Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kerbau Penunggang Manusia
Entah dalam dongeng Yunani, entah dalam dongeng Romawi, lupa yang mana, ada seorang pemuda yang sangat kuat, namanya aku lupa. Petani ini terkenal karena mampu mengangkat seekor gajah dewasa dengan mudah.
Jum'at lalu aku mulai mencari informasi tentang cerita ini di Google. Rekan kerjaku langsung tahu aku sedang mencari sesuatu untuk blog akhir pekan, padahal ada tugas yang harus kami selesaikan sebelum pulang.
"Mau nulis blog ya?" tanyanya, ketika melihat kata kunci "mengangkat gajah" yang barusan kuketik. Pekerjaan kami sama sekali tidak berhubungan dengan gajah.
"Apa Google kuat melakukannya?" tanyanya iseng setelah aku menekan tombol Enter. "hebat sekali kamu ini, bisa menyuruh Google mengangkat gajah."
Aku cuma bisa nyengir. Karena tidak berhasil menemukan cerita tentang orang yang bisa mengangkat gajah. Jadinya terpaksa membuat versi sendiri. Cerita ini kudengar bertahun-tahun yang lalu, sehingga ragu apakah benar ada gajah dalam ceritanya. Akhirnya kuputuskan mengganti gajah dengan kerbau saja.
***
Entah dalam dongeng Yunani, entah dalam dongeng Romawi, lupa yang mana, ada seorang pemuda yang sangat kuat. Namanya aku lupa, sebut saja Joni. Ia sangat terkenal karena mampu mengangkat seekor kerbau dewasa dengan mudah.
Dulu Joni hanyalah seorang petani sederhana dan miskin, memiliki seekor kerbau manja. Kerbau ini tidak akan mau pergi ke sawah untuk membajak kalau tidak digendong kesana. Jadi, setiap kali akan membajak, Joni menggendong kerbaunya ke sawah. Hewan ini benar-benar tidak akan mau pergi kemanapun kecuali digendong.
Pada suatu hari seorang pendatang melihat pemandangan ganjil ini. Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya yang botak. Ia melihat sebuah peluang untuk mendapat uang banyak. Bagaimana kalau membawa pemuda ini dan kerbaunya ke kota, mempertontonkan sebuah tontonan unik, kerbau menunggang manusia.
Jadilah Joni bersama dengan manajernya berkelana keliling Yunani dan Romawi. Berkelana dari desa ke desa, kota ke kota, desa ke kota, dan kota ke desa, seperti sebuah sirkus. Jika sirkus biasanya mempertontonkan hewan melakukan hal-hal luar biasa, maka sirkus Joni hanya mempertontonkan bagaimana kerbau menunggang manusia.
Joni dan kerbaunya menjadi terkenal. Setiap kali sirkus Kerbau menunggang Manusia ini tiba di sebuah kota atau desa, orang berbondong-bondong melihatnya. Mereka bertanya-tanya darimana Joni mendapatkan kekuatannya. Tidak ada yang tahu, orang hanya bisa menduga-duga. Ada yang berkata Joni anak dewa, seperti Hercules yang mendapatkan kekuatannya karena ia putra Zeus, dewa tertinggi. Lalu ada juga yang berkata ia keturunan Obelix -- dalam cerita Petualangan Asterix, Obelix waktu masih orok terjatuh ke dalam ramuan jamu super kuat.
Joni tidak pernah menceritakan sumber kekuatannya. Ia tahu makin itu menjadi rahasia, makin banyak orang datang dan mengaguminya. Tetapi akhirnya ia bertekuk lutut di hadapan seorang gadis bernama Meli. Meli berkata Joni harus membuktikan cintanya dengan menceritakan rahasia kekuatannya.
Sebulan setelah menikah, Meli diundang dalam sebuah acara talk-show di gunung Olympus. Ia tidak bisa menahan godaan untuk tidak menceritakan rahasia kekuatan suaminya.
Seluruh wilayah Yunani dan Romawi akhirnya mengetahui rahasia itu. Mereka kecewa karena rahasia itu ternyata sangat sederhana. Joni bukan titisan dewa, juga bukan cucu pria gendut doyan babi panggang yang pernah terjatuh ke dalam ramuan khasiatnya Panaromix. Joni hanyalah seorang miskin yang sejak kecil hidup bersama dengan kerbaunya.
