Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Ibuku Wanita Yang Hebat
Ibuku Wanita Yang Hebat
Beberapa hari yang lalu kita baru saja memperingati hari Kartini sebagai pejuang wanita Indonesia, yang memperjuangkan hak asasi wanita di Indonesia. Dan berkat perjuangan beliaulah maka sekarang para wanita Indonesia mempunyai hak yang sama dengan pria dalam mengenyam pendidikan, dalam berkarir, beraktifitas maupun dalam banyak hal yang lain.
Saat ini tiba-tiba sayapun teringat perjuangan ibuku dalam membesarkan kami 7(tujuh) bersaudara, dimana ibu telah berusaha sekuat tenaga untuk menyekolahkan kami ketika ayahku meninggal dunia.
Waktu itu aku sebagai anak yang terkecil masih berumur 21/2 th, dan mbakyuku yang paling besar masih sekolah di HIS sebelum akhirnya masuk sekolah kebidanan.
Ibuku bekerja sebagai bidan partikelir di desa kami, sebagai bidan ibuku sering pergi menolong ibu-ibu yang mau melahirkan, bukan hanya penduduk desa kami saja, bahkan terkadang sampai ke desa tetangga yang lumayan jauh, dimana jarak yang jauh itu harus ditempuh dengan sepeda, becak atau dokar (andong).
Dengan kondisi yang seperti itu mau tidak mau ibuku sering meninggalkan kami bersama kakak kakakku yang lain, memang ada juga pembantu, dan nenek yang rumahnya tidak jauh dari rumah kami.
Menurut cerita ibuku, ibu menjadi bidan setelah lulus dari sekolah bidan di rumah sakit CBZ Semarang, yang sekarang RSU Dr Karyadi, ketika menikah dengan ayahku yang bekerja sebagai guru, ibuku diminta oleh ayahku untuk memilih berhenti bekerja dirumah sakit atau ayah yang akan berhenti mengajar di sekolah supaya ada salah satu yang dirumah untuk merawat dan mendidik kami.
Dan menurut ibu, ibuku memilih untuk dirumah sambil membuka praktek sebagai bidan partikelir(swasta), meski dikota yang tidak jauh dari desaku ada sebuah rumah sakit Kristen dan beberapa kali dokter kepala yang orang Belanda di rumah sakit tersebut meminta ibuku untuk membantu bekerja di rumah sakit itu. Tetapi ibuku lebih memilih tinggal didesa sambil menolong orang-orang di desa, pada waktu itu bidan masih sangat langka, bahkan mungkin di seluruh kabupaten hanya ada beberapa saja.
Ibuku bidan yang baik, tidak pernah mematok berapa biaya periksa kehamilan atau biaya melahirkan, jadi terkadang mereka membayar dengan hasil bumi atau apa saja semampunya, ibuku tidak menolaknya atau mengeluh. Bahkan menurut cerita orang ibuku adalah bidan yang sangat penyabar dalam menangani pasien yang akan melahirkan, meski harus menunggu semalaman, itupun masih ditambah lagi dengan bonus memandikan bayi sampai lepas tali pusar. Tidak seperti bidan di rumah sakit tertentu yang kalau ada ibu-ibu yang mengeluh kesakitan ketika akan melahirkan malah dimaki-maki,”kalau bikin anak saja diam-diam, sakit begitu saja teriak-teriak, berisik banget”.
Meski ibuku cukup sibuk, ibuku juga dipilih sebagai majelis(sebutan tua-tua) di gereja dekat rumahku dan ibuku adalah satu-satunya majelis wanita, biasanya aku yang selalu diajaknya untuk menemani ikut kebaktian-kebaktian keluarga atau rapat persiapan untuk ibadah minggu, terkadang bapak pendeta menggodaku dengan sebutan majelis kecil.
Didesaku waktu itu belum ada listrik, jadi kalau pergi malam-malam kami membawa lentera, karena kalau memakai senter dan habis batereinya susah untuk membeli lagi setidaknya harus pergi kekota.
Ibu termasuk wanita yang manis dan sangat dihormati oleh setiap orang dikampungku, disela-sela kesibukannya ibuku juga mengajar ketrampilan wanita seperti menyulam dll, terkadang aku agak kesal kalau ada yang menyebutku puteri kecilnya bu bidan.
