Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Hal Hakulyakin : Kekeh Yakin Benar Meski Salah

bygrace's picture
Hakulyakin

Robert A. Burton,M.D.
"On Being Certain : Believing You Are Right Even When You're not"
St.Martin's Press (New York, 2008)

hakulyakin n keyakinan akan kepercayaan berdasarkan kenyataan; keyakinan yg sungguh-sungguh; yakin sekali (Kamus Bahasa Indonesia, 2008)

 

Ketika menyaksikan acara debat atau talk-show yang melibatkan dua atau lebih orang yang berbeda pendapat di TV, saya sering terkagum-kagum melihat para narasumber yang cerdas-cerdas,  sangat percaya diri dan begitu yakin dan pasti akan kebenaran pendapatnya. Sering sekali nada suara mereka menjadi meninggi dan - kalau moderator atau host TV  tidak terampil memediasi - suasana menjadi riuh tak terkendali karena masing-masing pihak berusaha mendominasi pembicaraan; seakan-akan kebenaran pendapat mereka berbanding lurus dengan amplitudo suara yang tak berjeda.

Sekali waktu - masih di televisi - saya menonton seorang jubir suatu departemen yang berkaitan dengan hukum dipojokkan dengan telak oleh pertanyaan pembawa acara dan peserta diskusi. Tetapi, dengan penuh percaya diri sang jubir mengeles dengan jawaban yang mengawang-awang (menggunakan prinsip keadilan untuk mementahkan dalil hukum yang sudah jelas penerapannya). Dari bahasa tubuh audiens dan nara-sumber lain, kelihatan bahwa mereka sudah tidak memercayai kata-kata sang jubir, tetapi sang jubir tampak sangat yakin dan bergeming dengan pendapatnya.

Ketika belajar tentang analisis keputusan, saya diajari bahwa suatu keputusan atau opini dapat dibuat dengan "keyakinan" yang tinggi jika kita memiliki data dan instrumen analisis yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Secara statistik juga ada metoda untuk menentukan "tingkat keyakinan" mengenai besaran-besaran statistik yang terkait dengan banyaknya sample dan variasi di dalam data. Namun, dalam acara-acara yang saya tonton TV itu, "keyakinan" itu tidak ditunjukkan melalui paparan data dan analisis, tetapi diperagakan melalui "tampil yakin dan pasti" itu sendiri.

Saya bertanya-tanya dalam hati : Apakah "rasa yakin" itu memang hasil dari proses intelektual ? Jika ya, mengapa ketika fakta dan argumen lain sudah menunjukkan seseorang keliru, tetap saja orang tersebut bisa tetap begitu yakin dengan pendapatnya ? Karena ndablek kah ? Atau ada sebab lain ?

Jawaban atas pertanyaan itu akhirnya saya dapatkan dalam sebuah buku karangan seorang neurolog (ahli syaraf). Dokter Richard A. Burton menulis perihal "rasa yakin dan pasti" ini dalam bukunya "On Being Certain : Believing You Are Right Even When You're Not" berdasarkan pengalaman klinisnya dan pengetahuannya mengenai cara kerja otak manusia.

Dr. Burton menggabungkan perasaan pasti, perasaan benar, dan perasaan yakin ke dalam istilah "perasaan tahu" (feeling of knowing). Di dalam buku ini dijelaskan bahwa, jika manusia memiliki sistem pengindera untuk menghubungkan diri dengan dunia luar, dan sistem pengindera untuk menghubungkan diri dengan kebutuhan internal tubuh kita, cukup beralasan menerima adanya sistem pengindera yang memberitahukan kita apa yang sedang dilakukan oleh pikiran kita. Agar menyadari proses berpikir, kita memerlukan rasa (sensasi) tentang apa yang sedang dipikirkan. Untuk menghargai pembelajaran, kita memerlukan perasaan 'ada di jalur yang benar' atau 'sudah benar'. Juga perlu ada perasaan yang sejenis untuk menghargai dan mendorong pemikiran-pemikiran yang belum teruji - yaitu spekulasi dan renungan (idle speculations and musings) yang suatu waktu menjadi gagasan yang berguna. Agar dapat menjadi penghargaan yang berdayaguna, sensasi seperti "perasaan tahu" dan "perasaan yakin" ini harus terasa sebagai sesuatu kesimpulan dari pemikiran yang sadar, sengaja dan berhati-hati (conscious and deliberate conclusions). Untuk itu, otak menciptakan suatu rangkaian (konstelasi) sensasi mental yang terasa sebagai pemikiran tetapi sebenarnya bukan.

