Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
KEMATIAN YANG TRAGIS........"
Tak kusangka, Tak kuduga ........ Dia yang selalu .....
Belakangan ini saya menerima beberapa kabar yang membuatku terhenyak, betapa tidak tanpa dinyana sebelumnya, tiba-tiba saja teman, sahabat dan kenalanku dipanggil Tuhan mendahuluiku.
Dan yang paling membuatku benar-benar kaget ketika hari itu saya pulang mengajar, seperti biasa naik bus jurusan ke Bogor dari depan UKI , sore itu duduk disebelahku wanita muda yang cukup cantik dan ramah, kami pun asyik bercerita ngalor ngidul dan ternyata dia bekerja di kantor dimana saya dulu pernah bekerja (waktu muda dulu), lalu saya bertanya tentang teman-teman lama yang masih bekerja disana, yang membuat saya kaget banget waktu dia cerita bahwa teman lamaku sebut saja pak Hasyim(bukan nama sebenarnya)telah meninggal dengan cara yang sangat mengerikan yaitu terjun dari atas jalan jembatan layang bukan kecelakaan mobil tapi dengan sengaja menerjunkan diri..
Padahal pak Hasyim ini dikenal sebagai sosok pribadi yang baik, tegar, dan penuh semangat. Mempunyai seorang istri yang cantik teman satu daerah denganku sebut saja mbak Lia”, dia pintar dan cerdas, meskipun dia seorang muslimah yang memakai kerudung, tapi tulisannya mengenai hak asasi wanita muslim sangat bagus dan menarik, sehingga diapun diminta untuk mengajar di beberapa sekolah Teologi di Amerika Serikat. Waktu empat tahun yang lalu saya main kerumah mbak Lia, kebetulan rumah barunya dekat dengan tempatku mengajar, menurut ceritanya pak Hasyim ini kurang menghargai hasil karya dari mbak Lia, ketika mbak Lia mendapat penghasilan dari mengajar diluar negeri, maka dibelinya rumah dan mobil yang cukup bagus, melebihi rumah dan mobil yang dibeli dari penghasilan pak Hasyim, Entah apa sebabnya, karena tanpa alasan yang jelas, pak Hasyim tidak mau naik mobil ataupun menginap dirumah hasil keringat mbak Lia ini. Sambil menangis mbak Lia menceritakan betapa suaminya ini selain tidak menghargainya juga tidak pernah romantis dan tidak bisa membuatnya bahagia, tidak seperti pacarnya(ternyata dia punya Pil) yang selalu menggairahkannya. Karena dia lebih tua dari saya, maka saya tidak punya keberanian untuk menegurnya, jadi saya cuma bisa bilang, kenapa mbak Lia nggak mau merayu pak Hasyim duluan, kan dia suami mbak yang sah ketimbang pacarnya yang suami orang. Dia pun menjawab “gimana-gimana aku ini kan istri, ya dia dong sebagai suami yang harusnya lebih aktif, lagipula libido ku sama dia(pak Hasyim) sudah mati”. Dalam hatiku menggerutu untuk apa menulis tentang hak asasi kalau masih meminta diperlakukan secara istimewa.
Padahal dari cerita pak Hasyim yang terkesan sangat bangga terhadap istrinya, bahkan pernah mengejekku, “kamu ini opo ES” ngomong Inggris saja pake aksen ndeso, kayak Lia itu lho cas..cis...cus seperti bule beneran”. Kujawab saja “ ya jelas wong bojo dewe yo disanjung-sanjung, nek aku ndeso mestine yo podo karo sing ngelokno(ngomong).
Sejak itu saya tidak pernah ketemu lagi sampai dengar kabar dari kenalan baru yang sama-sama di bus itu.
