Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Hidup adalah Pilihan
Kisah Alkitab
Adam dan Hawa diberi pilihan oleh Tuhan untuk menggunakan secara bebas semua hasil yang ada di taman Eden, dengan catatan, jangan coba-coba menyentuh buah terlarang di tengah Taman Eden. Hawa yang kemudian dituding bersalah oleh Adam dan generasi berikutnya tergoda oleh setan yang memberinya pilihan-pilihan “memabukan” bahwasanya jika hawa mencicipi buah tersebut maka mereka akan menjadi seperti Allah.
Alkitab mencatat “Perempuan itu melihat bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian” (Kej. 3:6). Maka Hawa kemudian memetik buah pohon terlarang itu dan memakannya. Sang Adam yang pada awalnya menolak pun termakan oleh rayuan Hawa untuk ikut menikmati buah tersebut. Apa yang terjadi, ternyata Hawa telah membuat sebuah keputusan yang salah untuk dapat menjadi seperti Allah. Adam dan Hawa lebih memilih untuk mengikuti bujukan setan dibanding larangan Pencipta mereka. Pilihan itu pada akhirnya menjerumuskan Adam dan Hawa ke dalam dosa. Allah benar-benar murka dan kecewa karena ciptaan-Nya tidak mengikuti perintah-Nya. Murka dan kecewa Allah berakibat pada diusirnya manusia dari Eden yang damai dan tenang serta tersedia segala sesuatu tanpa harus berjerih payah. Kelanjutan dari cerita Adam dan Hawa tidak berakhir sampai di situ saja, tapi terus berlanjut hingga hari ini di mana seluruh keturunannya harus bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu yang sebenarnya gampang diperoleh jika saja Hawa tak keburu nafsu.
Alkitab juga menulis banyak sekali kisah di mana manusia banyak dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit. Abraham, yang dikenal sebagai Bapa Segala Orang Percaya pun pernah diperhadapkan pada pilihan yang sulit. Ia harus menduakan istrinya agar bisa mendapatkan turunan dari Hagar, perempuan yang merupakan hamba dari Sarai sekaligus selirnya Abram. Ini terjadi bukanlah karena keinginan Abram semata, tapi lebih karena ia diminta oleh Sarai. Alkitab juga bercerita lebih lanjut bahwa pada akhirnya Hagar berhasil mengandung seorang anak dari Abram. Namun Hagar, si hamba ini menjadi sombong karena kehamilannya dan memandang rendah pada majikannya, Sarai. Sarai tidak mau menerima begitu saja penghinaan yang tak layak dari Hagar ini, maka ditindasnya Hagar hingga akhirnya Hagar harus lari meninggalkan Abram dan Sarai.
Moril dan iman Abram yang kemudian berganti nama menjadi Abraham tidak teruji hanya sampai di situ, Ia juga diharuskan untuk membunuh Ishak, anak semata wayangnya sebagai bukti kesetiaannya pada Tuhan.
Esau, cucu Abraham dari Ishak harus memilih untuk menjual hak kesulungannya kepada Yakub. Bukan karena Esau sangat baik hati sehingga memberi dengan begitu saja hak kesulungannya, tapi karena pada saat itu ia sangat merasa lelah hingga hampir mati. Esau tidak berpikir panjang ketika ia menjual hak kesulungannya dengan sedikit roti dan sup kacang merah. Ia lebih tergiur melihat sup kacang merah hasil olahan Yakub daripada hak kesulungannya. Pada akhirnya, Esau harus seumur hidup menyesali kebodohannya.
Adalagi cerita Alkitab yang tak kalah heboh adalah kisah Simson. Simson harus merelakan kekuatan supernya hilang hanya karena rayuan seorang perempuan yang ia cintai. Kekuatan yang diberikan Tuhan padanya untuk membela kaumnya dijual atas nama cinta kepada perempuan yang notabene berasal dari kaum musuhnya. Di sini Simson diuji untuk menunjukan ketulusan dan kesetiaan cintanya, kepada Allah ataukah kepada Delila. Toh pada akhirnya kita harus mengakui bahwa sekali pun Simson adalah seorang laki-laki yang sangat perkasa yang pernah menaklukan seekor singa, namun dia juga adalah seorang manusia biasa yang sudah sejak cerita Adam harus termakan rayuan perempuan untuk “sedikit” melawan kehendak Allah.
Tidak hanya itu, Yesus, Sang Putra Allah Maha Kudus pun dijebak untuk menerima pilihan-pilihan yang ditawarkan oleh iblis. Tawaran kekuasaan atas dunia, harta yang berlimpah, tentu menggiurkan siapa saja. Sayangnya, kali ini iblis harus rela kalah. Yesus tidak bisa dirayu.
Tentu saja kisah-kisah ini hanya sebagian kecil dari banyak kisah yang ada di Alkitab tentang bagaimana manusia harus diperhadapkan pada banyak sekali pilihan-pilihan hidup yang sangat sulit. Ada yang mampu mengambil keputusan untuk memilih secara tepat dan bijak, namun tidak sedikit yang salah memilih. Alkitab secara jujur mencatat bahwa tidak semua cerita berakhir pada hasil akhir yang baik dari pilihan-pilihan yang diambil. Harus diakui bahwa banyak juga yang telah salah memilih jalan yang harus mereka ambil.