"Perasaan tahu" adalah suatu sensasi mental (mental sensation) yang bersifat involuntary dan uncontrolable diciptakan oleh otak. Sama seperti yang terjadi pada sensasi tubuh lainnya, sensasi "perasaan tahu" juga dipengaruhi oleh berbagai hal, mulai dari bawaan genetik hingga ilusi perseptual. Dengan memahami hal ini, kita dapat mengetahui bahwa "perasaan tahu" akan muncul layaknya sebagai respons terhadap suatu pemikiran, padahal dalam kenyataan perasaan itu mendahului pemkiran; justru perasaan itulah yang membawa pemikiran tersebut kepada kesadaran kita.

Karena "perasaan tahu" ini tampak sebagai konfirmasi pengetahuan, kita cenderung menganggapnya sebagai sebuah hasil dari penalaran. Dalam banyak penelitian ilmiah terbaru ditemukan bukti-bukti bahwa "perasaan tahu" ini berasal dari suatu bagian otak yang tak terkait dengan penalaran.

Dr.Burton memberi contoh seorang pasien skizofrenia yang mengalami delusi akut yang mengisahkan adanya makhluk berkaki-tiga dari Planet Mars yang menyadap teleponnya dan memantau pikirannya. Pasien itu sungguh-sungguh yakin betapa 'nyata' makhluk Mars tersebut dan dia 'tahu' bahwa makhluk tersebut ada meskipun tak melihatnya; dia sungguh-sungguh heran bahwa orang-lain tidak percaya akan ceritanya.

Dengan memahami bagaimana berbagai level jaringan syaraf yang kompleks membangun pikiran sadar kita, kita dapat mempelajari bagaimana pemikiran-pemikiran yang saling berkontradiksi bersaing di dalam benak kita dan mengapa "kepastian dan keyakinan mutlak" berlawanan dengan prinsip dasar biologi. Terlepas dari apa yang kita rasakan mengenai "rasa pasti" itu, perasaan itu bukanlah suatu pilihan sadar (conscious choice) atau suatu proses berpikir.

"Perasaan pasti" dan "perasaan mengetahui apa yang kita tahu" - sama seperti rasa cinta dan rasa marah - muncul dari suatu mekanisme otak yang sifatnya involuntary, bukan disebabkan oleh penalaran. Berbeda dengan penulis lain, seperti Stephen Jay Gould dan Drew Westen, yang meyakini bahwa manusia dapat menghilangkan bias personal  jika mau sungguh-sungguh jujur dalam melakukan refleksi-diri, Burton menyimpulkan bahwa kita tak akan pernah bisa obyektif dalam berfikir. Self-knowledge, menurut Burton, bersifat terbatas sehingga apa yang kita dapatkan hanyalah perfect oxymoron - partial objecitivity.  

"Perasaan tahu" yang bergabung dengan motivasi dan kebanggaan untuk menghasilkan gagasan yang unik dan original seringkali menggoda kita untuk membuat keputusan, rekomendasi atau opini yang tak didasarkan fakta atau bukti yang teruji. "Perasaan tahu" itu membuat kita tetap yakin bahwa kita benar, tak peduli fakta sudah menunjukkan bahwa kita keliru.

