Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

HARGA OBRAL : FRESH GRADUATE

Inge Triastuti's picture

Ibu tetangga ini datang lagi ke rumahku menanyakan lowongan kerja untuk puteranya yang sudah bergelar sarjana 2 tahun yang lalu. Kembali aku menjelaskan kalau perusahaan tempat aku bekerja sekarang lebih suka mengambil tenaga honorer yang bisa dipecat kapan saja tanpa banyak prosedur. “Tolonglah. Arian bolehlah. Yang penting dia kerja daripada di rumah ngadepin tivi mulu nonton sinetron,” jawabnya. Kebetulan perusahaan butuh tenaga pengatur gudang. “Di gudang? Anak aku itu insinyur. Sekolahnya mahal, kerjanya di gudang?” teriaknya sambil mendelik. Insinyur teknik sipil, perkapalan, apa elektro, tanyaku. “Insinyur pertanian!” Aduh Ibu, kalau insinyur pertanian memang tidak boleh kerja di gudang. Cocoknya dia kerja di desa bantu-bantu petani membuat saluran irigasi, gorong-gorong atau reparasi mesin giling padi sama mesin semprot wereng, jawabku asal.

bu itu tidak salah. Buat apa disekolahkan sampai sarjana jika kemudian dapat kerja yang hanya mengandalkan otot? Ini tidak menghargai gelar sarjananya. Pelecehan intelektual. Penghancuran harga diri yang selama kuliah dibangun bata demi bata oleh para dosen sampai tegak menjulang. Ketika mereka memakai toga kesarjanaannya rasanya seperti tentara yang menyandang senjata lengkap dan paling mutahir sehingga yakin jadi pemenang di setiap pertempuran.

Begitu acara wisuda selesai, babak baru dalam kehidupan dimulai. Berburu pekerjaan dengan bekal gelar sarjana. Puji Tuhan, bila belum 1 semester dapat pekerjaan yang pas dengan ilmunya dan gaji besar. Sayangnya, tidak setiap fresh graduate mendapat mukjizat ini. Aku bilang mukjizat karena setiap tahun hanya sekitar 40% - 50% lulusan sarjana yang dapat diserap dunia kerja. Angka ini aku kutip dari Majalah Intisari edisi Maret 2008. Itu bukan berarti saat ini peluang untuk mendapat pekerjaan bagus adalah 1:1 karena jumlah yang tidak terserap terakumulasi. Kompas 6 Februari 2008 mengatakan adanya lonjakan drastis pengangguran sarjana. Kalau tahun 2006 berjumlah 183.629 orang, tahun 2007 menjadi 409.890 orang. Ini bukan karena perguruan tinggi mengobral ijasah agar dapat menyedot lebih banyak mahasiswa baru karena dikenal gampang meluluskan mahasiswanya, tetapi akibat banyaknya perusahaan yang diam-diam gulung tikar, atau melakukan merger, atau memindahkan pabriknya ke negeri lain. Aku tidak bermaksud menakuti kamu-kamu yang duduk di semester terakhir. Tapi berharap paparan angka ini mendorong kamu mempersiapkan diri lebih dini dalam berburu pekerjaan.

Besarnya angka penganggur intelek, kata koran, disebabkan ilmu yang diajarkan perguruan tinggi tidak pas dengan kebutuhan dunia kerja. Istilah kerennya mismatch. Menurut pendapatku pribadi itu ada benarnya tetapi tidak sepenuhnya benar. Penyebab utamanya adalah sulitnya dunia usaha saat ini. Mereka yang sudah bekerja merasakan keengganan perusahaan menaikkan upah mereka. Bahkan beberapa tunjangan dipangkas. Dulu kalau mereka sakit bisa bebas berobat. Sekarang ada yang namanya uang kesehatan. Katakanlah 150 ribu setiap bulan. Artinya biaya pengobatanmu sampai 150 ribu diganti kantor. Tetapi bila sebulan itu kamu tidak sakit, maka 150 ribu itu menjadi milik kantor, bukan ditambahkan ke gajimu.

Penghematan ini juga berdampak kepada gaji yang ditawarkan kepada calon karyawan. Di sinilah letak mismatch itu. Pada saat gelar sarjana kita kantongi, terbayanglah gaji perdana setidak-tidaknya 3 juta ditambah berbagai tunjangan. Kamu merasa terhina ketika perusahaan yang kamu datangi memasang tarip beli sebesar 2 kali UMK (upah minimum kota). Tempat-tempat lain ada yang lebih, tapi sedikit lebihnya, bahkan lebih banyak yang di bawahnya. Begitu dapat perusahaan multi nasional yang butuh satu karyawan baru dengan gaji 5 juta, yang melamar ratusan orang. Bahkan banyak yang sudah punya pengalaman kerja sebagai mantan manajer dari perusahaan atau bank yang bangkrut.