Saya sangat yakin bahwa semua orang yang membaca tulisan ini, saat ini pun sedang dihadapkan pada suatu hal yang mengharuskan untuk memilih salah satu yang terbaik. Hal paling sederhana adalah pilihan untuk melanjutkan ataukah harus menutup bacaan ini dan segera beralih ke hal lain yang menurut anda lebih menarik. Tapi karena saya telah mengatakan seperti ini, maka anda memutuskan untuk terus membaca. Apakah benar? Jika anda mengiyakan, maka anda pun setuju dengan saya bahwa hidup adalah pilihan. Salah memilih dan menentukan langkah hari ini berarti penyesalan hari esok anda, bahkan masa depan anda (lagi-lagi anda harus bilang “Ya, betul”).
Hidup adalah pilihan
Seorang teman pernah mengirim email kepada saya tentang 7 penyesalan yang umum terjadi dan sering kita temukan dalam kehidupan kita sehari-sehari ini. Setelah membaca 7 penyesalan di bawah ini, maka saya sekali lagi sangat yakin bahwa pada akhirnya anda akan bilang “betul juga ya…”
1. Penyesalan 1 Jam : Salah naik angkot (anda harus menunggu 1 jam untuk bisa kembali ke tempat sebelumnya).
2. Penyesalan 1 hari : Salah masak (nasi menjadi bubur).
3. Penyesalan 1 minggu : Salah makan (anda terkena diare hingga harus masuk rumah sakit selama seminggu).
4. Penyesalan 1 bulan : Salah potong rambut (anda harus menunggu 1 bulan sampai rambut anda kembali pada normal).
5. Penyesalan 1 tahun : Tidak naik kelas.
6. Penyesalan seumur hidup : Salah nikah(yang ini mungkin tidak akan menjadi penyesalan seumur hidup jika istri atau suami anda tiba-tiba meninggal saat anda masih muda dan masih punya kesempatan menikah lagi).
Dengan gambaran atau contoh yang sederhana dan terkesan iseng ini mungkin kita bisa lebih mengerti bahwa apa pun yang ada dan terjadi saat ini, semua itu karena pilihan kita pada hari–hari sebelumnya. Setiap kali ketika kesalahan memilih itu terjadi dan hasil yang kita harapkan tidak sesuai harapan, maka sudah pasti jumlah total dari semua hasil itu adalah penyesalan yang panjang. Atau silahkan anda katakan bahwa ke-7 hal tersebut semuanya tidak benar karena ini masih pendapat pribadi saya.
“Manis jangan cepat ditelan, pahit jangan cepat dibuang”, lewat kata ini kita diminta untuk menimbang secara bijak semua hal yang masuk dalam pikiran kita sebelum kita benar-benar memutuskan untuk menerima dan melakukannya.
Tak yang ada bisa mengelak dari yang namanya menjalani hidup tanpa pilihan. Tak ada yang bisa memungkiri bahwa hidup adalah pilihan. Hidup punya lebih dari seribu pilihan dan dibalik masing-masing pilihan ada misteri-misteri masa depan yang bersembunyi dan tak bisa tertebak secara pasti. Terkadang di saat kita memilih, kita berpikir bahwa inilah akhir dari sebuah pilihan, namun ternyata didalam pilihan itu sendiri masih ada lagi pilihan-pilihan yang lain lagi dan lebih sulit. Setiap pilihan menghasilkan resiko, setiap resiko mendatangkan masalah, setiap masalah kadang bisa mendatangkan bencana.
Akan ada saat di mana kita bersyukur atas setiap pilihan yang kita ambil, namun terkadang kita menyalahkan keadaan ketika pada awal, pertengahan atau di akhir jalan kita dihadapkan pada bertubi-tubi masalah sebab kesalahan pada pilihan yang kita ambil. Tujuan akhir yang kita harapkan indah ternyata tak sesuai dengan mimpi kita selama ini. Pilihan yang pada awalnya baik ternyata berubah menjadi sebuah momok yang membosankan, menjengkelkan, bahkan bisa menjadi malapetaka. Ketika keadaan ini terus berlanjut dari hari ke hari, perlahan rasa benci mulai tersulam hingga lagi-lagi menjadi pilihan matematika yang sangat rumit bagi kita. Jika salah lagi memilih, maka mempersalahkan keberadaan Tuhan sudah pasti.
Kadang dengan entengnya kita berkata bahwa hal buruk yang terjadi pada kita saat ini adalah karena Tuhan telah memberikan karma untuk semua hal yang pernah kita lakukan pada waktu sebelumnya. Anda boleh berpendapat bahwa siapa menabur dia yang juga menuai, namun nats ini tidak otomatis menyatakan tentang adanya karma.