Meskipun Dr.Burton menunjukkan bahwa ada keterbatasan biologis dalam penalaran, termasuk dalam penalaran ilmiah, dia tidak bermaksud  mengingkari keunggulan metoda ilmiah dibandingkan metoda non-ilmiah.  Dia hanya ingin menunjukkan adanya keterbatasan yang inheren baik dalam pertanyaan-pertanyaan maupun dalam jawaban-jawaban yang diberikan oleh ilmu pengetahuan.

Ketika kita memikirkan tentang asal muasal alam semesta, tentang ada-tidaknya jiwa atau tentang kehendak bebas dan tanggung-jawab pribadi, kita perlu mengingat bahwa soal-soal ini dipengaruhi oleh keadaan mental (mental states) yang tak dapat kita kendalikan secara sadar. Sebelum kita menjawab pertanyaan-pertanyaan filosofis itu, kita perlu mengetahui bahwa pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya adalah juga produk biologis manusia, khususnya sensasi mental yang memberikan makna bagi pemikiran kita (halaman 214).

Karena ilmu pengetahuan telah menuntun kita kepada pemahaman bahwa suatu keyakinan (conviction) adalah proses neurologis yang bersifat involuntary, maka manusia mungkin akan bisa lebih bertenggang-rasa (bertoleransi) satu dengan lainnya, dan mau mempertimbangkan gagasan-gagasan alternatif yang berseberangan. Dr.Burton berharap - jika kita mau menyadari adanya keterbatasan biologis untuk mengetahui apa yang kita ketahui - manusia-manusia di masa depan akan bisa berdialog mengenai perbedaan pandangan di antara mereka dengan cara yang lebih baik.

Buku ini adalah pendapat seorang neurolog mengenai "perasaan yakin dan pasti" dari sudut pandang biologi. Tentunya ini bukan sudut pandang satu-satunya. Namun, menurut saya, pemahaman ini cukup fundamental karena menyangkut cara kerja dan keterbatasan otak, yaitu organ manusia yang sangat vital dalam memahami kehidupan. Buku "On Being Certain" bukanlah buku rohani, tetapi juga tidak anti-agama. Saya merasa ada yang bisa dipelajari dari buku ini.

Sebagai orang Kristen kita mengakui Firman Tuhan adalah kebenaran, namun pemahaman kita mengenai Firman Tuhan tidak selevel dengan Firman itu. Sensasi 'hakulyakin' yang kita rasakan ketika mempelajari dan memahami ayat-ayat Alkitab bukanlah bukti bahwa pengertian kita itu sudah benar, apalagi satu-satunya yang benar. Kesadaran bahwa organ tubuh yang kita gunakan untuk memahami Firman Allah itu memiliki keterbatasan, seharusnya membuat kita semakin rendah hati dan bersandar kepada Allah untuk hari demi hari diarahkan kepada pengertian yang benar. Kalau kita mendapatkan pengertian yang benar (yang kebenarannya baru bisa divalidasi di Surga nanti)...itu hanya karena anugerah.

- bygrace -
20.10.09

Miyabi's picture

@bygrace: appeal to authority xixixi

Sebenarnya sudah banyak user yang mencoba changing the rule of the game dengan merujuk ke otoritas lain seperti filsafat, psikologi, ilmu sosial dll. Namun sudah natur otak manusia untuk lebih responsif terhadap yang sederhana. Jargon-jargon yang diulang-ulang lebih efektif ketimbang gagasan sistematis yang asing, kurang dikenal atau baru didengar. Politikus dan biro iklan sangat paham hal ini.

Pengulangan-pengulangan tersebut harus dikawal/dijaga. Itu sebabnya supaya suatu gagasan diterima menjadi kebenaran, ia tidak bisa sendirian, dan selalu berdampingan dengan perangkat dominasi. Dalam berkomunikasi, perangkat dominasi bisa berupa nada sinis, ejekan, atau pilihan kata tidak menyenangkan. 