Yang saya tidak habis mengerti kenapa orang yang suka menyemangati orang lain untuk maju, saat punya masalah sendiri tidak bisa mengatasi. Padahal secara materi dia berkecukupan, kegiatan dalam pekerjaanpun masih ada, anak-anaknya sudah besar-besar bahkan sudah pada menikah dan punya kehidupan yang mapan, terlebih lagi sudah punya beberapa cucu yang manis-manis. Soal keimanan, mereka sangat taat, istilahnya tidak pernah absen untuk sholat, bahkan mereka berasal dari keluarga pesantren yang sangat memahami ajaran agamanya.
Ada temanku yang lain pasangan suami istri anggota paduan suara dimana aku termasuk didalamnya, suaminya(sebut saja George) kerja diperminyakan dengan gaji waktu itu 22 juta sebulan dan istrinya diberi 10 jt perbulan untuk biaya kehidupan rumah tangga dan anak-anaknya, George juga membeli rumah dan mobil yang bagus untuk anak istrinya sebulan sekali dia pulang untuk bertemu keluarganya. Sampai suatu hari tiba-tiba saja saya mendengar kabar kalau si George ini mau bunuh diri karena ulah istrinya, Istrinya berhutang kemana-mana, karena tidak bisa membayar hutang maka rumah dan mobilnya pun digadaikan bahkan disita. Uang sekolah anak-anaknya belum dibayar, bahkan anak-anaknya pada ketinggalan pelajaran disekolah. Tapi karena teman-teman yang mendampingi banyak mensupport dan menasehati maka si George tidak jadi bunuh diri, karena malu mereka sekarang pindah ke kota lain. Terakhir saya mendengar kabar kalau gaji George sekarang sudah 70 juta dan diangkat sebagai pimpinan, tetapi keuangan untuk istrinya betul-betul diperhatikannya dengan extra hati-hati. Banyak orang mengatakan kenapa si George ini bodoh banget sebagai pria ganteng punya kedudukan dan uang tetapi punya istri nggak cakep luar dalam saja kok masih dipertahankan. Biasanya orang kalau bunuh diri itu karena tekanan ekonomi, patah hati, atau orang yang kurang mendalami ajaran agamanya. Seberat apakah masalahnya sehingga cukup layak digantikan dengan nyawa? Sungguh tragis”
Padahal kalau kita mau menyadari bahwa kita ini cuma manusia ciptaan Tuhan, tentunya saat kita diciptakan ada maksud tertentu yang harus dipahami, untuk itulah kita hidup yaitu mencari tahu untuk apa Tuhan menciptakan kita? Masak selama kita hidup didunia ini tidak bisa menemukan jawabannya, jawaban itu ada ditulis di Alkitab dengan jelas. Ketika Adam dan Hawa diciptakan sebagai pasangan serasi dan sangat sempurna agar bisa saling menjadi penolong yang sepadan, tetapi karena mereka melanggar perintah Tuhan dan berbuat dosa, maka pasangan berikutnya tidak ada lagi yang cukup serasi dan sempurna.
Ketika kemudian kita diperhadapkan bahwa pasangan kita ternyata tidak seperti yang kita harapkan, padahal kita sudah memilih dengan hati-hati dan super teliti apa yang harus kita lakukan? Saling menyalahkan, memaksakan keinginan masing-masing, mencari kesenangan sendiri-sendiri atau berusaha semaksimal mungkin untuk menerima kelemahan, kekurangan dan kelebihan dari pasangan kita dengan bersepakat untuk menciptakan suasana yang mendekati harapan.
Atau memilih hidup sendiri saja supaya tidak bermasalah dengan pasangan, kalau yang ini namanya menyalahi kodratnya sebagai manusia yang diciptakan untuk berpasangan, kecuali memang memilih untuk hidup selibat itu terserah.
Bagi kita orang percaya selalu diingatkan untuk senantiasa menyukuri segala sesuatu, artinya dalam suka atau duka biarlah kita terus mengucap syukur kepada Tuhan atas kesempatan yang diberikan kepada kita untuk memperbaiki sikap hidup kita sehingga semakin layak dihadapan Tuhan, dengan adanya pasangan kita bisa saling bahu-membahu untuk bisa meneladani karakter Tuhan Yesus sebagai ciptaan yang sempurna.