Ijinkan saya memberikan sebuah opini baru dari saya pribadi bahwa yang sering disebut dengan karma oleh kebanyakan orang adalah karena kesalahan dari seseorang dalam memilih pilihan yang tepat pada waktu yang lampau dan efeknya baru terasa sekarang. Tentu saja ini berbeda dengan pendapat orang pada umumnya tentang pengertian karma atau yang sering disebut hukum alam ini yaitu bahwa karma adalah suatu peristiwa yang terjadi di masa sekarang yang sama pada diri kita sebagai ganjaran kepada kita karena pada masa lampau kita pernah melakukan hal yang sama pada orang lain. Tujuannya adalah agar apa yang pernah kita beri pada orang lain dirasakan juga oleh kita, baik itu kebahagiaan, kesakitan, dan lainnya.
Manusia yang selalu dihadapkan pada seribu satu pilihan hidup yang pelik selalu mengambil jalan tengah dari setiap persoalan maupun pilihan hidup itu sendiri agar bisa berada pada zona nyaman sehingga tak perlu lagi direpotkan dengan masalah-masalah lain. Kita jarang mencoba untuk berpikir apakah efek dari tindakan tersebut akan benar-benar menguntungkan kita atau tidak. Merugikan pihak lain atau tidak. Masalah mulai timbul ketika hasil keputusan tersebut mulai berjalan tidak sesuai harapan. Ibarat cahaya yang terpantul dari cermin dan kembali kepada kita, demikian juga masalah tersebut kembali datang lagi karena penyelesaian sebelumnya yang tidak benar-benar finish.
Terkadang kita juga lebih memilih untuk memberikan beban yang kita pikul kepada orang lain agar orang lain bisa tau seberat apa beban yang kita pikul. Tapi kita tidak pernah peduli apakah orang tersebut mempunyai beban atau tidak, dan mampu atau tidak memikul beban yang kita berikan. Kita tidak pernah peduli itu, yang penting kita nyaman dan aman.
Temans, apa pun yang telah kita capai dari pilihan-pilihan hidup yang sudah kita putuskan untuk dijalani hingga hari ini kadang menjadi beban yang harus kita pikul sepanjang hidup. Namun janganlah beban itu kita lepaskan dan berikan pada orang lain, atau janganlah kita berkeluh sebab beratnya beban tersebut, sebab kitalah yang telah memiih beban tersebut untuk kita yang pikul. Dan itulah resiko dari setiap pilihan yang kita ambil.
Sepanjang kehidupan ini, akan ada begitu banyak pilihan-pilihan hidup, masing-masing dari pilihan-pilihan yang akan kita ambil tersebut memiliki kesulitan-kesulitan, rintangan, tantangan yang harus kita hadapi dan akan kita hadapi. Setiap kita berhasil melewatinya, bukan berarti bahwa segala sesuatunya akan selesai, namun akan ada kesulitan-kesulitan baru, rintangan dan tantangan yang baru, dan akan seperti itulah seterusnya. Namun jika kita bisa memecahkan setiap persoalan tersebut dan memilih dengan tepat setiap pilihan yang terbentang dihadapan kita, maka niscaya kita akan menjadi lebih besar dari yang pernah kita impikan.
Hidup sebagai manusia memang punya banyak pilihan, namun hal ini bukan berarti bahwa kita dapat memilih semua pilihan itu dalam sekali jalan, namun Tuhan memberi kita banyak pilihan agar kita dapat bebas memilih. Keputusan untuk memilih salah satu pilihan haruslah berdasarkan prioritas mana yang hendak kita capai dan berguna untuk kita dan masa depan kita.
Pilihan hidup yang akan kita jalani bukanlah pilihan hidup orang lain. Sebab kita yang menjalani kehidupan kita, orang lain hanya bisa membandingkan dan menilai namun bukan berarti bahwa mereka harus terlibat dalam pengambilan keputusan kita. Apa pun yang kita putuskan untuk jalani adalah hak mutlak kita. Karena itulah setiap pilihan yang akan kita ambil harus tegas dan bertanggung jawab sehingga keputusan tersebut tidak akan tergoyahkan terhadap apa pun penilaian negative dari orang lain. Memang harus diakui bahwa pada awal kita memutuskan untuk menjalani suatu pilihan hidup yang tidak biasanya bagi orang lain, akan ada pertentangan yang luar biasa terhadap keputusan tersebut, namun selagi keputusan tersebut tidak mengganggu moralitas umum maka jangan pernah gentar untuk terus maju. Kedepankan Tuhan dalam setiap menjalani sebuah keputusan. Dan ingatlah, terhadap segala sesuatu, Yesus hanya sejauh doa.
Dody KL
Renungan dini hari...
Belum ada user yang menyukai
- dodydoohan's blog
- Login to post comments
- 15279 reads
@DD tanya dong..
katanya peribahasa, Penyesalan itu datangnya belakangan, adakah penyesalan yang terlebih dahulu?
Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.
@sand
DD itu dodydoohan atau dody doang ?
jangan - jangan dick doang....he...he...he...
@dodydoohan....peace......just kidding.....
GBU
GBU