Dalam banyak situasi, komunikasi yang bebas dominasi tetap dimungkinkan karena saya berpendapat bahwa pengendalian diri dan kemunafikan adalah dua hal berbeda. 

_____________________________________

There is nothing new under the sun.

__________________

".... ...."

bygrace's picture

@Miyabi : Mendominasi agar menjadi benar ?

Miyabi menulis : Itu sebabnya supaya suatu gagasan diterima menjadi kebenaran, ia tidak bisa sendirian, dan selalu berdampingan dengan perangkat dominasi.

Merenungkan pernyataan ini, saya jadi ingat berbagai catatan sejarah yang menunjukkan bahwa mereka yang mendominasi dapat  memaksakan kebenaran versi mereka pada yang didominasi.

Tetapi, hal seperti itukah yang kita inginkan ? Apakah kemanusiaan akan lebih baik ketika ada sekelompok orang berhasil menyeragamkan dan memaksakan 'world view' mereka terhadap kelompok lain, meskipun 'world view' mereka tersebut lebih buruk dari yang dimiliki oleh orang yang dikalahkan ?

Btw, paragraf terakhir kamu masih belum bisa saya pahami.  Apakah masih terkait dengan paragraf sebelumnya ? Bagaimana bentuk komunikasi yang bebas dominasi terkait dengan pengendalian diri dan kemunafikan ?

 

 

jesusfreaks's picture

@bygrace : nice blog

Knowing who am i ? What we are ? Who HE is ? What HE is ? Mungkin menjadi salah satu dasar kita, sebelum berangkat pada sebuah pemikiran, gagasan atau idea. Sola fide, sola gratia, sola scriptura, solur christos. Bukanlah barang susah, bukanlah barang eksklusif. But only by HIS WILL. Banyak dari kita merasa bahwa kebenaran harus didapatkan dengan kerja keras, dgn studi dan dana dan waktu yg mumpuni. Dan saya hanya bisa tertawa bwi hi hi hi Kenapa kita marah kalau TUHAN bermurah hati kepada saya yang bodoh dan bebal ini yang hanya membaca alkitab, cuma alkitab, kembali lagi alkitab andalannya.

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-

__________________

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS- 

bygrace's picture

@JF : Modal Alkitab

JF menulis : Banyak dari kita merasa bahwa kebenaran harus didapatkan dengan kerja keras, dgn studi dan dana dan waktu yg mumpuni.

Saya menaruh hormat yang tinggi pada orang-orang yang mendedikasikan sumberdayanya untuk sungguh-sungguh mendalami Firman Tuhan. Karena itu, saya suka mendengarkan atau membaca apa yang mereka pahami dari studi mereka. Namun, saya melihat ironi ketika para ahli kitab itu ternyata tidak bisa sepakat mengenai banyak ajaran dasar kekristenan. Buku yang saya review di atas membukakan mata saya bahwa - meskipun barangkali orang-orang tersebut tulus hendak memahami dan menyampaikan kebenaran - ada aspek biologis yang membuat mereka tak bisa sepenuhnya obyektif dalam pemahaman mereka.

Untuk kita yang awam : Seberapa dalamkah kita harus memahami Firman Tuhan ? Berapa banyakkah ilmu pengetahuan lain yang kita butuhkan agar kita tak salah mengerti membaca apa yang tersurat ? Cukupkah hanya mengandalkan Alkitab ? Berapa jauhkah kita harus menginvestigasi keakuratan terjemahan, keaslian manuskrip, makna tiap kata pada zamannya,...? Apakah Tuhan memang menghendaki setiap kita menjadi ahli teologi - kalau,ya, teolog selevel apa ? Ataukah kita cukup tahu beberapa prinsip atau ayat tertentu ? Saya tak tahu; saya membayangkan untuk masing-masing kita jawabannya berbeda, karena panggilan kita berbeda-beda.