Jadi tidak ada satupun alasan yang bisa menyebabkan kita untuk tidak lagi menghargai karunia pemberian Tuhan atas kehidupan didunia ini, apalagi sampai berani mengakhiri dengan sekehendak hati.
Ya Tuhan yang pemurah dan penuh belas kasihan, tolonglah agar jangan ada satupun penghuni maupun pengunjung pasar yang pernah mampir kesini mempunyai keberanian untuk melakukan tindakan nekat mengakhiri kehidupan nya didunia ini dengan seenaknya sendiri, jika kami harus mati biarlah itu seturut dengan kehendakmu saja. “Amin”
Salam”
- esti's blog
- Login to post comments
- 4907 reads
@esti: rumit...
Rumit memang situasinya ya mbak?...
Umur saya belum seberapa, dan pengalaman berumahtangga saya pun belum seberapa. Namun untuk kasus alm. pak Hasyim (dukacita saya untuk keluarga yang berduka), mungkin bisa dipahami dari sudut ego chauvinisme pria, dan kepenerimaan seseorang akan pasangan hidupnya....
Jujur saja mbak. Dulu istri saya juga lulus duluan dibanding saya. Tidak munafik, ada semacam rasa minder juga dalam hati saya. Saya jadi sering melakukan hal-hal seperti yang alm. pak Hasyim lakukan tersebut. Namun karena akal sehat saya lebih mengemuka (keberhasilan dia adalah keberhasilan saya, dan keberhasilan saya adalah keberhasilan dia juga), akhirnya hal itu menguap dengan sendirinya. Malah istri sempat saya ajak supaya mengambil S2, tapi dia yang tidak mau.Tapi memang ada juga yang agak tinggi kadar chauvinismenya, yang agaknya ada pada pribadi almarhum bpk. Hasyim. Namun tentang itu saya tidak bisa bicara apa-apa mbak, karena itu sudah karakter orang, dan tinggal tergantung pada kepenerimaan pasangan hidupnya saja....
Ada seorang pendeta di sekolah saya dulu berkata begini, kalau kita menikahi seseorang, kita tidak cuma menikahi sisi baiknya (cantik, ganteng, atletis, bahenol, dan lain-lain), tapi juga judesnya, cerewetnya, cueknya, ngoroknya, ngowohnya (he..he..), semuanya. Jadi kembali kepada alm. pak Hasyim dan mbak Lianya sajalah, semasa mereka masih bersama. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu, bagaimana sesungguhnya kepenerimaan mereka satu sama lainnya dahulu....
Tentang karakter beliau sebagai pembangkit semangat? Hehe, jangan salah mbak. Justru saya perhatikan orang-orang dari profesi/jabatan seperti itu (formal ataupun tidak) yang biasanya suka mengingkari kemanusiaannya. Mungkin karena terbawa stigma dirinya sebagai seorang pembangkit semangat, ditambah dengan semangat chauvinismenya, beliau malah merasa malu untuk menampilkan sisi rapuhnya sebagai seorang manusia biasa. Dan karena beliau tidak bisa melawan itu semua, sangat boleh jadi, beliau lalu mengambil langkah tragis seperti itu....
Kalau mengenai pak George sepertinya masalahnya agak lain ya mbak? JIka saya cermati (cmiiw) tampaknya keinginan beliau untuk bunuh diri disebabkan oleh tekanan ekonomi. Memang betul mbak, tidak benar menyelesaikan masalah ekonomi dengan cara seperti itu. Namun saya mengerti perasaan beliau. Walau ceritanya berbeda, saya pernah mengalami bagaimana sesaknya tekanan batin dikejar-kejar hutang, apalagi hutang yang bukan karena ulah kita sendiri. Marah. Sedih. Putus asa. Semua bercampur jadi satu....