Seperti seorang anak memperlakukan anjingnya, demikianlah Joni memperlakukan anak kerbaunya. Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun berlalu, keduanya tumbuh bersama. Setiap hari Joni bermain dan menggendong kerbaunya. Karena ini dilakukan setiap hari selama keduanya sama-sama bertumbuh, tanpa sadar ia tetap mampu menggendong kerbaunya ketika anak kerbau ini berubah menjadi kerbau dewasa.
***
Inti dari cerita ini selalu aku ingat, merupakan sedikit dari sisa sebuah kegagalan. Aku telah mengorbankan kuliahku demi sebuah ambisi dan kedua-duanya tidak kudapatkan, menyisakan sebuah kegagalan pahit.
Cerita ini diajarkan di sebuah tempat dimana kami belajar bahwa berada di atas matras tidak terlalu berbahaya. Bahaya seringkali muncul ketika mempersiapkan diri untuk berada di atas matras. Bahaya lebih sering muncul kalau atlit terlalu 'bersemangat' sehingga mengalami apa yang disebut "overtraining", olahraga dengan porsi berlebihan sehingga tidak sesuai dengan kondisi tubuh. Kami telah belajar beberapa orang mati karena latihan terlalu keras dan terlalu bersemangat.
Di tempat ini kami belajar sebuah peribahasa, "sedikit demi sedikit akhirnya menjadi bukit". Melatih tubuh secara teratur menerima beban yang makin meningkat secara teratur pula. Kami belajar tentang seorang yang setiap pagi berlari lima kilometer, dan tidak mendapatkan manfaat apa-apa. Lalu kami belajar sebuah teori: Lebih baik mengangkat sebiji kacang di hari pertama, kemudian seminggu setelah itu menambah sebiji lagi. Ini lebih baik daripada mengangkat barbel dengan berat yang tidak pernah ditambah atau jumlah angkatan yang tidak pernah ditambah.
Kami belajar bahwa olahraga tidak sama dengan berlari memakai jaket tebal di siang bolong sambil menahan rasa haus. Juga olahraga bukan lagi berlari tanpa sepatu di jalan beraspal. Kami belajar bahwa olahraga harus sesuai dengan porsinya, berhenti ketika tubuh merasa lelah dan cukup istirahat serta memenuhi tubuh dengan gizi yang dibutuhkan.
Sedikit yang tersisa dari masa itu, hanya sebuah pengalaman berharga dan pelajaran tentang rasa takut. Menyadari bahwa ketakutan dan ketegangan adalah sesuatu yang wajar dan sangat perlu, sama seperti kita memerlukan rasa sakit ketika terluka atau terbakar. Tanpa rasa sakit itu, bisa-bisa kita tidak sadar kaki sudah menjadi arang.
Pelajaran paling utama adalah prinsip "sedikit demi sedikit" dalam mempelajari sesuatu dan tahu kapan harus berhenti. Ini membuatku teringat kepada kedua kakakku. Kakak yang paling tua merupakan salah satu pengetik tercepat yang pernah kulihat. Aku melihat ia mulai belajar mengetik dengan menutup tuts-tuts tombol mesin tik tua kami, melihat ia meluangkan waktu satu jam setiap hari untuk latihan. Kakak nomor dua juga tertarik, hari pertama berjam-jam di depan mesin tik, mengetik dari buku latihan yang sama, dan setelah itu tidak pernah menyentuh mesin tik kami lagi.
Aku telah belajar sesuatu, yaitu hal yang paling berat ketika mempelajari atau mengerjakan sesuatu adalah mengetahui kapan harus berhenti. Memang sangat sulit berhenti ketika semangat sedang menggebu-gebu, tetapi kalau tidak berhenti, beberapa hari kemudian aku akan meninggalkannya atau membutuhkan waktu lama untuk melanjutkannya kembali.
Aku juga melihat beberapa orang menghadapi hal yang sama, tidak tahu kapan harus berhenti ketika semangat sedang menggebu, termasuk melihat orang-orang yang berencana membaca Alkitab sampai habis dan berhenti pada bagian Imamat.
- anakpatirsa's blog
- 5857 reads
Sedikit sedikit lama-lama menjadi bukit...
Keren
Kontinuitas Sisifus
Konyol
Anda Betul
resolusi tahun baru
keren.
cerita mengingatkan pada resolusi tahun baru.
maret sudah dilupakan.