Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
IKLAN TV MERUSAK POLA KONSUMSI ANAK
Tak banyak hal lain dalam kebudayaan kita yang mampu menandingi kemampuan televisi yang luar biasa untuk menyentuh anak-anak dan mempengaruhi cara berpikir serta perilaku mereka (Peggy Chairen, pendiri Action for Children Television).
Anak-anak bukanlah orang dewasa mini karena mereka belum mempunyai kematangan cara berpikir dan bertindak. Ia berada pada tahap sosialisasi dengan melakukan pencarian informasi di sekitarnya dalam rangka membentuk identitas diri dan kepribadiannya. Sumber informasi utama bagi anak adalah dari keluarga. Setelah itu, ia mengumpulkan informasi lainnya dari teman sebaya, sekolah, masyarakat dan media massa.
Pada keluarga modern sekarang ini ada kecenderungan semakin sedikitnya waktu untuk berinteraksi antara orang tua dan anak-anak karena kesibukan kerja. Sementara itu, semakin tingginya angka kriminalitas dan semrawutnya lalu lintas di perkotaan , meningkatkan kecemasan orang tua terhadap keselamatan anak-anaknya. Karena itu, mereka merasa lebih tenang bila anak mereka berdiam diri di rumah seusai sekolah. Perubahan sosial ini berarti menambah intensitas anak di dalam menonton televisi. Padahal kita ketahui, di luar acara keagamaan, tidak ada satupun acara TV swasta yang tidak diselingi penayangan iklan. Semakin bagus acara itu, semakin banyak pula iklannya. Hal ini tidak dapat dihindarkan karena sumber pembiayaan stasiun TV swasta adalah dari iklan saja. Setiap upaya pembuatan acara TV selalu dilandasi motif untuk menjual, menjual dan menjual. Sehingga seperti kata Milton Chen dalam bukunya Chlidren and Television, "acara TV komersial yang kita saksikan hanyalah umpan untuk mendekatkan kita dengan iklan".
Daya Tarik Emosional
Pada umumnya fungsi dari iklan adalah untuk memberi informasi dan melakukan persuasi. Tujuan dari pemberian informasi adalah untuk (a) memperkenalkan produk baru atau perubahan pada produk lama, (b) menginformasikan karakteristik suatu produk, dan ©. memberi informasi tentang harga dan ketersediannya. Sedangkan tujuan dari persuasi adalah untuk meyakinkan konsumen tentang manfaat (benefit) suatu produk, untuk mengajak konsumen agar membeli produk dan untuk mengurangi keragu-raguan setelah membeli atau mengkonsumsi produk.
Untuk mengkomunikasikan pesan-pesan itu, kalangan pengiklan bisa menggunakan daya tarik emosional yaitu dengan menyentuh rasa senang, gembira, kasihan, gengsi, takut sedih dll, atau daya tarik rasional dengan memberi informasi tentang kelebihan dan kekurangan suatu produk.
Untuk iklan yang ditujukan buat anak-anak, pengiklan lebih sering memakai daya tarik emosional karena didukung kenyataan bahwa 75 % keputusan manusia dilandasi oleh faktor emosi. Selain itu daya tarik emosi juga mempunyai keunggulan yaitu (a). lebih menarik perhatian anak (b). klaim pada iklan lebih gampang diingat dan, ©. dapat menjadi faktor diferensiasi dari produk sejenis yang jadi pesaingnya. Sebagai contoh, kebanyakan kandungan miultivitamin hampir sama, tapi merek multivitamin yang diiklankan oleh Joshua ternyata lebih laris manis. Karena itulah para pembuat iklan anak lebih senang menampilkan tokoh idola anak-anak-anak, membuat visualiasi yang menerbitkan selera memberikan hadiah (gimmick), atau memakai musik yang riang gembira daripada memberikan informasi yang obyektif. dan memadai.
Umumnya anak-anak belum mampu menapis informasi dari iklan yang dapat dipakai untuk membuat keputusan dalam membeli suatu produk. Hal ini ditunjukkan hasil penelitian LP2K (Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen) tahun 1995, bahwa 94,2 % responden anak-anak pernah membeli produk yang diiklankan TV karena tertarik pada bintang iklannya. Survei serupa oleh CERC (Consumer Education and Research Center) di India, mendapati 75 % anak-anak mengaku pernah meminta orang tua membelikan produk yang diiklankan TV. Mereka juga hapal siapa teman, tetangga atau saudaranya yang memakai produk yang sama.