Setelah mengalami kegagalan terus menerus, seorang pencari kerja bisa tergoda berpikir “gw memang bodoh, tidak bisa bersaing dengan yang lain” atau “nasib gw memang selalu apes” atau yang paling parah “Tuhan memang berkehendak gw jadi pengangguran”. Waktu aku ditugaskan membantu tim rekrutmen, aku melihat mereka yang baru lepas dari PT punya percaya diri yang jauh lebih tinggi daripada yang sudah setahun menganggur. Ketua tim menjelaskan bahwa kelamaan menganggur berpotensi menghancurkan karakter seseorang. Dia bercerita waktu jadi kepala cabang di sebuah ibukota propinsi Sumatera, saat krismon, seorang branch manager bank yang kena likuidasi menemuinya. Ia minta tolong untuk menampung para staffnya sementara mereka mencari job baru. Tidak perlu digaji. Cukup diberi uang makan siang dan uang transport sekedarnya saja, karena untuk kebutuhan keluarga dapat diambil dari uang pesangonnya. Mereka bersedia diberi tugas sebagai sopir, office boy, atau delivery man padahal mereka semua sarjana dan sebelumnya menempati posisi kunci. Mereka tahu menganggur adalah kegiatan kontra produktif yang bisa menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak perlu, menjadi cibiran tetangga dan mengikis percaya diri mereka.

Karena itu biarpun sekarang kamu masih kuliah, cobalah membuat perencanaan strategi berburu pekerjaan dengan menginventaris informasi sebanyak-banyaknya. Berikut ini aku tulis strategiku yang bisa kamu comoti yang cocok saja.

Enam bulan pertama setelah selesai kuliah, walau belum wisuda, mulailah melamar pekerjaan. Carilah lowongan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang kamu miliki di perusahaan besar. Jika ditanya dalam wawancara berapa “harga”mu, jumlahkan biaya kos (walau masih tinggal serumah dengan ortu) yang tidak berdinding triplek, uang makan sebulan 3 x sehari di warung tidak di resto, biaya transport ke tempat kerja tidak dengan taxi, biaya kosmetik kalau kamu perempuan. Tidak perlu takut rugi bila jumlah ini dibawah tarip gaji perusahaan itu. Aku melakukannya dalam wawancara terakhir. Ketika aku mengajukan permintaanku itu, interviewer (pewawancara) bertanya dari mana datangnya jumlah itu. Setelah aku beri perinciannya, dia bilang “Kamu akan terima lebih tinggi sedikit dari jumlah itu dalam masa percobaan. Bukan karena angka kamu itu, tetapi perusahaan ini telah punya fix price yang tidak boleh dirubah-rubah.” Lalu bagaimana bila jumlah yang saya ajukan itu lebih tinggi daripada fix price itu? Apakah saya tidak akan diterima? “Bila tidak significant selisihnya, kami akan menawarkan harga kami. Tetapi kalau bedanya jauh sekali, kami tidak berani mengambil Anda.”

Bagaimana bila kamu ditawari gaji pertama sebesar UMK saja? Jika perusahaan itu bertarap multi nasional dan bukan perusahaan keluarga, ambil saja. Yang penting kamu sudah berada di dalamnya. Biasanya, strategi rekrutmen dalam perusahaan besar adalah cari dulu di dalam sebelum mencari di luar. Strategi ini lebih bertujuan untuk memberi motivasi kerja kepada karyawannya untuk terus berprestasi dan belajar agar suatu saat dapat berpindah ke jabatan yang lebih tinggi. Selain itu, dengan mengambil “orang dalam” perusahaan tidak harus memberi pelatihan atau masa adaptasi seperti yang harus dilakukan bila pengisi lowongan itu orang baru.

Btw selama belum mendapat pekerjaan, carilah side job untuk pengisi waktu. Misalnya jadi penjaga stan pameran, jadi SPG untuk kegiatan promosi jangka pendek, bantu-bantu bengkel reparasi mobil, toko komputer atau gerai HP milik ortu temanmu Tidak usah memikirkan kecilnya uang yang kamu dapat. Bahkan bila tidak dibayar pun, take it. Orang jaman dulu menyebutnya “magang”. Apa gunanya? Untuk melatih ketrampilan kerja dan mengenal suasana kerja.

Bagaimana dengan side job mengetikkan skripsi adik kelas atau memberi privat les? Aku tidak merekomendasikan. Cari kegiatan di mana kamu bisa kontak dengan sebanyak-banyaknya orang. Apa gunanya? Pertama, ini akan melatih ketrampilan berkomunikasi. Kedua, untuk cari koneksi. Bukankah lebih berguna kenal staf perusahaan distribusi atau kepala cabang sebuah bank daripada kenal bintang sinetron gara-gara kamu nungguin tivi mulu? Ketiga, untuk mendisplay diri. Halo-halo, gw MBA, Magang But Available. Pengalaman banyak orang yang aku kenal mengatakan, “Waktu gw belum kerja rasanya di dunia ini lobang tikus aja ga ada. E, begitu dapat kerjaan, belum ada setaon, banyak yang nawari kerjaan lain.” Ini terjadi karena para juragan lebih suka mengambil orang yang sudah “jadi”, yang sudah merasakan enak-tidak-enaknya bekerja itu.

