Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Irresistible Grace
Panggilan adalah permulaan dari proses penerimaan dr anugerah (Roma 8:30). Jesus berbicara tentang panggilan ini dengan perumpamaan tentang seorang penabur (Matius 13:1-9). Perumpamaan ini menggambarkan satu panggilan yang sama (misalnya dengan pemberitaan Firman Tuhan), dengan 4 hasil yang berbeda. Definisi panggilan dalam hal ini adalah undangan dari Allah bagi semua orang berdosa untuk menerima anugerahNya, baik sebagai orang Yahudi atau orang kafir (Roma 9:24). Tanpa panggilan ini kita tidak akan dapat selamat. Tetapi Alkitab juga mengajarkan bahwa tidak semua orang (predestinasi) akan menerima anugerah Tuhan (Roma 9:15-18, Matius 22:14).
1. Bisakah kita menggunakan doktrin predestinasi ini sebagai alasan untuk ‘pilih-pilih’ dalam berkhotbah (panggilan pertobatan hanyalah diperuntukkan bagi umat pilihan Allah)? Bagaimanakah kita dapat melihat kedua pandangan ini, panggilan untuk semua orang dan predestinasi, dalam relasi yang benar? (Baca ayat-ayat diatas)
Ketika seorang hamba Tuhan menggunakan predestinasi sebagai bayang-bayang di dalam khotbah panggilan pertobatannya, khotbah tersebut tidak dapat lagi disebut sebagai panggilan. Maka tidak ada lagi kesempatan untuk memanggil orang yang mendengar untuk benar-benar bertobat dan menerima anugerah Kristus. Jadi panggilan pertobatan itu harus diperdengarkan kepada semua orang (orang-orang terpanggil), dan orang-orang pilihan adalah sebagian dari orang-orang dipanggil tersebut (Mat 22:14). Predestinasi bisa dipandang sebagai penjelasan bahwa hanya ada sedikit saja orang-orang yang telah mendengar dan menjawab panggilan pertobatan, tetapi jangan dipandang sebagai lingkaran target kepada siapa kita hanya mau memberitakan Injil. Hal ini tentu saja bertentangan dengan Firman Tuhan.
Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi orang Kristen untuk memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya (1 Kor 9:16). Kalau tidak, bagaimanakah orang-orang pilihan dapat mendengar Kabar Baik tersebut? Jika kita sudah diselamatkan, kita pun harus berusaha untuk memberitakan keselamatan ini kepada orang-orang lain, dan tidak hanya enak-enakan saja dengan status kita sebagai anak-anak Allah.
Ketika suara Tuhan menembus hati kita, terjadilah hal-hal yang luar biasa. Dalam Alkitab, ini disebut sebagai lahir baru (Yohanes 3:1-8, Titus 3:5, 1 Petrus 1:23). Lahir baru adalah pekerjaan Tuhan, dimana kita tidak berbuat apa-apa. Proses ini adalah buah dari panggilan Tuhan: dilahirkan kembali dari benih yang tidak fana. Di samping arti lahir baru untuk permulaan dari hidup di dalam Kristus, istilah ini dapat juga dipakai untuk proses pembaharuan yang terus menerus setelah di dalam hidup kita yang baru (2 Korintus 4:16). Kita dapat membedakan antara dilahirkan kembali ke dalam iman, dan dilahirkan kembali dengan iman.
Dalam proses lahir baru tersebut Roh Kudus menanamkan di hati kita iman yang benar. Iman ini yang memulihkan hubungan kita sebagai orang berdosa dengan Allah dengan perantaraan Kristus. Tidak sedikitpun manusia diberi kredit dalam proses lahir baru, karena iman hanyalah karunia Tuhan (Efesus 2:8). Biarpun demikian, penting juga bahwa kita menyelidiki bagaimanakah iman yang membenarkan itu. Banyak orang berkata dan yakin bahwa ’mereka percaya’. Tetapi mereka tidak pernah ke gereja, tidak pernah membaca Alkitab, karena manusia tidak senang kalau disebut orang kafir.