Pernah suatu hari waktu itu saya masih kelas 4(empat) SD, kepala sekolah SD menggodaku saat mengerjakan pekerjaan prakarya di sekolah, waktu itu mengenai ketrampilan menyulam atau bikin taplak meja, beliau memperhatikan saya dan meminta hasil buatanku untuk diperiksa, begitu melihat pekerjaanku yang kebetulan jelek bin dekil banget beliau tertawa terbahak-bahak dan memamerkan hasil buatanku kedepan sambil berkata: ” Lihat ini!!, esti puterinya bu bidan, hasil karyanya seperti ini nih” bah saya malu sekali, apalagi waktu itu seluruh mata tertuju ke saya sambil ger-ger an, rasanya kalau bisa pengin kusimpan mukaku dibawah meja. Begitu pulang sekolah saya mengadu ke mbak Lin (mbakyuku yang tengah), dan mbak Lin memintaku menunjukkan buatanku, dia bilang sebenarnya buatanku tidak terlalu jelek dibanding buatan yu Tuti (mbakyuku yang pertama) dulu, tapi iya masih kurang bagus kalau dibandingkan dengan buatan ibuku atau buatan mbak Lin. Dengan kata-kata itu hatiku agak terhibur juga.
Yang paling membuatku kesal waktu mulai menginjak sebagai gadis remaja, yaitu kalau ada pemuda yang berkata seperti ini: ”kalau kamu punya seujung kuku saja menuruni sifat-sifat ibumu, kamu adalah gadis paling baik yang menjadi idaman setiap pria: ” saking jengkelnya aku menjawab seenaknya juga : ”jangankan seujung kuku se kutu rambut saja nggak punya” jawabku ketus.
Saya masih teringat ketika setiap sore sambil menemani kami belajar, ibu membaca alkitab dan bersenandung menyanyikan pujian dari lagu-lagu indah yang ada di kidung pujian, meski suara ibuku biasa saja, tapi menurutku itulah suara paling merdu yang pernah kudengar.
Sebenarnya ada juga sikap murah hati ibuku yang terkadang membuatku merasa agak kecewa, yaitu ketika ada family/keluarga yang sakit dan dititip dirumah sampai sembuh. Atau terkadang ada saudara yang anak gadisnya kecelakaan disembunyikan dirumah sampai bayinya dilahirkan. Tidak menjadi masalah sebenarnya kalau saja bukan kamar saya yang dipakai, jadi terpaksa saya harus pindah numpang tidur di kamar kakakku yang lain. Dan sebagai orang yang numpang tidur dikamar kakak berarti tunduk pada aturan yang punya kamar misalnya cuci kakinya harus bersih, tidak boleh kentut yang bau dll atau saya tidak diperbolehkan numpang... hehehe.
Meski ibu saya kurang memahami mengenai teori-teori ilmu mendidik anak, sebagai contoh kalau saya dulu berbuat salah, berkelahi sama teman atau tidak mengerjakan tugas bagianku ibuku tidak segan untuk mencubitku, namun secara keseluruhan ibuku adalah wanita teladan, yang selalu ada dalam ingatan saya dan bersamanya merupakan kenangan yang terindah dalam hidup ini.
Ini ada sedikit syair tentang ibu dari cuplikan lagu jadul Titik Sandora yang masih bisa kuingat :
Oh Ibuku
Hatiku pilu mengenang dikau
Bila kuingat masa yang t’lah silam
Ku dibesarkan oleh ibuku
Dikampung halamanku
Tapi kini hanya
Kenangan yang abadi.
Saya agak lupa syairnya, kalau ada saudara di ss yang ingat, saya minta tolong dilengkapi, terima kasih Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Salam”
- esti's blog
- Login to post comments
- 6290 reads
Catatan lagu untuk Mbak Esti
Merantau
Vocal Titik Sandhora, ciptaan H.Yasir Syam
Oh ibuku
hatiku pilu seorang diri
bila kuingat
masa yang tlah silam
Ku dibesarkan oleh ibuku
di kampung halamanku
tapi kini hanya kenangan yang kualami
Kini ku duduk
seorang diri di malam sunyi
terdengar olehku suara gitar mengalun
Ku teringat ayah bundaku
yang tlah tiada kini
slamat tinggal kampung halamanku
abadi...
Jadi inget...
Membaca lirik lagu ini jadi teringat masa kecil dulu, rasanya pernah mendengar lagu ini, dan untuk meyakinkan, barusan kucoba menyanyikan sendiri dari awal sampai akhir, ternyata lumayan ingatanku masih baik...Tapi aku baru tahu judulnya "Merantau", aku pikir judulnya "Ibuku"
Ibuku adalah...
