Ada seorang petani yang setiap hari menjual hasil pertanian ke pasar. Untuk mencapai pasar, dia harus melintasi gunung atau mengambil jalan memutar yang cukup jauh. Maka muncul tekadnya untuk membuat terowongan di gunung itu sehingga ada jalan pintas. Dia pun menancapkan gancu ke bebatuan dan memulai proyek-proyek besarnya itu.
Melihat itu, para tetangga menertawakan upaya yang mereka anggap konyol. Namun sang petani tetap bergeming. Dia tetap melobangi punggung gunung itu.
***
"Dasar Jarkoni!" Ini bukan umpatan yang sedang ditujukan kepada orang bernama Jarkoni. Jarkoni adalah sebuah akronim bahasa Jawa, yaitu "Iso ujar, ning ora iso ngelakoni." Artinya, "bisa berbicara, tetapi tidak bisa melakukan." Dalam bahasa gaul bisa juga disebut NATO=Not Action, Talk Only.
Menghadapi orang-orang yang bertipe ini jarkoni sungguh menyebalkan karena dia selalu bisa melihat sisi gelap dari sebuah rencana. Ibarat petinju, dia tahu bagian tubuh lawan yang tidak terlindung untuk kemudian ditohok dengan pukulan yang mematikan.
Dia selalu menggunakan nilai-nilai ideal sebagai patokan untuk menilai sesuatu. Komentar-komentar yang dilontarkan memang cerdas dan kadang tajam. Setiap sanggahan atas komentarnya dapat ditanggapi dengan baik. Dia mampu membangun argumentasi yang logis dan meyakinkan. Pada waktu tertentu, dia menyisipkan kalimat, "Aku memberikan tanggapan seperti ini demi kebaikanmu lho"; "Izinkan aku memberikan masukan dari sudut pandang berbeda"; "Jangan marah ya. Aku Cuma memberi saran tulus lho. Aku tidak punya kepentingan apa-apa."
Kelihatannya dia memberi motivasi yang tulus, sehingga kadang-kadang kita mengangkat dia sebagai penasihat "tidak resmi." Namun yang kurang disadari, bahwa komentar-komentar orang yang bertipe jarkoni ini kadang melemahkan semangat. Dia enggan melihat sisi positif dan pencapaian yang telah kita dapatkan. Dia memberikan komentar miring justru punya maksud supaya orang yang punya rencana itu menjadi ragu-ragu dan mengurungkan niatnya.
Ketika para senior kami merintis gerakan lembaga perlindungan konsumen, banyak orang yang memandang mereka sebelah mata. Saat itu, rezim Orde Baru sedang berkuasa secara jaya-jaya. Dengan ideologi pembangunan, Soeharto menempatkan pertumbuhan ekonomi sebagai panglima yang dijaga dengan kekuatan senjata. Setiap upaya untuk menghambat laju roda pertumbuhan ekonomi, maka akan dihadapi oleh centeng-centeng Orde Baru. Meski tidak pernah mengalami intimidasi secara fisik, tetapi kami mengalami berbagai hambatan yang kadang membuat patah semangat. Banyak orang yang memandang sinis gerakan yang kami rintis. Banyak orang yang memandang sebelah mata ketika kami melakukan upaya advokasi. Tidak sedikit para tokoh dan pejabat yang memberi nasihat: "Sudahlah, berkompromi sedikitlah"; "Sia-sia saja kalian melakukan itu. Kalian akan membentur tembok tebal."
***
Meski mendapat cemoohan dari kiri-kanan, petani itu tetap menggali terowongan selepas menggarap ladang. Dia tidak memedulikan omongan dan bisik-bisik dari tetangga. Justru para tetangga yang tidak tahan melihat usahanya. Mereka lalu beramai-ramai mendatangi sang petani di depan punggung gunung yang mulai berlubang.
"Ayolah, hentikan usaha konyolmu itu!" kata para tetangga gemas, "Lihatlah seberapa besar gunung itu. Sampai mati pun, kamu tidak akan mampu menembus gunung itu."
Sang petani berhenti mengayunkan gancunya. Wajahnya kemerah-merahan terbakar matahari. Tubuhnya basah oleh keringat.
"Kalau saya mati, maka ada anak-anak saya yang akan meneruskan usaha ini," kata petani dengan suara mantap, "Lihatlah gunung ini. Sejak zaman nenek moyang kita sampai zaman sekarang gunung itu toh tidak akan pergi kemana-mana."
***
Kalau membaca kitab Perjanjian Lama, kita akan mendapati bahwa kadang-kadang Allah memberi perintah yang konyol. Bagaimana tidak konyol kalau Nuh diperintahkan membuat perahu besar di tengah daratan! Bagaimana tidak konyol kalau Abraham diwajibkan membunuh anak satu-satunya! Bagaimana tidak konyol kalau Elia diharuskan membantai dan menyembelih 450 nabi Baal! Bagaimana tidak konyol kalau Hosea mesti menikahi perempuan pelacur!
Akan tetapi, Alkitab mencatat bahwa mereka taat pada panggilan itu meski risikonya mendapat cemoohan dari orang lain.
Sumber foto: http://www.tanimerdeka.com
__________________
------------
Communicating good news in good ways
@Wawan.. berhasil nggak?
Kelihatannya dia memberi motivasi yang tulus, sehingga kadang-kadang kita mengangkat dia sebagai penasihat "tidak resmi." Namun yang kurang disadari, bahwa komentar-komentar orang yang bertipe jarkoni ini kadang melemahkan semangat. Dia enggan melihat sisi positif dan pencapaian yang telah kita dapatkan.
Jadi ingta para sohib-nya Ayub, kelihatannya baik dan benar, tapi tidak "berkenan".. kayak jarkonikah?
btw.. Wawan, akhirnya pak Tani berhasil nggak nembus perut gunung??
Nasihat yang berbisa
Betul cik Joli. Teman-teman Ayub ini kelihatannya peduli, tapi nasihat mereka justru berbisa.
Tidak soal apakah pak Tani itu berhasil atau tidak. Yang penting adalah ada orang yang tergerak untuk memulai melakukan sesuatu. Seandainya dia tidak berhasil, toh ada anak-cucunya yang akan melanjutkannya.
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”
Wawan
------------
Communicating good news in good ways
duh, kena deh...
Pesan yang sangat pas untuk saya pribadi hari ini, belajar untuk tidak menunjuk orang lain, tapi introspeksi diri sendiri.
Terima kasih Wan (maksudnya "Kawan", tapi bisa juga berarti Wawan, toh saya lebih tua sedikit :p)
Sama-sama Dan
Sama-sama, Dan (Maksudnya "Komandan", bukan Daniel. Dia akan lebih senior )
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”
Wawan
------------
Communicating good news in good ways
@ pak wawan
nambah aja, ada satu lagi istilahnya: Gajah diblangkoni, iso khotbah ning ora iso nglakoni
but the one who endure to the end, he shall be saved.....
but the one who endure to the end, he shall be saved.....
@AES: Yap betul
Yap betul. Terimakasih AES untuk tambahan informasinya
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”
Wawan
------------
Communicating good news in good ways