2. Apakah cukup untuk hanya berkata bahwa ‘kita percaya kepada Tuhan’? Sudahkah aku mempunyai iman yang benar? Bagaimanakah anda dapat menjelaskannya kepada tetangga yang tidak mau datang ke gereja? Kepada sesama jemaat? (Bacalah Matius 13:1-9, Matius 13:18-23 dan Matius 7:24-29)
Jika sejumlah orang berkata: “Tetapi kami percaya…”, maka Yakobus berkata: “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar” (Yak 2:19). Maksud Yakobus adalah setan pun juga percaya, bahkan gemetar, sedangkan banyak orang gereja menganggap pengetahuan bahwa Tuhan adalah Allah yang hidup sebagai angin yang berlalu. Hal ini dapat dilihat dari tindakan mereka yang sama sekali tidak mencerminkan iman kepada Allah. Mereka tidak takut akan keadilan Tuhan dan tidak tertarik dengan belas kasihan Tuhan. Hal ini adalah sebagai agama atau kepercayaan saja, dimana tidak ada relasi pribadi antara diri mereka dengan Kristus.
Iman berarti ”kepercayaan akan kebenaran suatu hal” (Van Dale). Iman yang sejati ditentukan dengan apa yang kita percayai. Iman bukanlah suatu perasaan yang hangat atau aman, atau suatu harapan yang buta. Iman yang sejati diwahyukan di dalam Firman Tuhan, yaitu didalam Yesus Kristus sebagai obyek iman (Yoh 3:16). Alkitab memberikan kita pedoman untuk memiliki iman yang benar:
- Kita harus mengaku dosa-dosa kita (Luk 13:3)
- Kita harus percaya bahwa Yesus mati dan bangkit untuk menebus dosa-dosa kita (1 Kor 15:3-4)
- Percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat pribadi dan Tuhan (Roma 10:9)
Langkah-langkah ini harus kita ambil dengan kesadaran penuh untuk menerima karunia keselamatan Tuhan, dan kita juga harus bersedia untuk menyerahkan hidup kita sepenuhNya kepada Dia.
3. Alkitab juga membahas tentang iman yang besar (Lukas 7:9), yang kecil (Matius 8:24-26, Matius 14:31) dan yang lemah (Markus 9:24). Kapankah kita dapat yakin bahwa iman kita adalah cukup untuk menyelamatkan? Apakah ini berarti bahwa iman bukan hal yang pasti, ada unsur kepastian dan keragu-raguan? Dan bagaimanakah iman kita dapat bertumbuh?
Sebuah ilustrasi: Seberapa banyak iman yang kita butuhkan untuk menyeberangi sebuah jembatan gantung diatas sebuah sungai? Pertama-tama kita tentunya akan mengamat-amati apakah jembatan itu kuat dan stabil. Jika kita dapat mengambil kesimpulan itu, maka kita baru akan menyeberang. Iman bekerja dengan prinsip-prinsip yang mirip dengan ilustrasi diatas. Pertama-tama, kita harus mengetahui prinsip-prinsip dasar akan Tuhan, manusia, dosa dan Kristus (Kisah 10:34-43, Roma 10:17). Sesudah kita tahu akan hal-hal tersebut, dan ketika dibutuhkan adanya jawaban, kita baru akan mengambil keputusan untuk percaya kepada Kristus sebagai satu-satunya harapan untuk pengampunan dan hidup yang kekal (Yoh 10:9, Kisah 20:21). Kristus berkata kepada murid-muridNya bahwa bahkan iman yang kecil pun dapat memindahkan gunung (Mat 17:20).
Calvin menentang keyakinan gereja Katolik bahwa iman dapat terdiri dari beberapa komposisi yang dapat ditambahi. Iman yang benar adalah keyakinan dan pengetahuan yang pasti akan kemurahan Tuhan kepada kita. Iman tidak menjadi hal yang pasti selang berjalannya waktu, tetapi adalah hal yang pasti dari awal mulanya, sejak kita mengaku percaya. Perlu diperhatikan bahwa kepastian yang Calvin maksud dalam hal ini menyangkut kwalitas dari iman. Jika kita berbicara mengenai orang-orang beriman, maka muncullah aspek kwantitas dari iman. Di dalam diri kita ada perjuangan terus menerus antara daging dan roh, selama kita masih hidup di dunia. Hati kita mempunyai kecenderungan untuk tidak percaya. Iman belum menguasai diri orang beriman seutuhnya. Jika Alkitab berbicara tentang iman yang kecil dari Petrus (Mat 14:31) dan murid-murid lainnya (Mat 8:24-26), maka tidak berarti bahwa mereka telah menerima iman yang kecil, tetapi bahwa mereka mempunyai pengharapan yang sedikit akan uluran tangan Tuhan Yesus, karena kekuatiran daging dan ketakutan mereka. Oleh sebab itu sangat diperlukan bahwa iman kita menjadi ’dewasa’. Dalam proses pertumbuhan ini diperlukan dua hal yang saling berinteraksi: pengajaran dan penerangan Roh Kudus. Semakin iman kita bertumbuh, pengetahuan kita akan Firman Allah pun bertambah banyak, dan semakin kita belajar akan FirmanNya, semakin iman kita bertumbuh. Kita tidak perlu sampai harus mengambil kuliah jurusan teologi, tetapi hal yang penting adalah bahwa pengetahuan kita tentang Firman Allah semakin bertambah banyak. Bagaimanakah kita dapat mempercayai apa yang kita tidak ketahui dan mengamini apa yang kita tidak kenal?
Dalam hidupnya, Martin Luther telah bergumul dengan pertanyaan: “Bagaimanakah aku dapat dibenarkan oleh Tuhan?” Akhirnya Roh Kudus membuka matanya setelah membaca dan lama bergumul dengan surat Paulus kepada jemaat di Roma (Roma 9 - 11). Bukan karena pekerjaan kita bahwa kita dibenarkan, melainkan hanya karena anugerah Tuhan (Efesus 2:8). Pertanyaan ini tetap aktual pada jaman sekarang, dan adalah salah satu alasan yang penting mengapa gereja protestan memisahkan diri dari gereja katolik. Tentang kesalahpahaman bahwa perbuatan kita juga diperlukan untuk keselamatan, kita akan mempelajari 2 perikop Alkitab.
4. Tampaknya Paulus (Roma 9:16, Roma 10:9-10, 13) punya pendapat berbeda dengan Yakobus (Yakobus 2:14-26) tentang hal ini. Siapakah yang benar? Bagaimanakah kita dapat melihat kedua aspek ini, anugerah dan perbuatan, dalam timbangan yang benar?
Ini adalah salah satu contoh dimana kita membaca Alkitab dengan tidak menghiraukan conteksnya. Ajaran Yakobus bahwa manusia dibenarkan karena perbuatannya (Yak 2:24), tidak bertentangan dengan ajaran Paulus. Lain soalnya jika Yakobus menulis bahwa manusia dibenarkan hanya oleh perbuatannya. Maksud Yakobus sebenarnya adalah bahwa iman yang sejati dengan sendirinya akan berbuah dengan perbuatan-perbuatan yang dapat dilihat. Bagaimana kita dapat mempraktekkan iman kita di dalam kehidupan sehari-hari dapat dibaca di Roma 12 - 16.
“We are justified by faith alone. But we are not justified by faith that is alone.”
--John Gerstner
-- Mas Bule • Pembahasan Kelompok Tumbuh Bersama --
- mas_bule's blog
- 5005 reads
Salut
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
Terjemahan