IBU
Vocal/lyrik : Iwan Fals
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
Karena Mbak Esti senang menyanyi
mudah-mudahan tidak menggerutu bila komentar yang muncul berisi lirik-lirik lagu. Membaca Mas Andy recall his memory on that song, saya jadi ingat tatkala Titik Sandhora mulai naik pentas - dengan Si Boncel - di luar negeri ada penyanyi cilik yang umurnya selisih 1 tahun dengan dia juga sedang naik daun. Pada bulan Oktober 1967 ia melantunkan lagu MAMA ke seluruh benua.
lagu: Bruno Balz (1902-1988)
vokal: Heintje Simons
Mama,
Sollst doch nicht um deinen Jungen weinen
(You) shouldn’t cry for your boy
Mama
Einst wird das Schicksal wieder uns vereinen
Someday fate will reunite us
Ich werd' es nie vergessen
I'll never forget
Was ich an dir hab' besessen
What I had in you
Dass es auf Erden nur Eine gibt
That on earth there’s only one
Die mich so heiß hat geliebt
Who loved me so passionately
Mama,
Und bringt das Leben mir auch Kummer und Schmerz
And when life also brings me pain and suffering
Dann denk ich nur an dich
Then I think only of you
Es betet ja für mich, oh Mama, dein Herz
Your heart, oh Mama, prays for me
Tage der Jugend vergehen
Days of youth pass by
Schnell wird der Jüngling ein Mann
Quickly the boy becomes a man
Träume der Jugend verwehen
Dreams of youth turn to dust
Dann fängt das Leben erst an
That's when your life really begins
Mama, ich will keine Tränen sehen
Mama, I don’t want to see tears
Wenn ich von dir dann muss gehen
When I have to leave you
Mama,
Sollst doch nicht um deinen Jungen weinen
(You) shouldn’t cry for your boy
Mama
Einst wird das Schicksal wieder uns vereinen
Someday fate will reunite us
...
Mama, Mama
Mbak Esti dan Mas Andy masih ingat melodinya?
"Mother How Are You Today" dan "Shi Shang Zhi You Mama Hao".
Kalau lagu di atas sepertinya tidak tahu, kebetulan belum lahir tahun itu. Tapi ada dua lagu asing tentang mama yang saya cukup ingat, "Mother How Are You Today" dan "Shi Shang Zhi You Mama Hao". Om Pur pasti tahu kan?
@Purnomo Linknya ada?
Mas Purnomo, ada link youtube-nya mungkin? Hannah pengen dengerin lagunya dong..
"For those who believe, no proof is necessary. For those who don't believe, no proof is possible." - Stuart Chase
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
@hannah, Mama
hannah, cari sendiri kenapa? coba klik di sini. Setelah itu coba klik yang ini. Jangan bilang mama ya?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Hannah, rasakno!
Hannah, kalau mau manja nulisnya di PM dong biar ga ada yang marah.
@Hai2 dan Purnomo
@Hai2
Psst makasih linknya ya, Oom gondrong eh ganteng hihi
Gw jarang suka lagu2 Il divo yg bhs Inggris tp kalo yg bhs asing wah enyak banget apalagi yg "Regresa A Mi" yg disadur dr Unbreak My Heart-nya Toni Braxton..
@Purnomo
Kamu lutu! *cubit*
Eh cubit mah gak perlu lewat pm dong ya.. Hahaha
"For those who believe, no proof is necessary. For those who don't believe, no proof is possible." - Stuart Chase
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
@mas Pur, Andy Ryanto, Tante Paku, Hannah, Hai-hai...makasih"
@mas Pur….terima kasih banget koment nya berisi lagu-lagu kenangan yang amat sangat indah, dulu lagu merantau itu sering aku nyanyikan sambil bergelayutan diatas pohon jambu didepan rumah, apalagi suara emasnya Heintje ...wow... jadi ingat waktu itu masih smp kita nonton filmnya gratisan satu sekolah pergi ke gedung bioskop sambil berbaris, kebetulan temanku sekelas anaknya yang punya gedung bioskop. Meski saya punya kebiasaan menggerutu, tapi kalau menerima syair-syair lagu kesayangan rasanya jauh lebih indah dari pada golek2 dewe, apalagi kalo yang kirim itu termasuk pakar2 yang punya hobi otak-atik lagu, jadi ya pasti senang sekali, Cuma sayangnya sekarang sudah bukan lagi gadis kecil yang suka loncat2 kegirangan, belum dunuk-dunuk pakai tongkat saja sudah bersyukur banget hehehe...
@Andy Ryanto ... coba kalo anda nyanyi suaranya direkam trus kita bisa dengerin...pasti kel ss senang sekali mendengar suaramu yg tentunya tidak kalah merdu dgn suara ibuku.
@Tante Paku ... lagu ”Ibu” nya Iwan Fals juga bagus sekali, tapi syairnya kok malah bikin hati ini nelongso bin keronto-ronto ya, jadi pengin jumpa sama ibu, piye hayo?
Opo ndadak kudu nyang swargo disik, nderek gusti.
@hai-hai n hannah .. hai-hai kalau wanita manja itu alami, masak Hannah macho? Ntar menyalahi kodrat dong, tapi makasih sudah kasi link.
Dan untuk semua yang sudah kasi koment n baca coretanku terima kasih ya,
Tuhan Yesus memberkati”
Salam.