Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
KEADILAN TUHANKAH?
Saya membaca kisah ini di sebuah buku yang baru diterbitkan tahun 2007 ini. Saya tidak tahu, apa yang harus saya lakukan pada pengkotbah yang mengajarkan hal ini melalui mimbar-mibar gereja dan melalui buku-bukunya.
Memang pada zaman dulu sekali, bumi yang indah (diwakili oleh Taman Eden) pernah diberikan kepada Adam dan Hawa untuk dikelola. Tetapi manusia diperdaya oleh Iblis. Akibatnya bukan hanya harta benda mereka, tetapi nyawa mereka pun tergadai kepada setan. Tergadai kepada setan artinya milik TUHAN yang dikuasai sementara setan sebelum ditebus.
Tapi celakanya, tidak ada yang sanggup menebus manusia dari tangan setan. Bunganya mahal! Yang bisa menebusnya hanyalah darah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Itulah mengapa dikatakan Yesus menebus dosa manusia. Sebetulnya, pengertian dari kalimat ini bisa menimbulkan penafsiran yang lucu. Masa' dosa yang ditebus? Keenakan dosanya dong. Semestinya pengertian yang benar dari kalimat populer itu adalah Yesus menebus manusia dari tangan Iblis dengan jalan menanggung semua dosa-dosa manusia.
Setelah Yesus menebus manusia, maka semua langit dan bumi kembali menjadi milik manusia yang diwakili oleh Yesus. Kali ini Tuhan tidak mau lagi menyerahkan langit dan bumi kepada siapapun, nanti kecolongan lagi, repot.
Atau bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat (roh jahat) dan merampas harta bendanya (tubuh, jiwa, dan roh orang yang dirasuki) apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia merampok rumah itu (pelayanan pelepasan). Matius 12:29
Sang Pencipta, Sang Tuhan (Tuan), Sang Pemilik harus merampok miliknya sendiri dari ciptaanNya (iblis) yang telah dibuang dan dihukum. Sungguh tidak masuk akal dan menjungkir balikan logika.
Karena saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan, maka saya hanya dapat menceritakan kisah saya sendiri. Anda ingin mengetahui kisah saya? Klik di sini.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
- hai hai's blog
- 7214 reads
Kekacauan Bahasa
"... Yesus menebus dosa manusia."
Saya melihat, bagi sebagian orang Kristen, aspek bahasa menjadi salah satu titik lemah. Bagi jemaat awam, seperti saya ini, mestinya patut dimaklumi. Tapi kalau seorang hamba Tuhan, penginjil, pendeta, guru agama justru memiliki struktur bahasa yang kacau, jangan ditanya ajaran yang disampaikannya.
Saya setuju dengan Sdr. hai hai. Bukan dosa yang ditebus, melainkan manusia yang ditebus. Di sini saya melihat adanya elipsis, yang dalam ilmu linguistik dapat disebut pelesapan unsur, baik berupa kata, frasa, maupun kalimat.
Asumsinya, Roh Kudus akan berkarya untuk membuat jemaat awam, seperti saya ini, paham unsur yang lesap itu. Tenang saja, Tuhan pasti akan membuat diri kita paham.
"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
kekacauan membaca
Bung Indonesia-saram, pengkotbah tersebut yang mengatakan Yesus menebus manusia, bukan menebus dosa. Anda akan mengerti maksud saya, setelah anda membaca kisah saya yang berjudul. Hai menuntut keadilan.
"Karena di kerajaan surga, anak-anaklah yang terbesar"
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Dosa dan Manusia
"Saya setuju dengan Sdr. hai hai. Bukan dosa yang ditebus, melainkan manusia yang ditebus. Di sini saya melihat adanya elipsis, yang dalam ilmu linguistik dapat disebut pelesapan unsur, baik berupa kata, frasa, maupun kalimat. "
Ah, saya keliru. Ternyata nasihat agar jangan gampang memberi komentar itu harus dipegang teguh. Saya tambahkan, "Jangan memberi komentar ketika Anda mengantuk!" (Kebiasaan saya kalau sudah mulai mengantuk adalah melihat-lihat SABDA Space.)
Bagaimanapun juga, saya harus memikirkan ulang antara menebus dosa dengan menebus manusia.
Apakah dosa yang ditebus? Ataukah manusianya yang ditebus? Bila dosa yang ditebus, tidakkah dosa yang akan menjadi "milik" Tuhan? Kalau memang demikian, tentulah menebus manusia menjadi bentuk yang benar.
Sementara kalau memikirkan lagi kalimat Sdr. hai hai berikut ini,
Sang Pencipta, Sang Tuhan (Tuan), Sang Pemilik harus merampok miliknya sendiri dari ciptaanNya (iblis) yang telah dibuang dan dihukum. Sungguh tidka msuk akal dan menjungkir balikan logika.
memang tidak ada alasan yang bisa menolak fakta bahwa sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang diambil dari Tuhan. Kita mengakui bahwa Allah kita adalah Pemilik segala sesuatunya. Dengan demikian, Iblis sekalipun berada di bawah kaki-Nya, di bawah kuasa-Nya, milik-Nya pula. Sehingga manusia yang disebut-sebut "direbut" Iblis, sesungguhnya masih merupakan milik Tuhan.
(Saya masih berutang masalah menebus manusia dan menebus dosa.)
"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
ditebus dari ...
Bung hai hai,
Rupanya ini to, buku yang Anda bawa-bawa ketika kita ketemuan di Plaza Semanggi waktu itu. Anda sudah selesai membacanya ya?
Yang menjadi masalah saya rasa memang bukan siapa/apa yang ditebus. Pasti manusia, buat apa dosa ditebus.
Tapi persoalannya: manusia itu ditebus DARI siapa/apa? Menurut saya penulis buku itu salah kalau mengatakan manusia ditebus dari tangan Iblis. Dan ini bukan sekadar masalah bahasa.
coba anda berdoa...
Istilah Penebusan
Menurut saya, penebusan itu tidak berarti manusia tergadai kepada iblis sehingga Tuhan harus membayar kepada iblis untuk mengklaim kepemilikannya atas manusia, bumi dan segala isinya.
Natur manusia adalah makhluk berdosa. Tuhan adalah suci. Tuhan ingin "bersatu" dengan manusia, tapi Tuhan tidak dapat bersatu dengan dosa. Manusia harus dibuat menjadi suci, tapi karena manusia bukan Tuhan, maka Tuhanlah yang harus melakukan penyucian itu (melalui kematian Yesus di kayu salib). Sebab, seperti apa pun usaha manusia untuk menyucikan dirinya, tidak akan pernah bisa menjadi suci seperti Tuhan. Inilah yang sering disalahmengerti oleh manusia sebagai penebusan.