Iklan Pangan
Di banyak negara, termasuk Indonesia, iklan yang paling sering muncul pada acara yang ditujukan untuk anak-anak adalah kateogri pangan. Kenyataan ini perlu dicermati secara kritis karena iklan bisa membentuk pola makan yang buruk pada masa anak-anak. Padahal makanan yang dikonsumsi pada masa anak-anak ini akan menjadi dasar bagi kondisi kesehatan di masa dewasa dan tua nanti.
Efek yang paling disoroti adalah munculnya gejala obesitas (kegemukan) yang dikaitkan dengan intensitas menonton TV. Semakin seringnya anak nongkrong di depan TV apalagi ditambahi dengan aktifitas ngemil, berarti semakin sedikit anak melakukan aktifitas fisik yang bisa membakar kalori menjadi energi. Kelebihan kalori ini kemudian disimpan menjadi lemak yang menyebabkan kegemukan. Jurnal Pediatrics terbitan Amerika Serikat menyebutkan bahwa setiap penambahan alokasi waktu menonton TV sebesar 1 jam akan meningkatkan kemungkinan obesitas sebesar 2 persen.
Penelitian LP2K juga menunjukkan bahwa waktu menonton anak di Semarang, rata-rata 4 jam/hari. Sedangkan penelitian Pratanthi Pudji Lestari (1996) di Bogor mendapati anak-anak yang obesitas menonton TV selama 4,65 jam/hari dan anak yang tidak obesitas 3,13 jam/hari. Padahal idealnya tidak lebih dari 2 jam/hari. Penelitian ini mendukung hasil penelitian di AS bahwa ada kecenderunbgan anak-anak meluangkan waktu untuk menonton TV lebih banyak daripada kegiatan apapun lainnya kecuali tidur.
Selain obesitas, persoalan lain yang perlu diperhatikan adalah kandungan zat-zat gizi dalam makanan yang digemari anak-anak. Pertama, kandungan garam. Garam mengandung unsur Natrium dan Sodium yang berfungsi sebagai elektrolit tubuh. Makanan yang kurang garam memang terasa hambar, namun kandungan garam yang berlebihan bisa menimbulkan ketidak-seimbangan elektrolit tubuh. Hal ini sangat riskan bagi penderita tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.
Menurut penelitian Puslitbang Gizi Bogor (1995), kandungan garam pada makananan jajanan hasil olahan pabrik lebih tinggi daripada hasil olahan rumah tangga. Biskuit yang rasanya manis, ternyata kandungan garamnya sangat tinggi (1.395,5 mg/100 gram makanan). Demikian juga dalam mie instant untuk berbagai merek dan rasa, apalagi dalam bumbunya, kandungan garamnya sangat tinggi. Setiap bungkus bumbu mie instant mengandung 3.448-4.940 mg. Kandungannya lebih tinggi lagi terdapat pada mie instant rasa pedas (tampaknya setiap penambahan rasa pedas perlu disertai penambahan rasa asin. ). Padahal angka kecukupan garam untuk anak-anak adalah 2.858 mg/hari.
Kedua, kandungan kolesterol. Kolesterol adalah unsur penting dalam lemak dari keluarga sterol. Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan pengapuran pembuluh darah yang menyumbat arteri koroner. Penyumbatan ini menyebabkan terganggunya suplai oksigen ke otak sehingga berresiko terkena serangan stroke.
Hasil penelitian terakhir menunjukan bahwa penyakit jantung koroner sebenarnya mulai timbul pada masa anak-anak. Studi di AS menunjukkan 25 dari 100 anak mempunyai tingkat kolesterol yang sudah mendekati batas aman. Penelitian lain menemukan bahwa pengapuran pembuluh darah terjadi justru pada usia 5-10 tahun. Pada remaja usia 18 tahun sudah ditemukan adanya garis lemak yang melapisi pembulunh darah koroner.