Mulai bulan ketujuh masukkanlah pemasang iklan kolom dalam daftar penerima surat lamaran kerjamu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melamar kerja di perusahaan kecil adalah,


1* Dalam surat lamaran cantumkan nomor HP kamu. Mereka biasanya malas membuat surat panggilan. Bahkan kadang-kadang meminta kamu langsung datang ke kantornya. Sebelum masuk ke kantornya, sempatkan dirimu mengenal lingkungannya. Apakah dekat warung makan, dekat dengan rute angkutan umum, banyak premannya atau tidak (sudah gaji kecil, kena kompas pula).

Mencantumkan nomor HP juga sebaiknya kamu lakukan ketika menulis surat lamaran ke perusahaan besar. Mencantumkan nomor telepon rumah punya resiko. Sementara kamu sedang menghadiri wawancara kerja di perusahaan kecil, ada perusahaan besar yang 4 bulan yang lalu kamu kirimi surat menelepon rumahmu. Ibumu yang menerima telepon itu bilang kamu sedang pergi kerja. “Bank besar yang menelepon,” cerita orang yang kena musibah ini. “Besoknya aku telepon bank itu. Tetapi lowongan sudah terisi. Waktu aku tanya mengapa begitu lama bank merespon surat lamaranku, mereka bilang yang dulu lulus test ternyata gugur di akhir masa percobaan. Daripada repot-repot pasang iklan lagi, mereka mencari calon berikutnya dari arsip surat lamaran.”

2* Tidak menyerahkan jaminan. Karena sebagai batu loncatan, jangan sekali-sekali menyerahkan ijasah asli atau setrifikat rumah kepada pemberi kerja untuk jaminan. Kalau ketemu perusahaan yang punya hobi main sandera dokumen berharga, say good bye sajalah. Juga jangan sekali-sekali mau dipinjami uang dalam jumlah besar karena hutang itu akan membuat kamu terikat.

3* Sodorkan harga diskon, jangan memasang tarip tinggi. Anggap saja di sini kamu sedang magang, sehingga bila gaji yang ditawarkan cukup untuk biaya transport dan makan siang di warung, take it.

4* Bangun etos kerja. Walaupun gaji hanya 500 ribu, bekerjalah seolah-olah kamu dibayar 2 juta rupiah. Ingatlah bahwa bekerja bukan sekedar melakukan apa yang diperintahkan kepada kamu demi uang, tetapi juga sebagai ucapan syukurmu kepada Tuhan yang telah memberimu kesempatan menuntut ilmu dan mengaktualisasikan dirimu di dalam pekerjaan. Working is saying “thank God”.

5* Jangan lupa untuk terus mencari upah yang lebih baik. Sambil bekerja di sini, tetaplah rajin mengirim surat lamaran ke perusahaan-perusahaan besar. Jika setelah 1 tahun bekerja di sini, kamu belum juga berhasil masuk ke perusahaan besar, pindahlah ke perusahaan kecil atau swasta lainnya yang lebih baik pengupahannya. Pengalaman kerja di 2 perusahaan yang kamu cantumkan dalam surat lamaran biasanya akan menarik perhatian penyeleksi surat lamaran di perusahaan besar.

So, let’s be a tough job hunter. ***

NoSID's picture

Mbak Inge Kenal Pasar :o)

