Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Impian Yang Menjadi Nyata

Kendrick Sumolang's picture

Impian yang Menjadi Nyata

Anda takut memiliki impian dan harapan? Rekan pelayanan saya – sepasang suami-isteri – Rivan dan Maria sudah mengalaminya. Berikut kisahnya:

Rivan dan Maria adalah sepasang hamba Tuhan yang setia melayani dan mengunjungi orang-orang yang terbaring di rumah sakit. Mereka juga melayani orang-orang jompo yang membutuhkan perhatian, doa dan konseling.

Mereka memulai pelayanan ini dengan berjalan kaki. Bahkan tidak jarang mereka berjalan dengan jarah tempuh yang jauh. Namun karena kegiatan apa pun hampir mereka lakukan bersama, maka berjalan kaki dengan menempuh jarak yang cukup jauh pun tidak merupakan beban bagi mereka.

Namun, karena permintaan untuk melayani dan mengunjungi “pasien” kian hari kian bertambah, mereka juga memiliki kerinduan agar bisa memiliki kendaraan sendiri. Agar waktu tempuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain dapat lebih cepat. Mereka pun berdoa untuk itu dan tetap setia melayani.

Suatu hari Rivan dan Maria mendoakan seorang ibu yang sedang sakit, “Tuhan, kami mohon Engkau menyembuhkan Ibu ini. Amin.” Ketika mereka hendak keluar dari pintu rumah keluarga tersebut, tiba-tiba tanpa mereka duga sang tuan rumah memberikan mereka sebuah sepeda yang sudah mereka doakan selama ini. Sebuah sepeda BMX second yang masih layak pakai. Betapa senangnya hati mereka karena Tuhan sudah menjawab doa mereka. Sambil terus mengucap syukur dan menyanyi, malam itu Rivan membonceng isterinya menuju perjalanan pulang. Kini – dengan bantuan sepeda tersebut – mereka bisa lebih cepat bertemu dengan orang-orang yang hendak didoakan dibanding waktu yang lalu.

Rivan dan Maria sudah terbiasa menempuh perjalanan dari rumah mereka di daerah Bekasi dan mengunjungi orang-orang yang sakit di daerah Depok dengan sepeda. Untuk menempuh perjalanan yang cukup jauh, biasanya mereka membawa bekal berupa sebotol air minum dan keripik singkong. Kalau merasa sudah cukup lelah, mereka akan berhenti sejenak sambil menikmati bekal yang dibawa di pinggir jalan, di bawah pohon yang rindang. “Kadang kami saling menyuapi keripik singkong itu ke mulut satu sama lain,” begitu pengakuan keduanya sambil tertawa lepas. Kalau sudah begini, segala kelelahan dan panas teriknya matahari di atas

kota

Jakarta

pun sirna sudah. Ganti bahagia dan sukacita yang tak ternilai.

 

Namun, lama-kelamaan sepeda BMX yang mereka gunakan pun terus mengalami penyusutan karena sering digunakan perjalanan yang jauh. Lagipula itu

kan

sepeda second.Tidak jarang ban-nya copot di tengah jalan,” ingat Maria waktu itu. Akhirnya kali ini mereka pun berdoa kepada supaya Tuhan memberikan sebuah sepeda motor. Karena dengan motor, jarak tempuh pun akan semakin dekat sehingga tidak banyak waktu yang dihabiskan di jalan.

 

Di tengah perjalanan pulang ke rumah – sementara dibonceng Rivan – Maria berkata dalam hatinya, “Enak kali ya kalau bisa makan buah dukuh.” Tetapi Maria tidak memberitahu Rivan perihal keinginannya untuk makan buah dukuh tersebut, karena mereka tidak punya uang – meskipun hanya untuk membeli buah dukuh yang hanya beberapa ribu rupiah saja – waktu itu.

Namun baru beberapa menit yang lalu Maria mengungkapkan kerinduannya di dalam hatinya, kali ini ganti Rivan yang berkata, “Ma, nanti kalau dapat uang lebih, kita beli durian ya. Papa sudah lama ingin makan dodol durian.”

 

 

Iya

,

Pa.

” jawab Maria singkat.

 

Hari sudah malam dan Rivan pun mengayuh sepeda dengan sedikit cepat supaya mereka segera sampai di rumah. Sepeda meluncur dengan cepat di jalan yang sedikit berbatu kerikil menuju rumah mereka. “Krek…krek,” bunyi kunci seraya Maria membuka pintu rumah. Sementara itu Rivan menuntun sepedanya masuk ke dalam. “Dump, krek… krek, “ bunyi pintu rumah itu ditutup.

Ketika mereka sedang santai sejenak setelah lelah seharian pelayanan. Tiba-tiba ada suara orang mengetuk pintu rumah mereka berkali-kali, “Tokh…tokh…tokh… permisi Pak Rivan! Malam, permisi Pak Rivan!!

 

 

Sebentar,” jawab suara dari dalam rumah. Kemudian Rivan pun segera menurunkan kakinya dari kursi sambil memakai sandal jepit dan bergegas membuka pintu depan.

“Maaf, Pak malam-malam mengganggu. Saya hanya ditugaskan pimpinan saya membawa ini kepada Bapak,” kata seorang pria setengah baya sambil menunjukkan barang bawaannya.

Saudara tahu apa itu?

Orang itu datang membawa sebuah sepeda motor, 2 kg buah dukuh dan 2 batang dodol durian.