Lalu bagaimana kandungan lemak pada makanan? Hasil pengujian YLKI (1997) terhadap fast food menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara komposisi gizi produk yang dipasarkan di Indonesia dan di AS. Perbedaan yang paling mencolok adalah kandungan lemak yang lebih tinggi di Indonesia. Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 20 % dari total kecukupan energi. Hasil pengujian menunjukkan 1 porsi burger keju menyumbang lemak 26,4 % dari total kecukupan energi untuk anak, 1 porsi kentang goreng 42 % dan ayam goreng 41,7 %. Di sini terlihat bahwa sumbangan lemak dari fast food sangat tinggi. Padahal jumlah itu belum termasuk jika anak menambah porsi atau makanan lain yang dikonsumsi dalam satu hari itu.
Ketiga kandungan MSG (MonoSodium Glutamate).Banyak makanan jajanan anak (snack) dan mie isntant yang mengandung MSG. Fungsi MSG adalah sebagai penyedap rasa berupa rasa gurih. MSG sebenarnya tidak mempunyai nilai gizi, malah tidak ada manfaat sama sekali bagi tubuh manusia. Bahkan pemakaian yang berlebihan (di atas 120 mg/kg berat badan/hari) dapat membahayakan kesehatan. Akibat yang sudah diketahui adalah timbulnya Sindroma Restoran Cina. Gejalanya berupa rasa haus, mual, pegal-pegal pada tengkuk, sakit dada dan sesak napas yang timbul 20-30 menit setelah mengkonsumsi MSG yang berlebihan. Akibat lainnya adalah resiko penyakit kanker. Penelitian di Jepang menyimpulkan bahwa MSG jika dipanaskan pada suhu sangat tinggi bisa berubah menjadi karsinogenik (menyebabkan penyakit kanker). Tapi untuk hal ini masih ada silang pendapat para pakar.
Keempat, kandungan gula. Anak-anak sangat menyukai makanan yang manis-manis seperti permen, coklat, minuman ringan, sirup, kue dll. Gula adalah sumber kalori yang tinggi. Bila tidak dibakar, gula bisa berunbah menjadi lemak. Selain itu, gula juga bisa menyebabkan kerusakan gigi (karies) pada anak-anak.
Pengaturan Iklan
Mengingat adanya efek negatif dari iklan yang ditujukan pada anak-anak khususnya iklan makanan, sudah sepatutnya mulai dibuat peraturan periklanan untuk anak-anak. Sayangnya masalah iklan untuk anak-anak ini belum diatur secara spesifik dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen no 8/1999. Padahal di negara-negara maju yang "lebih kapitalistik" dari Indonesia, mereka sudah lama peduli pada nasib anak-anak dan mulai membatasi iklan pada acara TV anak-anak.
Negara Swedia dan Norwegia melarang iklan untuk anak di bawah 12 tahun dan sama sekali melarang iklan di acara TV untuk anak. Australia melarang iklan pada acara anak pra sekolah dan menetapkan iklan makanan tidak boleh memberikan penafsiran ganda. Negara Belgia melarang penayangan iklan 5 menit sebelum dan sesudah acara anak dan iklan permen harus mencantumkan gambar sikat gigi. Negara Denmark dan Finlandia melarang sponsorship di acara anak. Di Denmark iklan snack, minuman ringan dan coklat dilarang mengklaim sebagai pengganti makanan. Negara Inggris menentukan bahwa iklan tidak boleh mendorong konsumsi sesering mungkin. Sedangkan AS mewajibkan setiap iklan makanan harus mendorong agar anak menjadi sadar gizi.
Karena itulah, sudah saatnya bagi pihak-pihak yang peduli pada perlindungan anak-anak untuk segera melakukan tindakan untuk menghentikan eksploitasi kepentingan komersial terhadap anak-anak . Caranya adalah dengan mendesakkan pengaturan iklan anak-anak pada UU Penyiaran.***
------------
Communicating good news in good ways
- Purnawan Kristanto's blog
- 11056 reads
Kendalikan Anak-Anak Anda
Akibat yang sudah diketahui adalah timbulnya Sindroma Restoran Cina. Gejalanya berupa rasa haus, mual, pegal-pegal pada tengkuk, sakit dada dan sesak napas yang timbul 20-30 menit setelah mengkonsumsi MSG yang berlebihan.
Saya suka makan di rumah, karena bila makan di luar gejala tersebut di ataslah yang sering saya alami, itu sebabnya banyak restoran China masuk daftar hitam saya. Sesudah membayar mahal, kita diracuni pula.