"..Tetapi punya istri nggak cakep luar dalam.."
Wah, wah, omong-omong dari mana nih mbak esti bisa ambil kesimpulan seperti itu, he..he..he..
Kalau bagi saya (ini pandangan pribadi lho mbak, ), semua wanita itu cantik. Tidak ada wanita yang tidak cantik. Yang ada cuma wanita yang tidak menyadari apa dan di mana letak kecantikannya itu berada. Saya dengan mantan pacar tidak jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi lambat-laun akhirnya saya "menangkap" kecantikannya itu, dan jatuh cinta padanya. Saya juga yakin kalau mbak esti cantik. Mbak mau tahu dari mana saya yakin? Dari kasih dan kepedulian mbak terhadap sahabat-sahabat mbak esti, bahkan yang sudah tiada, seperti dalam cerita mbak ini. Bagi saya itu adalah salah satu kecantikan yang luar biasa dari seorang wanita....
Salam dan simpati saya untuk keluarga Pak Hasyim/Mbak Lia dan Pak George/Istri ya mbak?
Shalom!
(...shema'an qoli, adonai...)
(...shema'an qoli, adonai...)
@Kang Ebed, ..standart ego chauvinisme"
Allow Kang Ebed……”
Membaca komentar anda tentang kematian tragis, sepertinya malah merupakan penjelasan mengenai sebab musabab dari peristiwa yang dialami oleh teman-temanku tadi, sejujurnya saya sendiri juga kurang bisa memahami ego chauvinisme para pria, ternyata itu cukup mempengaruhi para pria untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai bapak rumah tangga yang baik.
Kalau begitu apabila dicermati secara lebih dalam terkadang penampilan luar itu ada kemungkinan hanya merupakan kamuflase untuk menutupi sisi rapuh seseorang yo kang? Waah …. Bisa gawat dong.
Untuk bisa menilai kadar chauvinisme seseorang apa ada standartnya ya?
Jangan-jangan perselingkuhan itupun terjadi sebagai akibat ego chauvinisme para pria, opo memang bakat ya?
Bagaimana ya seorang istri harus bersikap supaya jangan sampai menggeser e.c. suami, syukur-syukur bisa mengangkatnya lebih tinggi…
Kalau kita bisa mengetahui gejala-gejala seseorang itu menderita e.c syndrome, setidaknyakan bisa mengantisipasi terjadinya hal-hal yang lebih fatal.
Mengenai istri George sebenarnya bukan ike yang bilang kalau istrinya tidak cantik, tapi itu gerutuan teman-teman ku yang lain yang juga teman si George, kebetulan suami temanku yang lain itu satu kerjaan dengan George. Menurutnya George ini baik, bertanggung jawab dan sangat setia kepada istrinya seperti yang saya kenal selama ini. Sedangkan istrinya berbanding terbalik dengan sikap suaminya, selain suka ngutang juga punya hobi untuk berjudi.
Kang Ebed ini masih muda tapi bukan main lho punya pengalaman yang bisa dijadikan contoh bagaimana cara mengatasi permasalahan yang cukup membuat orang pusing tujuh keliling.
Baiklah kang, terima kasih komentar atau penjelasannya, Tuhan Yesus Memberkati anda dan keluarga.
Salam”
@esti: aduhh..
Aduhhh,..saya jangan dibilang berpengalaman mbak, hehe...
Beban saya juga tidak terlalu berat kok, dibanding dengan yang lain-lain. Lha istri saya itu dulunya kakak senior saya di kampus kok, jadi masih wajar kalau saya lulus belakangan...
Omong-omong selamat Hari Kartini untuk mbak Esti dan kekasih-kekasih lainnya di SS...
Semoga di masa depan wanita Indonesia bisa lebih maju...
Shalom!
(...shema'an qoli, adonai...)
(...shema'an qoli, adonai...)