Saya setuju, Bro, Tuhan itu murah hati. Dia akan menyingkapkan kebenaran kepada orang-orang yang mau mengikuti FirmanNya meski modal kita cuma Alkitab. (Yoh 8:32)

hai hai's picture

@JF, Kentut

Banyak orang menyangka SUARA adalah masalah utama KENTUT. Orang-orang demikian menarik nafas lega ketika kentutnya tidak bersuara dan tersenyum simpul bahkan ngakak seperti Dorna, bwi hi hi hi ... ketika menyangka orang lain tidak tahu dia sedang kentut karena suara yang dibuatnya guna menutupi suara kentutnya.

Tukang kentut demikian patut dikasihani itu sebabnya jarang sekali yang mau melayaninya kecuali basa-basi. Sayangnya, hal demikian justru membuat si tukang kentut merasa dirinya hebat, itu sebabnya dia kentut di mana karena dia merasa dirinya hebat setiap kali kentut dan orang lain tidak tahu bahwa dia KENTUT.

Menurut saya, JF bukan hanay tukang KENTUT namun dia MENCRET. Anda mau tahu betapa BAUNYA kentutnya kali ini?

Kenapa kita marah kalau TUHAN bermurah hati kepada saya yang bodoh dan bebal ini yang hanya membaca alkitab, cuma alkitab, kembali lagi alkitab andalannya.

Sola fide, sola gratia, sola scriptura, solur christos. Bukanlah barang susah, bukanlah barang eksklusif.
But only by HIS WILL.

KENTUT memang tidak tahu bahwa di Alkitab tidak ada istilah: Sola fide, sola gratia, sola scriptura, solur christos. Mustahil menghrapkan KENTUT tahu bahwa ada 5 SOLA atau five solas.

Bila ada orang mengagul-agulkan diri hanya membaca alkitab, cuma alkitab, kembali lagi alkitab andalannya. namun mengutip semboyan: Sola fide, sola gratia, sola scriptura, solur christos. Kita tahu dialah si RAJA kentut.

Handai taulan sekalian, masalah utama KENTUT bukan suaranya namun BAUNYA. Yang paling parah adalah dikira kentut nggak tahunya mencret. Itulah JF. silahkan baca kalimat-kalimatnya yang lain, maka anda akan segera mencium baunya.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

jesusfreaks's picture

@haihai : Sindrom BERAK BACOT

bwi hi hi hi... sepertinya kamu berguru sama si feses.

yang saya tahu malah cuma 3 sola, kalau ada 5, bahkan 10 kek,

kalau sesuai dengan firman a.k.a ALKITAB, buat saya fine-fine aza.

so what gitu loh dengan SOLA. kenapa saya harus malu cuma tahu 4, hai hai, kalau saya malu, so what gitu loh, dari pada gak punya malu.

bwi hi hi hi

 

berulang kali saya bilang, saya punya waktu lebih banyak dari kamu untuk mencium kentutmu saya yang bau atau kentutmu yang lebih bau.

saya juga punya waktu lebih banyak untuk melihat mencretmu atau mencret saya yang lebih banyak.

bwi hi hi hi... feses kok jadikan guru.

 

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS- 

__________________

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS- 

hai hai's picture

bygrace, Righteousness

bygrace, righteousness bukan truth juga bukan right. Kebenaran bukan betul atau benar. Menurut saya kata Righteousness itu sebanding dengan kata YI di dalam tulisan mandarin.

Righteousness bukan APA namun SIAPA. Di dalam kekristenan, Righteousness adalah Allah Tritunggal. Di dalam kehidupan nyata, Righteousness adalah siapa pun yang diterima orang banyak atau yang mendominasi orang banyak.

Itu sebabnya sebelum berbicara kita harus tentukan standard kebenarannya dulu, artinya kita harus tentukan SIAPA dia.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

bygrace's picture

@Hai-hai : Righteousness

Saya memahami dalam 'righteousness' terkandung makna kebenaran yang ditetapkan oleh yang memiliki otoritas atau kekuasaan. Jadi, memang beralasan untuk mempersoalkan siapa yang memiliki otoritas tersebut agar jelas 'kebenaran' mana yang sedang dibicarakan.