Iklan memang sangat besar pengaruhnya bagi anak-anak dan Iklan produk makanan memang paling saya benci. Namun apa mau dikata? Hingga saat ini iklan-iklan tersebut masih berseliweran di televisi. Yang saya lakukan adalah menjelaskan kepada anak dan istri tentang makanan sehat dan makanan tidak sehat serta mengendalikan acara nonton TV anak saya.
Banyak orang tua yang mengendalikan acara nonton TV anaknya dengan remote control dan colokan listrik, menurut saya cara demikian tidak efektif dan tidak efisien. Saya menggunakan metode cerita, memberitahu dia acara-acara tv yang tidak baik dan akibatnya bila dia menonton acara-acara itu serta memacunya untuk melakukan hal lainnya yang lebih baik dibandingkan nonton televisi. Hasilnya sangat baik, dia tidak akan nonton Film Crayon Sinchan, karena tahu itu tidak baik buatnya, namun dia tahu, itu akan menjadi Film yang lucu bila dia menontonnya ketika dewasa nanti.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Pengaturan iklan
~ Goethe
------------
Communicating good news in good ways
benarkah pak purnawan k?
pak wawan sekedar bertanya,
apakah pak wawan pernah makan kfc?
apakah pak wawan pernah makan mie instan?
apakah pak wawan pernah minum teh botol/coca cola??
jika tidak pernah sekalipun maafkan saya telah bertanya.
jika pernah,nampaknya sekalipun iklan2 itu ditaidakan tetap saja tidak akan merubah keinginan anak bapak.
namun apakah bapak hanya sebal,ketika anak bapak nonton sinetron suci?
apakah bapak hanya sebal ketika PRT bapak menonton?
maafkan jika saya salah,hanya bertanya dan tebak2an.
satu lagi pertnyaan saya kenapa bapak menyalahkan iklan di tv??
kenapa bapak tidak menyalahkan PRT bapak/
atau MENYALAHKAN DIRI BAPAK SENDIRI, meninggalkan anak BAPAK bersama pembantu?
gbu.
gajah hitam tidak perlu dicari.
Maaf siburukrupa
~ Goethe
------------
Communicating good news in good ways
sering kali orang lupa mendidik,namun hanya mau mengoreksinya sa
pak wawan..
saya bisa mengambil kesimpulan seperti itu karena,jika bapak yang tidak pernah menonton ikalan/bapak hanya nonton bola dan berita metro tv saja memiliki keinginan,utk makan kfc,dll,apalagi anak anda yang kecil itu..
Saya dan istri sering keluar malam untuk pelayanan gereja. Mau tak mau, anak kami dititipkan pada PRT.
pelayanan gerja harus dua-duaan??
itulah sebab saya mengatakan ,ataukah bapak seharusnya mengoreksi diri.
kalau bapak tidak senang,prt nonton sinetron suci setelah selesai bekerja,apakah bapak pernah menegurnya??
kalau belum bapak janganlah,mencari-cari alasan lagi.
kalau sudah ya..prt bapak yang harus disalahkan meninggalkan anak bersama prt yang tidak berguna.maaf..
bapak sendiri belum memiliki filter yang kuat dalam menapis informasi dalam iklan.
buktinya,bapak masih juga makan makanan itu.
apalagi anak bapak yang masih kecil??
saya sudah punya anak,saya telah mendidik istri saya,dan saya mempercayakan istri saya mendidik anak saya,namun ketika mereka melakukan kesalahan barulah saya tegur,lalu saya didik lagi,dan saya pun gitu,saya menerima semua didikan termaksud dari istri,dan semua orang,dan saya mulai belajar mendidik keluarga kecil nan sederhana ku..
sering kali orang lupa mendidik,namun hanya mau mengoreksinya saja...
satu lagi pak,..
apakah saya berhak mengatur jadwal pelayanan bapak??
maaf pak bukan saya mau menggurui,saya tahu diri saya tidak lah lebih pintar dari bapak.semoga koment saya berkenan.
salam.
Kami masih hijau dalam berkeluarga
Wawan:
Anda dulu bertanya, apakah saya PERNAH makan KFC. Saya jawab 'pernah'. Meski hanya satu kali, itu sudah dapat dikatakan sudah 'pernah'. Yang belum Anda tahu, atas dorongan apa saya makan di sana. Apakah karena dorongan iklan atau sebab lain? Kebanyakan karena ditraktir. Kalau harus keluar uang sendiri, saya lebih memilih ayam goreng mbok Berek atau bebek goreng pak Mul Ndut, di dekat lampu merah Klaten.
sbr: pelayanan gerja harus dua-duaan??
Wawan: Dalam banyak hal jawabannya ya. Isteri saya pendeta. Sebagai suami pendeta,saya kadang harus seperti pendeta juga. Saya merelakan diri untuk mendampinginya, terutama pada pelayanan khusus: seperti kematian atau perkunjungan orang sakit. Peran saya yang lain adalah sebagai tukang ojeknya. Saya merasa kasihan jika melihat isteri saya harus naik motor sendirian jika harus melayani di bakal jemaat (sekitar 3-5 km), melewati persawahan yang sepi di malam hari. Dalam hal tertentu, kami kadang harus melayani bersamaan tapi di tempat yang berbeda. Misalnya saya melayani di persekutuan kelompok A, dia melayani di persekutuan kelompok B.
sbr: itulah sebab saya mengatakan ,ataukah bapak seharusnya mengoreksi diri.
kalau bapak tidak senang,prt nonton sinetron suci setelah selesai bekerja,apakah bapak pernah menegurnya??
kalau belum bapak janganlah,mencari-cari alasan lagi.
Wawan: Terimakasih untuk saran Anda. Saya akan mengkoreksi diri. Saya tidak menegur prt, karena itu hak dia untuk menonton sinetron kesayangannya. Meski begitu, kami akan mencari cara supaya anak kami tidak banyak menonton TV.
Tapi kalau Anda mengatakan bahwa saya 'mencari-cari alasan', saya belum tahu apa yang membuat Anda mengambil kesimpulan demikian. Saya memberikan jawaban yang sejujurnya, tapi kalau itu tidak memuaskan Anda, ya monggo. Saya tidak akan berusaha memuaskan Anda.
sbr: kalau sudah ya..prt bapak yang harus disalahkan meninggalkan anak bersama prt yang tidak berguna.maaf..
Wawan: Saya tidak pernah mengatakan bahwa prt saya tidak berguna. Anda yang mengambil kesimpulan demikian. Tampaknya perspektif Anda tentang PRT berbeda dengan saya.
sbr: bapak sendiri belum memiliki filter yang kuat dalam menapis informasi dalam iklan.
buktinya,bapak masih juga makan makanan itu.
Wawan: Anda perlu mengetahui perbedaan antara sikap kritis dan sikap anti terhadap iklan. Kalau saya bersikap kritis terhadap iklan, bukan berarti saya anti terhadap produk yang diiklankan dan bersumpah tidak akan memakainya. Namun perlu Anda ketahui, saya dan beberapa rekan-rekan memiliki sikap kritis terhadap produk-produk multi transnasional, seperti KFC, McDonald, Starbucks, DelMonte dll. Soal alasannya, tidak dapat saya uraikan di sini karena keterbatasan tempat di sini.
SBR: saya sudah punya anak,saya telah mendidik istri saya,dan saya mempercayakan istri saya mendidik anak saya,namun ketika mereka melakukan kesalahan barulah saya tegur,lalu saya didik lagi,dan saya pun gitu,saya menerima semua didikan termaksud dari istri,dan semua orang,dan saya mulai belajar mendidik keluarga kecil nan sederhana ku..
Wawan: Kami masih hijau dalam mendidik anak. Jadi memang belum sempurna. Kami masih perlu belajar banyak. Masukan Anda menjadi pelajaran berharga bagi kami.
SBR:apakah saya berhak mengatur jadwal pelayanan bapak??
Wawan: Tidak. Saya sudah bisa mengaturnya sendiri.
~ Goethe
------------
Communicating good news in good ways
IKLAN TV MERUSAK POLA KONSUMSI ANAK.
Judul di atas tidak sepenuhnya benar tapi juga tidak salah, karena anak-anak dalam perkembangan psikis di usianya tersebut selalu mangaplikasikan pikirannya dengan mengadopsi dari lingkungan, entah dengan mencontoh tokoh-tokoh idola (artis/heroes),meniru sesuatu atau seseorang yang disukai.Iklan dan misinya dalam kepadatan frekuensi penayangan akan dengan mudah diserap oleh anak-anak.Jika pendidikan anak-anak dalam keluarga cukup baik, iklan bukan merupakan faktor pengaruh pola kosumsi,karena orang tua sudah menyediakan setiap kebutuhan anak sesuai takaran dan anak-anak secara sadar untuk mengerti kebutuhan mereka yang sebenarnya.Sejak awal orang tua membiasakan anak-anak membeli kebutuhan-kebutuhan secara prioritas bukan kebutuhan iseng atau ikut-ikutan teman/trend, maka mereka tidak mudah digoda oleh iklan yang meang diciptakan untuk membentuk opini konsumtif. Banyak iklan memberikan suri tauladan yang positif tentang kehidupan sehari-hari seperti hidup sehat dan bersih, mencintai lingkungan (hewan dan tanaman), mencontohkan kehidupan sosial kemasyarakatan, memelihara dan mencintai tradisi budaya dsb. Jika kita arif dalam mensikapi suatu permasalahan, maka perlu menilainya secara holistik/mnyeluruh sehingga menemukan akar permasalahannya bukan menyudutkan satu aspek saja.
Tentang Konsumsi Minuman Sehat Dan Beracun
>>>=GOD=LOVE=YOU=>>
Tentang komsumsi minuman sehat dan beracun
Manusia melakukan sesuatu tindakan karena otak yang memerintahkan, tentu saja dengan berbagai pertimbangan. Tidak berbeda dengan seseorang dihadapkan pada sebuah botol minuman beralkohol, pasti otak akan memberikan perintah apa yang harus dilakukan.Jika orang tersebut memiliki faktor pertimbangan yang mengandung unsur kontra sebagai alasan terhadap minuman beralkohol(alasan kesehatan,moral,image,hukum,dsb) maka ia akan menolak untuk meminumnya. Sementara itu, memang ada rang-orang yang memikirkan menggunakan situasi untuk menjadi alasan pembenaran dalam pikirannya sehingga sengaja melakukannya seperti di situasi/angin dingin (musim), pesta, kesepian/frustasi dll.Seringkali manusia memang menguji dirinya sendiri dengan memberikan pertentangan-pertentangan/konflik intern dalam pikirannya untuk menutupi penolakan dengan alasan-alasan pembenaran sehingga secara sadar memperbudak dirinya dengan menciptakan kebiasaan hingga tradisi mengkonsumsi minuman-minuman beracun.Lalu siapa yang salah..?jawaban masing-masing tidak untuk orang lain.
@freya
>>>=GOD=LOVE=YOU=>>
Sayang Anak
Terus terang saya saya sendiri kalau di posisi Pak Pur (orang tua di kota besar Indonesia pada umumnya), sudah sutris tujuh puluh tujuh kali tujuh kali keliling. Alasannya:
Solusinya? Kalau saya sudah tahu, saya sudah mendapatkan noble prize dari kemaren-kemaren :). Kalau mau sok tahu, mungkin karena:
Lalu, salahin sapa?
Jika kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, sehingga kamu mengasihi TUHAN, Allahmu, dan beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu,
...
Ide Bagus Rusdy
Idemu soal perlunya program acara yang berkualitas itu sebenarnya bisa dilakukan. Sekarang ini ada kewajiban perusahaan untuk melakukan CSR atau Coorporate Social Responsibility. Setiap perusahaan wajib menganggarkan sebagian dari keuntungan untuk kegiatan sosial. Alangkah bijaknya, jika sebagian dana CSR ini digunakan untuk membuat program acara TV yang berkualitas baik.
~ Goethe
------------
Communicating good news in good ways
@Rusdy
>>>=GOD=LOVE=YOU=>>
Oiya
Salam kenal balik Ken,
Oiya, Lupa ditambahin Nama kitabnya yah? Itu dari Ulangan, udah di-hyperlink kok
Intinya, di masa perjanjian lama (polanya tetap sama di perjanjian baru), tugas pendidikan (kerohanian) anak, jatuh sebagian besar kepada orang tua. Masalahnya, kehidupan di kota besar memang menaruh beban yang sangat luar biasa kepada orang tua, karena komitmen pekerjaan, pelayanan, dan lain sebagainya.
Saya sendiri belum menikah, boro-boro punya anak, jadi ngomong aja, soalnya gampang. Melihat ponakan saya saja yang staminanya bak bisa lari marathon 10x sehari, bikin saya pusing. Nah, untuk mendidik anak hari-demi-hari secara konsisten?