gereja itu). Cobalah untuk terlibat lebih jauh, tidak sekadar beribadah saja. Dengan demikian, pasti akan ada kenalan sesama Kristen yang pada akhirnya bisa mengobati rasa sepi tersebut. Dengan adanya aktivitas rutin (tentu tidak sekadar menjadi rutinitas) yang diiringi dengan hati yang tertuju pada Kristus, saya percaya, Ibu tidak akan tenggelam di tengah masyarakat Norwegia yang sedemikian itu.
Nah, mungkin rekan-rekan lain di SABDA Space bisa memberi pendapat yang jauh lebih baik dari saya?
"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
jika merasa jauh dari Tuhan...
BIG GBU!
Bersukacitalah !