Halo Mbak Inge, nama anda sama dengan nama tante saya di Bandung yang jago masak makanan khas Sunda.Baru sekarang saya komentar he..he.., padahal sejak dulu sudah mengagumi tulisan anda. Mulai dari pertama baca mengenai Hutang. Mbak Inge ini kenal Pasar ya, saya juga sudah detik-detik terakhir menuju FG, si Mox juga semoga saja juga sama :D. Soal masalah ini ada seseorang yang pernah bilang tentang God Account System (GAS). Dia bilang sistem perhitungan manusia bisa keliru, tetapi Tuhan tidak.Pada saat tertentu kamu akan berada dimana kamu memang seharusnya berada berdasarkan apa yang kamu berikan,jadi pertahankan saja secara konsisten kualitas yang baik. Yang lain lagi bilang, selalu berikan sesuatu yang lebih besar dari apa yang kamu terima (gaji/upah)nampaknya ini masuk pada bagian etos kerja anda.Mengenai side job, saran yang bagus, 'tar tak coba deh. Mbak; banyak sekali perusahaan-perusahaan ngaco di koran.Masuk perusahaan yang sudah punya nama juga banyak pesaing, butuh suatu rekomendasi dari orang dalam yang punya posisi penting, teman saya yang lulus dalam 3 tahun dengan IP 3,97 memang seperti itu prosesnya. Teman saya si Hgs(anggota Klewer), yang ada di Singapore ada ikatan dinas langsung dari Nanyang University, kayaknya kalau di sana gampang, dia bilang Singapore malah butuh banyak tenaga kerja, berbanding terbalik dengan Indonesia, tapi tentunya hanya orang-orang yang terbaik. Saat ini malah dia ngambil S3(PhD), loncat langsung dari S1 di NU, padahal dia seangkatan saya. Mbak,memang sulit ya memilih pekerjaan yang memiliki bidang dan Job Desk yang disukai, tapi repot juga walaupun suka tapi kurang menghasilkan. Apalagi di Indonesia ini sudah m'bludak pengangguran, yang kabur (beasiswa keluar) juga pada emoh pulang lagi. Pilih kolam kecil apa lautan ya ?, di kolam kecil kita bisa menjadi ikan yang termahal dan terbaik, di lautan besar tingkat stress juga lebih besar.Kelihatnnya memang lebih seru lautan besar ya, penuh dinamika !? jadi yang dibutuhkan adalah Informasi,Kreatifitas, Nyali,Koneksi, dan Integritas, serta melangkah dengan pasti dalam iman. gimana mbak,apa masih ada yang kurang ? Shallom4Ever
Inge Triastuti's picture

Lowongan pekerjaan di Singapura

Mas NoSID, terima kasih untuk komennya.

Mengenai beasiswa di Singapura saya ada tambahan informasi dari seorang adik teman yang menerimanya. Selama kuliah ia tinggal di asrama universitas tanpa bayar. Setelah lulus, ia harus keluar dari asrama dan harus mencari sendiri pekerjaan di instasi atau perusahaan Singapura. Untuk menghemat biaya ia cari apartemen murah patungan dengan beberapa teman. Walau demikian biaya yang harus ia keluarkan sekitar 2 juta IDR sebulan. Ia melamar melalui imel, setiap hari lebih dari 10 surat dibuat, tetapi tidak ada hasilnya. Karena itu ia ingin mengambil S2 agar bisa kembali masuk asrama gratis.

Pada bulan ke-2 ia ditawari kerja sebuah perusahaan swasta Singapura (yang sering berada di balik BUMN pemerintahnya) yang buka cabang di Indonesia dengan gaji 1.5 juta rupiah (pakai IDR karena kerjanya di Indonesia). Kecil sekali bila dibandingkan dengan upah PRT asal Indonesia yang tidak menginap di rumah majikannya sebesar 350 – 400 SGD, karena dikenal rajin, tidak korup waktu dan tidak rewel. PRT asal Filipina taripnya ada di bawahnya dan urutan ketiga diberikan kepada yang berasal dari Thailand. Mereka hanya lulusan SMA pedesaan Indonesia, hanya berbekal surat STTB SMA yang banyak didapat dari program Paket Kejar-kejaran?

Betul di sana banyak lowongan pekerjaan, karena citizen lokal tidak mau mengisi pekerjaan itu, sehingga government-nya mengundang orang-orang di sekitarnya untuk jadi pegawainya. Mungkin dengan alasan yang mirip, Malaysia merekrut orang Indo untuk jadi askar penjaga perbatasan negerinya. Kalau saya boleh memberi saran, bila disodori beasiswa, telitilah berapa “angsuran”nya. Juga ikatan dinasnya itu bentuknya bagaimana. Jangan sampai ketika masuk ke masa ikatan dinas kita kaget dan merasa dicurangi. Lalu kita melarikan diri dari tanggung jawab. Itu memang solusi yang terbaik, karena sampai sekarang belum ada pemberi beasiswa menyeret orang yang ingkar janji ini ke pengadilan. Tetapi apakah kita juga akan melakukannya walaupun banyak orang yang melakukannya?

Akhir kata, selamat berjuang! Keuletan Jesusfreaks dalam blognya berjudul “Pengalaman Jadi FG” patut bahkan harus dicontoh. Muliakanlah Tuhan Yesus dalam setiap apa yang Anda lakukan (kalimat ini juga mengadopsi seruan JF, “tetap setia mengikuti-Nya dan melayani-Nya”). ***

Rusdy (biasa, sabda gak suka IE)'s picture

Stress Nganggur

Waduh, tulisannya super praktis nih buat 'fresh graduate'! Betul sekale kalo memang nganggur malah bikin stress, jadi memang bagi yang berada di siklus ini, tabah aja deeee! Soalnya ngomong "percaya sama Tuhan" memang gampang, tapi prakteknya, nah ini dia!