Buku yang saya review di atas memang hanya berbicara tentang 'feeling of knowing' atau 'sense of conviction' yang disalahartikan menjadi 'knowing the truth', tidak membahas righteousness. 

Diskusi kaitan antara 'truth' dengan 'righteousness' dalam perspektif Kristen mungkin akan sangat menarik. Sementara Mat 6:33 menyuruh kita mencari 'his righteousness',  Yoh 8:32 mengatakan bahwa dengan mengikuti FirmanNya kita akan menemukan 'the truth, and the truth will set you free' (NIV). Ada ide, Hai?

jesusfreaks's picture

@bygrace : truth rightousness

Bagaimana seandainya HIS rightousnes adalah TRUTH rightousnes, yang artinya kebenaran KEBENARAN atau KEBENARAN kebenaran. Pertanyaan mungkin akan berkembang, apa itu kebenaran Sang Kebenaran ?

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-

__________________

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS- 

bygrace's picture

@JF : Pemikiran yang rumit

Membahas pengertian yang fundamental seperti 'kebenaran' tak akan habisnya. Ketika kamu menanyakan kepada saya 'apa itu kebenaran' saya tak tahu jawabannya. Diskusi saya dengan Miyabi tentang hal ini akhirnya bermuara kepada pengertian tentang 'Siapa itu kebenaran' dan pemahaman yang siklis.

Memang jadi sangat dilematis : bagaimanakah kita dapat hidup benar jika kita tak pernah benar-benar tahu apa itu kebenaran ? Meski saya belum tahu tepatnya bagaimana pengertian Hai-hai tentang righteousness, istilah ini memungkinkan kita untuk memahami kata-kata seperti 'dibenarkan'.  Dalam righteousness, ada unsur otoritas : kalau yang punya otoritas bilang 'begini yang  benar'...ya, itulah yang benar. (Btw, saya juga lagi baca--baca link yang dirujuk Miyabi tentang aspek legalisme dalam memahami kebenaran). Tapi kalau bicara 'truth', mana boleh sembarang membenar-benarkan bahwa matahari mengelilingi bumi, sementara 'faktanya' bumi yang mengelilingi matahari : dalam hal 'truth', otoritas boleh dilawan, dengan membawa fakta dan bukti.

Nah, kalau kamu sekarang mau menggali dan mengaitkan kebenaran (huruf kecil) dan KEBENARAN (huruf besar) .... he...he...he...makin bingung saya. Itu bagian para filsuf saja lah.

jesusfreaks's picture

@bygrace @ miyabi : huruf & siklis

Wah thank you bygrace, soal huruf besar kecil, soal siklis miyabi. Maka saya coba tarik asumsi. 1. Kebenaran itu adalah SEUTUHNYA "SIAPA". 2. Atau kebenaran itu adalah BAGIAN dari "SIAPA". Bagian lainnya adalah "jalan" dan "kehidupan".

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-

__________________

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS- 

hai hai's picture

@JF, Kentut Lagi

Bagaimana seandainya HIS rightousnes adalah TRUTH rightousnes, yang artinya kebenaran KEBENARAN atau KEBENARAN kebenaran.

JF, jangan kentut apalagi mencret sembarangan, biarpun nggak bersuara tapi baunya nggak tahan. Kalau bahasa Inggris lu GAGAP, yang harus lu lakukan adalah belajar bahasa Inggris baik-baik, bukannya baca Alkitab lalu berharap ujug-ujug jago bahasa Inggris. Ha ha ha ha ha ...

Pertanyaan mungkin akan berkembang, apa itu kebenaran Sang Kebenaran ?

Lu pikir lagi goreng kerupuk? Berkembang? Lama-lama bau mencret lu mengganggu tau!

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak